Disclamer © Masashi Kishimoto

Pairing: SasukeNaruto

Warning: AU, TYPO, BOYLOVE, OOC DLL

{Segala kritik, saran, flame dengan berbagai variasi rasa saya terima dengan SENANG HATI.}

.

Because, I am Crazy

.

Borax007

.

.

.

Aku gila, kamu gila, semua orang gila, siapa yang butuh kewarasan di dunia yang gila ini. Aku seperti ini, Karena Aku Mencintaimu. Cinta akan membuat seseorang gila./SASUNARU/WarningInside.


Aku menciumi lehernya, menghisap segala yang ada di sana. Menyesap wanginya yang memabukkan.

"Kau sangat menggairahkan Dobe." Bisikku ditelinga kanan kekasihku.

Ku angkat kepala pirangnya sedikit. Pandangan kami bertemu, iris birunya menatapku dan perlahan kudekatkan bibir kami. Meraupnya, menghisap dan menggit, kulakukan terus berulang.

"Aku mencintaimu, aku sangat, sangat, sangat mencintaimu." Ucapku berulang dan memeluknya erat. Lagi perasaan ini lagi-lagi seakan ingin membuatku meledak saja. Aku menyukai perasaan ini, perasaan bagaimana diriku sangat menginginkan pemuda yang sedang kutindih saat ini, perasaan bagaimana aku ingin memanjakannya, memilikinya, dan terus memasukinya disetiap malamnya.

"Aku tidak akan pernah membiarkanmu pergi, kau tahu kan sayangku." Seperti malam-malam sebelumnya, aku bermain kasar ataupun lembut tak ada protes darinya. Semenjak seminggu yang lalu ia agak menjadi pasif ketika kami bemain, tak ada gerakan, tak ada desahan, tapi tak apa, aku akan tetap menyukainya, Naruto tetaplah Narutoku. Entah dia akan berubah menjadi jahat ataupun baik, menawan ataupun buruk, wangi ataupun busuk, mencintai ataupun membenciku, siapapun dia sekarang perasaanku tak akan pernah berubah. Dia tetap milikku dan tetap berada disampingku.

"Sepertinya kau terlihat lelah, apa kemarin malam aku terlalu kasar? Baiklah, malam ini aku hanya akan melakukannya satu ronde, oke?"

.


.

Cahaya matahari pagi yang menyilaukan membuatku terbangun dari tidur nyeyakku. Semalam Naruto benar-benar hebat.

Ah jam telah menunjukkan pukul 07.00, satu jam lagi aku harus kekantor. Kulangkahkan kakiku menuju ruang makan, kulihat Naruto duduk dikursi makan seperti biasanya.

"Selamat pagi." Sapaku kemudian mengecup pipinya. Kududukkan diriku disampingnya, ia tampak sibuk dengan dirinya sendiri.

"Apa kau ada masalah?"

Ia hanya diam, kupikir dia benar-benar ada masalah.

"Baiklah, jika kau memang ada masalah ceritakanlah pada kekasihmu ini." Aku berusaha tetap menggodanya, biasanya candaan ini akan berhasil, tapi kali ini sepertinya tidak.

Menghembuskan sedikit napas, kulirik jam yang menunjukkan pukul 7 lewat.

"Baik, kita ceritakan ini setelah pulang kantor nanti." Aku beranjak, meliriknya yang tak bergeming ditempatnya.

"Biar aku yang membereskannya, kau istirahat saja." Aku kembali mengecup pipi kanannya kemudian mengacak rambut pirangnya.

kulihat tanganku, sepertinya ada banyak hal yang harus kulakukan sepulang kantor nanti.

Akupun berangkat ke kantor setelah memastikan semua jendela dan pintu tertutup dengan aman.

.


.

Haruno Sakura, sekretarisku yang juga adalah mantan Naruto kini berdiri di hadapanku dengan gugup.

"Kau tahu Haruno-san kenapa aku memanggilmu sekarang?"

Dia menggeleng, pandangannya terpaku di bawa sana tak berani menatapku.

Ruanganku berada dilantai paling atas, yaitu lantai 12, lantai ini hanya khusus ruanganku saja. Bagiku ruangan ini seperti rumah keduaku, ranjang king size, sofa, tv, kulkas, kamar mandi, semuanya tersedia, jangan lupakan juga ruangan ini kedap suara, dan orang yang datang kemari harus mendapat persetuanku terlebih dahulu. Kadang aku dan Naruto juga bermalam di sini, jika pekerjaan kami menumpuk. Ah, dulu Naruto juga bekerja di sini sebenarnya dia adalah kariawanku kemudian aku jatuh cinta padanya, dia juga menyukaiku dan jadilah kami sepasang kekasih yang tinggal bersama. Namun, semenjak seminggu yang lalu aku melarangnya untuk bekerja lagi, dan entah ada angin apa Naruto yang keras kepala itu hanya diam ketika aku melarangnya bekerja, tapi itu bagus setidaknya kami tak perlu berdebat lagi, aku punya alasan melarangnya untuk bekerja. Bukan, bukan karena aku cemburu jika ia bertemu dengan gadis Haruno ini, gadis tidak tahu diri ini tak punya lagi tempat diantara kami jadi buat apa aku cemburu.

Ah ngomong-ngomong tentang Haruno Sakura, aku sedikit heran kenapa ia terlihat begitu gemetaran.

"Kau tidak apa-apa Haruno-san? Kau tidak tampak baik." Aku beranjak mendekatinya, ia sedikit bergeming.

"Duduklah." Aku menuntunnya kesofa samping mejaku.

Ia menatapku dengan iris emeraldnya, liar.

"Ah, kupikir kau gadis yang cukup berani untuk menyusup ke rumah orang. Melihatmu ketakutan seperti sekarang mungkin aku salah orang ya Sakura-chan." Aku menyelipkan surai pinknya yang mungkin saja menghalangi pandangannnya ke belakang telinganya.

Ia tampak berusaha menjauh.

"Maaf, mungkin aku lancang. Tapi bukannya dulu saat berpacaran dengan Naruto kau menyukaiku?"

Aku tersenyum lembut kearahnya, aku tidak ingin membuatnya takut padaku, mungkin saja ia pikir aku akan memecatnya.

"Tak usah takut, akhir-akhir ini Naruto sedikit kurang menggairahkan, jadi bisakah kau menemaniku?" kulihat perubahan raut diwajah gadis itu, entah apa yang ia pikirkan, mungkin sesuatu yang kotor. Haha.

Aku sedikit mendekatkan wajah kami, ia memejamkan matanya. Sesenti lebih dekat namun aku menghentikan gerakanku, bau yang menguar dari rambutnya yang berwarna pink itu membuatku mual. Baunya seperti mayat yang membusuk.

Aku tidak tahan, ugghh.

.


.

Setelah membereskan semuanya, aku memasuki lift kaca yang khusus hanya dinaiki oleh ku, Naruto dan klien-klien penting saja. Sedikit mengernyit heran melihat setiap lantai terlihat sepi, memang sekarang pukul 8 dini hari tapi biasanya kantor akan sepi sekitar pukul 10. Karyawanku tak ada yang pemalas, karena aku tipe bos yang tidak segan-segan menaikkan gaji karyawan kepada mereka yang prestasinya bagus, mungkin inilah yang membuat perusahaanku yang bergerak di bidang tekstil ini berkembang pesat.

Ah soal kantor yang sepi, aku lupa hari ini aku sengaja meliburkan semua karyawanku selama 2 hari, kasihan juga melihat mereka terus bekerja. Kupikir mereka juga butuh waktu untuk berkumpul dengan orang yang merekai cintai.

Tapi ada yang membutku sedikit merasa ganjil, jika hari ini semua orang libur kenapa Haruno Sakura datang ke kantor. Haah, aku harap ia baik-baik saja di sana.

.


.

"Tadaima." Ucapku setelah menutup pintu tidak lupa menguncinya.

Tak ada jawaban, apartemenku tampak sepi, ruang tengah dalam keadaan gelap. Dimana Naruto? Nafasku sedit terburu ketika tak menemukannya di ruang makan dimana biasanya aku mendudukkannya disana.

"Naruto…!"

Aku berlari mengelilingi apartemenku yang luas seperti orang gila.

Aku berjalan cepat kearah balkon, mungkin saja ia sedang menatap bintang-bintang disana.

"Naruto, Naruto, Naruto…! Jawab aku jika kau mendengarku...!"

Kubuka pintu balkon, tak ada, dimana dia? Keringat dingin mulai membanjiri pelipisku, aku khawatir.

"NARUTO…!

Semuanya tiba-tiba terasa berputar, bagaimana ini? Bagaimana jika terjadi sesuatu padanya? Telingaku terasa berdengung, Naruto dimana kau? Aku lupa cara mengatur nafasku, aku panik. Mungkin saja seseorang telah mengambilnya.

Berpegangan pada sofa, menahan tubuhku yang merosot, tenagaku serasa tersedot habis. Berpikirlah, Sasuke. Dimana terakhir kali kau meninggalkannya? Perlahan nafasku mulai teratur. Kamar. DI KAMAR.

Aku berjalan kalau tak ingin disebut berlari menuju kamar kami. Ku buka pintu itu dengan keras, tak ada. Kamar mandi? Ya kamar mandi. Kenapa apartemeku serasa menjadi labirin begini.

Betapa leganya kurasa ketika menemukannya dalam keadaan tertidur di bathtub.

Aku duduk di sampingnya, kemudian tertawa sekeras-kerasnya, si dobe ini aku berlari kesana kemari mengelilingi apartemen mencarinya seperti orang idiot, ternyata dia disini, berendam dengan santainya.

Mengenakan sarung tangan, aku kemudian mengangkat tubuhnya yang indah dengan bridal style.

"Anak pintar, kau pasti kedinginan berendam seharian di sana, maafkan aku, aku akan menghangatkanmu."

Aku mulai melap seluruh badannya, ada banyak noda-noda biru ditubuh Naruto namun itu tidak mengurangi betapa eloknya tubuh kekasihku ini, selalu membuatku bergairah saja.

'Tak usah takut, akhir-akhir ini Naruto sedikit kurang menggairahkan, jadi bisakah kau menemaniku?' aku terkekeh kecil mengingat percakapanku dengan Haruno-san tadi sore. Jangan bodoh, Naruto sedikit kurang menggairahkan? bisakah kau menemaniku? Haha, dimimpi sekalipun itu tidak akan pernah terjadi. Lagi pula kau tidak sendiri Haruno-san, kau bersama si pecinta anjing disitu bukan?.

Setelah memastikan seluruh badan Naruto telah kering dan menyelimutinya, aku mengecup lembut dahinya, kemudian aku beranjak ke kamar mandi. Aku harus membuang air sisa mandi Naruto.

Kulihat air di bathtub berwarna merah kehitaman, kulit-kulit yang mengelupas tampak mengapung dipinggir bathtub.

Aku mengepalkan kedua tanganku, aku harus mencari Sesutu yang lebih baik dari formalin atau Naruto benar-benar menjadi bangakai.

.

TBC/

.

.

.


Aloha, saya balik lagi XD

Ada yang bingung dengan fic gaje ini? Jangan Tanya saya juga bingung #plakk

Ah sebenarnya saya agak bingung dengan judulnya, kebiasaan gak tau ngasih judul, tapi pas saya buka pesbuk, banyak status dan status2 itu memberikan ide kepada saya dan tadaaaa jadialah "Because, I am Crazy." Pasaran banget yak, maafkan dakuuuuuuu. XP

Ah kalo soal Sasuke disini 'kenapa' entar di chappy 2 nya baru dijelaskan jadi sampai ketemu di chap 2 minna-san. Thankyou udah baca, mohon kritik dan sarannya ya…reviewnya sangat membantu lohhh.

Sampai jumpa next chap. #cifoksatu2

.

.

,