Tak semua orang tahu akan keadaan mereka, menjalani kehidupan seperti biasanya tanpa mengetahui bagaimana dan apa yang akan terjadi di hari esok. Menjalani kehidupan layaknya air yang mengalir menuju muaranya, tak tahu rintangan apa yang ada di depannya. Pernahkan kalian berpikir apa yang akan terjadi esok hari dan meramalkan semuanya, namun pada kenyataannya yang kita harapkan sangat jauh dari yang kita inginkan? Mungkin sebagian orang seperti itu, tak terkecuali dengan pemuda berpeawakan tinggi berkulit putih dengan mahkota kepala selegam langit malam tanpa cahaya rembulan itu. Kerap kali ia berpikir tentang bagaimana hari esok, apakah ia akan tetap sama di hari esok? Jawabannya tidak.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Seoul, 16 Mei 2013

Seorang pemuda layaknya orang-orang pada umumnya tengan berjalan gontai di sepanjang jalan pertokoan. Senyumnya tak pernah lepas dari bibir tipisnya itu, mata elangnya selalu menangkap gerak gerik semua yang melintas. Sekolah, mungkin itu tujuannya saat ini. Berhenti tepat di bawah lampu rambu jalan, menunggu warna merah itu berubah menjadi hijau. Menunggu dengan sabar karena masih banyak mobil ataupun sepeda motor yang melaju dengan kencangnya, dia tak ingin hanya dengan ketidaksabarannya itu membawa sebuah petaka besar bagi semua orang. Merah pun sudah berganti warna dan ia siap menyebrang bersama ornag-orang yang tadi menunggu bersamanya.

Tiba di sekolah yang sebenarnya tak begitu ia sukai. Bukan karena ia korban pem-bully-an atau karena ia serang anti sosial. Ia tak suka dengan sekolah hanya kerena tugas-tugas yang tidak manusiawi yang diberikan oleh guru kepada semua murid termasuk dirinya.

"Kau sudah menyelesaikannya?" seorang sahabat yang mungkin tak pernah ia anggap sebagai seorang sahabat. Lucu memang tapi itulah mereka.

"Tentu saja sudah, dan aku tak akan meminjamkannya padamu" kata-kata mutlak yang tak dapat dibantah selalu keluar dari mulutnya itu, namun tentu saja tak akan mempan untuk sahabatnya yang satu ini.

"Sudah ku pikirkan berkali-kali tapi tetap saja aku tak bisa mengerjakannya, aku pinjam ya Sehun" masih merengek meminta buku tugas yang dimiliki oleh Sehun, pemuda tinggi bermata elang itu.

"Jika hanya kau pikirkan saja tak akan menyelesaikan tugasnya bodoh!"

"Jadi apa kau mau meminjamkannya?"

Tanpa mau menjawab pertanyaan dari sahabatnya itu, ia langsung melenggang pergi dan meninggalkan buku tugasnya di atas meja, tanda bahwa ia memperbolehkannya.

"Jika sedari tadi kau memberikannya, kita tak perlu membuang tenaga dan waktu untuk memperdebatkannya" sedikit kesal memang, waktu lima menitnya untuk mengerjakan tugas harus terbuang sia-sia karena acara memohonnya.

.

.

.

Berjalan dari satu anak tangga ke anak tangga yang ada di atasnya, berjalan menuju atap sekolah untuk menghirup udara segar sebelum udara yang masuk ke paru-paru isinya adalah udara kotor akibat 30 otak manusia yang terus bekerja dan mengeluarkan zat buangan yang mencemari lingkungan di dalam kelas.

"Sedikit lagi, tinggal sedikit lagi dan aku akan terbebas dari neraka ini"

Jika dalam bayangan kalian Sehun adalah siswa yang kesehariannya hanya memboles, tidak tidak itu tidak benar, buktinya saja ia mengerjakan semua tugas rumah yang diberikan gurunya kepadanya. Tapi kali ini biarkanlah ia dijuluki siswa pemboles karena ia sungguh jenuh dengan semua ini, biarkan ia bersantai di atap sekolah selama satu jam kedepan.

Duduk di bangku yang ada, merebahkan punggungnya dan menengadahkan kepalanya menatap langit biru yang menenagkan. Ingin memejamkan matanya sebelum suara dentuman yang sangat keras menarik atensinya. Berjalan menuju pembatas dan melihat kebawah dimana sumber suara tadi berasal.

Suara riuh sayup-sayup terdengar, menit berikutnya bunyi sirine ambulance pun dapat ia dengar tanda sebuah kecelakaan terjadi dan ada korban yang harus segera dilarikan ke rumah sakit terdekat. Sekolah Sehun memang terletak dekat dengan jalan besar dan tak jauh dari rumah sakit, lumayan strategis memang. "Korbannya hanya satu orang, semoga dia selamat" ia berkata tanpa ia sadari membuat Sehun bingung sendiri dengan dirinya. Sejak kapan ia peduli dengan lingungan sekitar, apalagi mendoakan seseorang yang tak ia kenal, jujur saja ia tak sepeka dan sepeduli itu dengan orang lain.

Niat untuk membolos ia urungkan, ia langsung pergi dari atap sekolah dan menuju kelasnya. Masuk ke kelas walau sudah ada seorang guru sejarah yang tengah menerangkan materi lanjutan minggu lalu.

"Maaf ssaem aku terlambat"

"Kau dari mana saja Sehun-ssi, ini sudah setengah jam pelajaran" menghentikan aktivitasnya dan berjalan menuju Sehun berada.

"Aku tadi pergi ke atap sekolah untuk menenagkan diriku" berucap tenang tanpa ada rasa gugup sedikitpun

"Terima kasih atas kejujuranmu Sehun-ssi. Silakan duduk"

"Terima kasih ssaem" berjalan menuju tempatnya dan disambut dengan bisikan dari sahabatnya.

"Tumben kau ke atap dan dengan alasan yang aneh pula"

"Fokus saja pada penjelasan yang diberikan ssaem, dan mana buku tugasku Kim Jongin?" sahabat yang diajak Sehun sebagai lawan bicaranya hanya menampakkan senyum kelewat lebarnya dan itu membuat Sehun ingin muntah.

"Itu sudah beres dan sudah ku kumpulkan di ketua kelas" bisikan dari Jongin selanjutnya tak ditanggapi oleh Sehun. Sehun hanya berfokus pada penjelasan yang diberikan guru sejarahnya.

"Tiga Kerajaan Akhir pada tahun 892 sampai 936 terbagi atas Silla, Hubaekje atau Baekje Akhir dan Taebong yang juga dikenal dengan sebutan Hukoguryo atau Goguryeo Akhir. Wang Geon menumbangkan Hubaekje tahun 936 dan mengesahkan pemerintahan baru, yaitu Dinasti Goryeo. Dinasti Goryeo didirikan tahun 918 dan sejak tahun 936 menggantikan Silla sebagai kerajaan yang memerintah Semenanjung Korea. Kata Goryeo adalah kependekan dari Goguryeo dan merupakan sebutan bagi orang asing yang merujuk ke Korea. Dinasti ini bertahan sampai tahun 1392.

Pada tahun 1231 bangsa Mongol memulai penyerangan terhadap Goryeo. Setelah peperangan yang melelahkan selama 25 tahun akhirnya Goryeo menandatangani perjanjian damai dengan Kerajaan Mongol. Maka dalam waktu 80 tahun Goryeo berada dalam bayang-bayang kekuasaan bangsa utara itu.

Pada tahun 1340-an Raja Gongmin memberontak terhadap kekuasaan Mongol dan secara cepat menyingkirkan mereka dari semenanjung Korea. Namun Koryo kini sedang menghadapi serangan dari bajak laut Jepang (Wokou) yang mulai mencapai Korea. Tahun 1392 seorang jenderal bernama Yi Seong-gye, memberontak dan mengakhiri kekuasaan dinasti ini."[1]

"Stt Hun..Sehun...apa kau mengerti?"

"Tentu saja bodoh, aku yang baru beberapa menit di sini mengerti dengan penjelasannya, kenapa kau tidak huh?"

"Karena aku tak suka dengan sejarah, jadi sepulang sekolah nanti tolong ulangi penjelasannya" tak ada tanggapan lagi yang diterima oleh Jongin hingga bunyi nyaring bel pertanda jam pembelajaran sudah berakhir pun berbunyi.

"Baiklah sampai di sana penjelasan dariku, pertemuan selanjutnya akan kita bahas tentang Joseon. Tidak ada tugas untuk hari ini jadi kalian bisa tidur nyenyak untuk nanti malam. Sampai jumpa di pertemuan selanjutnya"

"Ne ssaem...gamsahamnida" semua siswa bersorak girang karena tak ada tugas yang akan menghantui malam mereka, tak berbeda dengan Sehun walau ia tak terlalu menampakkan kegembiraannya.

.

.

.

Berjalan keluar menuju gerbang sekolah dan diiringi dengan teman-temannya disana tak terkecuali serorang Kim Jongin yang setia menempel dengan Sehun.

"Hei Sehun kau melihat apa?"

"Kenapa dia diam sendiri di sana?" bertanya entah pada dirinya atau pada Jongin.

"Siapa yang kau lihat, astaga aku merinding mendengarnya"

"Sudahlah" berjalan melewati pemuda yang dilihat Sehun tadi, orang yang tengah memeluk tubuhnya dengan kedua tangannya, tatapan sendu yang diperlihatkannya tak mengurangi kecantikan matanya, rambut cokelat madunya yang menutupi poni sangat ringan tertiup angin. Sehun sedikit melirik ke arah pemuda tersebut dan mata mereka beradu untuk sesaat yang kemudian mata pemuda yang dilihat Sehun membulat tanpa sebab yang diketahui Sehun tentunya.

"Sepertinya aku menemukannya"

"Hei Sehun ingat kau harus menjelaskan materi sejarah kepadaku, aku yang akan datang ke rumahmu"

"Sebaiknya aku yang datang ke rumahmu Kai"

"No No No, aku yang akan datang ke rumahmu karena aku perlu bantuanmu, ah dan jangan lupa siapkan makanan ya Hun Hun. Sampai jumpa nanti malam"

"Ya ya terserah kau saja dan aku tak akan menyiapkan makanan untukmu"

Berjalan sendiri menuju rumahnya, namun ia sempatkan melihat ke belakang tempat pemuda tadi berdiri dan terang saja, pemuda itu masih setia menunggu di sana, entah siapa yang ia tunggu Sehun tak tahu namun ia sangat ingin tahu, entahlah ia begitu penasaran dengan pemuda manis yang ia lihat tadi.

"Aish kenapa aku seperti ini, sudahlah lupakan!"

.

.

.

.

.

TBC
.
.
.

[1]( id. wiki/Sejarah_Korea#Periode_Tiga_Kerajaan)

Hai hai aku bawa cerita baru padahal yang lain belum kelar, maafkan saya #sungkem

Ini udah chap pertama dan maaf jika banyak typo, sedikit curhat.. cerita ini saya buat karena jenuh dengan angka-angka menjelang UAS wkwkwk

Yaa itu aja yang saya sampaikan
Favorite, Follow, sama Review please #maksa

Yehet!
520
47