Idenya diambil dari sebuah post screenshot yang lewat di beranda facebook :^D

Possible OOC. Drabble.


Boku no Hero Academia (c) Kouhei Horikoshi


.

.

.

"Hachooh—"

Uraraka melingkarkan kedua lengannya di sekitar badannya yang mulai menggigil karena dinginnya udara malam. Tangannya diusap-usapkan ke kedua lengannya untuk paling tidak memberi kehangatan pada kulitnya walaupun sedikit. Membuka jendela untuk melihat langit merupakan keputusan yang salah, Uraraka merutuk dalam hati. Tidak ada bulan ataupun bintang, langit terlalu gelap untuk melihat apapun. Sia-sia.

"Aaahhhh."

Gadis berambut pendek itu menumpu kedua tangannya di pagar pembatas berandanya. Angin menerpa surai coklatnya sampai menggelitik kulit wajahnya. "Rasanya belakangan ini hidup membosankan sekali." Sudut bibirnya agak terangkat saat sebesit kenangan masa sekolah dulu muncul di kepalanya. "Padahal di Yuuei sehari-harinya menyenangkan."

Setelah lulus dari Yuuei dia berhasil menjadi anggota salah satu aliansi pahlawan, akhirnya dia bisa membahagiakan kedua orang tuanya, dia senang. Itulah alasan utama dia ingin menggunakan kekuatan manipulasi gravitasinya untuk menjadi pahlawan. Dia puas.

Tapi setelah jadi dewasa, hidup pun jadi hambar.

Sebagai seorang wanita yang sedang berada di awal usia 20an-nya, hidup sendiri di apartemen tentu saja terasa sepi. Sering sekali teman-temannya menyuruhnya mencari pacar, tapi belum, Uraraka belum menemukan seseorang yang cocok untuk posisi itu.

"Saat masih sekolah dulu juga orang orang yang menarik perhatianku cuma Midoriya-kun," gumamnya sambil tertawa kecil. "Ah tapi—"

Bayangan sosok garang berambut landak spontan muncul di kepalanya.

Dia yang dulu dilawannya saat festival olahraga. Dia yang hanya bisa mengeluarkan umpatan dan kata-kata sampah setiap membuka mulutnya. Dia yang tidak pernah bisa kalem dalam hal apapun, selalu meledak-ledak persis seperti kekuatannya.

"Ahahah, tidak mungkin juga dia ingat padaku. Memangnya aku siapa?"

Uraraka tersenyum pahit, entah kenapa ada bagian hatinya yang terasa tercubit. Padahal dia sendiri yang mengatakannya.

Merasa dia sudah cukup lama menghabiskan waktu di beranda dan udara juga semakin dingin, Uraraka cepat-cepat masuk ke dalam dan menutup kembali jendelanya. Tiba-tiba ada bunyi pesan masuk dari ponselnya.

Uraraka membelalakan mata saat melihat nama yang tertera di layar.

Bakugou Katsuki.

'Oi. Aku baru saja kembali ke kota ini. Antar aku melihat-lihat.'

'Eh? B-bakugou-kun, kau kembali lagi ke sini? Kau masih ingat aku? Ini bukan dibajak?'

'Terlalu banyak pertanyaan tidak berguna. Iyakan saja ajakanku sialan.'

Uraraka mengerutkan keningnya. Benar sekali, ini Bakugou Katsuki, tanpa keraguan.

'Itu lebih seperti perintah daripada ajakan sebenarnya. Memangnya kau mau pergi kemana? Kenapa harus aku? Maksudku, kau bisa ajak Midoriya-kun atau Kirishima-kun.'

'Aku tidak meminta pendapatmu. Ke banyak tempat.'

'Aku tidak punya uang untuk pergi kebanyak tempat! Kau juga belum menjawab pertanyaanku yang satunya.'

Balasan Bakugou datang lebih lama dari balasan sebelumnya sampai Uraraka sempat berpikir Bakugou sudah terlalu kesal padanya dan membatalkan ajakannya.

Tapi jawaban yang datang membuat wajahnya merah bukan kepalang.

'Aku mengajakmu jalan, idiot. Aku yang akan bayar. Kenapa aku harus mengajak deku dan si otak keras itu kencan? Begitu saja kau tidak mengerti, kau lebih bodoh dari yang kukira. Sudahlah, temui aku di stasiun besok jam 10. Terlambat dan aku akan meledakkanmu.'

E-ehh?

Tunggu, tunggu sebentar. Apa benar ini Bakugou Katsuki teman sekolahnya dulu yang emosinya selalu tidak dapat dikendalikan?

Uraraka menutup mulutnya dengan telapak tangannya untuk menahan rasa terkejut dan sedikit rasa senang yang sepertinya akan meledak jika tidak di tahan.

Dia tersenyum pada pesan selanjutnya yang datang sebelum dia sempat membalas.

'Aku menunggu.'

Kalau benar debaran di dadanya saat ini bukan tipuan, sepertinya hari-harinya yang membosankan sebentar lagi akan berakhir.

.

.

.

end


Thanks for reading

reviews are loved