Disclaimer: Shinichi and Ran owned by Aoyama Gosho. I owned the plot only.
Warning: OFM-ending ngaco (=stress detected)
Realized
-Realize chapterII
originally made by margaretaruth-kangyeongsuk-tamikowashio
"but I can't spell it out for you,no I can't.."
Romance, Hurt
Pairing: Shinichi Kudo x Ran Mouri (Mentatei Conan)
Shinichi terbangun karena suara weker yang sangat keras itu. Dengan malas, ia membuka matanya, lalu mematikan wekernya. Ia melihat wekernya sekilas kemudian menarik selimutnya lagi hingga menutupi wajahnya. Ia terdiam sesaat, mencerna apa yang baru saja dilihatnya. 07.00. Gawat! Aku telat! Tiba-tiba ia bangkit dari tempat tidurnya dan segera menuju kamar mandi. Ia segera membasuh mukanya dan sikat gigi dengan sangat cepat. Tapi kemudian ia terpaku, lalu melangkah mundur, melihat kalender yang terletak di meja belajarnya.
"Aiisssh..ini hari minggu! Sial, untuk apa aku buru-buru seperti ini? Aaaahhhh..." Shinichi merasa kesal pada diri sendiri. Apalagi pagi itu adalah pagi yang sangat dingin. Shinichi menoleh ke jendela balkonnya. Hujan, ujarnya dalam hati. Ia tersenyum. Ran pasti sangat senang, ia sangat suka hujan.
Shinichi melangkah menuju balkon. Ia membuka pintu menuju balkonnya, membiarkan udara sedingin es itu menyerbu masuk kamarnya. Ia mengulurkan tangannya, mengetes seberapa deras hujan hari itu. Hanya rintik-rintik, tidak deras. Ran pasti sedang bermain hujan sekarang, tanpa diketahui paman detektif tentunya. Shinichi memberanikan diri berdiri di balkon yang sedang diguyur air tersebut. Tetesan air mengenai tubuhnya, membuat rambutnya seketika menjadi lembab. Ia menengadahkan wajahnya, membiarkan air hujan membasahi wajahnya. Ran...nama itu terus terlintas di otaknya. Apakah Ran sangat senang sekarang? Ah, aku akan meneleponnya.
Shinichi masuk kembali ke kamarnya. Menyadari kepalanya sudah sangat basah, ia meraih handuk yang tergantung di gantungan handuknya. Sambil mengeringkan kepalanya, ia meraih ponselnya dan segera menekan tombol speed dial nomor satu. Tetapi jangankan dijawab, nada sambung pun tak terdengar. Ada apa? Apa ia menonaktifkan ponselnya? Shinichi bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Ia memutuskan untuk menelepon Ran lagi nanti. Ia kemudian beranjak menuju dapur, tubuhnya telah menggigil kedinginan. Ia memutuskan akan membuat secangkir coklat panas.
Sambil meminum coklat panasnya, Shinichi memandangi walpaper ponselnya. Fotonya bersama Ran. Benaknya dipenuhi oleh Ran. Ran adalah teman masa kecilnya, sekaligus wanita pujaannya. Banyak orang menganggap mereka pacaran karena hubungan mereka yang sangat dekat, tetapi pada kenyataannya hubungan mereka hanya sebatas teman masa kecil. Shinichi tidak pernah memiliki cukup keberanian untuk menyatakan perasaanya pada Ran, ya ia terlalu pengecut. Ia terlalu takut hubungan mereka akan menjadi aneh apabila Ran ternyata tidak merasakan hal yang sama seperti yang Shinichi rasakan. Shinichi masih terus memikirkan Ran saat sebuah panggilan masuk ke ponselnya.
Paman detektif? Ada apa? Dahi Shinichi berkerut. Tidak biasanya ayah Ran mau meneleponnya, bahkan ayah Ran tidak menyukai Shinichi. Baginya, Shinichi adalah anak ingusan yang merebut penghasilannya. Dengan ragu, Shinichi menjawab panggilan masuk tersebut.
"Halo?"
"Eh,halo. Hei Kudo, apa Ran bersamamu?"
"Hah?Maksud Paman?"
"Ran tidak bersamamu ya?Kemana anak ini pergi ya?" ujar ayah Ran. Tunggu, Ran tidak sedang bersama ayahnya? Ia tidak dirumah? Tiba-tiba Shinichi merasa takut. Apa yang sebenarnya telah terjadi?
"Emm, Paman, apakah Ran tidak sedang bersama Paman?" tanya Shinichi.
"Tidak. Ia meninggalkan pesan bahwa ia pergi bertamasya dan memintaku untuk tidak meneleponnya selama beberapa waktu.."
"Eh?Benarkah..?"Seketika Shinichi merasa lemas. Kemana Ran pergi? Mengapa tidak memberitahuku? Ia selalu memberitahuku saat ia pergi. Kenapa kali ini tidak? Shinichi merasa pusing, pandangannya berputar.
"Apa yang sebenarnya telah terjadi...?"
Aku masih memandang keluar jendela kereta. Hmm..entah mengapa aku merasa telah melewatkan banyak hal dalam hidupku. Pemandangan ini...aku tidak pernah menyadari betapa indahnya pemandangan ini. Padahal, sebelumnya aku sering melihat pemandangan ini, tetapi tidak pernah menyadari keindahannya. Tiba-tiba ponselku bergetar halus. Hmm, ayah pasti sedang mencariku sekarang. Aku meraih ponsel dari tas ku dan segera mengangkat telepon itu, tanpa melihat siapa yang meneleponku.
"Ya?" ujarku di telepon. Tetapi tak seorangpun menyahut. "Ayah,ada apa?" tanyaku lagi.
"Ran..." suara yang sangat kukenali menjawab di seberang telepon. Tidak mungkin! Aku segera melihat layar ponselku. Tidak, ini bukan nomornya. Bagaimana suaranya menjadi sangat mirip?
"Ran...kenapa tak menjawab?" ujar orang di telepon itu lagi.
"Ya?" jawabku, takut.
"Ran, kenapa kau mengalihkan teleponku? Ran, kau dimana?" orang di telepon itu menanyaiku pertanyaan bertubi-tubi. Kepalaku tiba-tiba terasa pusing. Tidak, ini tidak mungkin dia ujarku pada diri sendiri. Aku tidak ingin percaya bahwa orang di telepon itu dia.
"Ran, ini aku, Shinichi! Kenapa kau tidak menjawabku?" bentak orang yang di telepon.
Benar, ini Shinichi. Dadaku terasa sakit mendengar suaranya di telepon. Nada suaranya terdengar begitu cemas. Sudut mataku terasa panas.
"Maaf..." hanya itu yang bisa aku ucapkan. Aku segera menutup telepon dan menonaktifkan ponselku. Cairan hangat terasa mengaliri pipiku. Aku membiarkan air mata itu terus mengalir, aku tidak akan menahannya.
Behind the Scene
halooo~ hahaha makin kaya curhat deh ya ini fanfic. gomen jadi rada sulit dimengerti, ceritanya te mo pake sudut pandang orang ketiga serba tahu sama orang pertama pelaku utama tapi yah maaf kalo jadi gangerti. makin geje ceritanya kayanya efek ngerjain fanfic sambil makan burger dan mendengarkan lagu2 TVXQ - halah ganyambung. AAAAH I MISS TVXQ! (ditendang author balek gara2 banyak bacot) haha well yah selamat menikmati fanfic kerjaan author abal-abal. review, kritik dan saran diterima dan sangat ditunggu. hehe. arigatou :3
