~BLEACH~

Pairing: Kurosaki Ichigo and Kuchiki Rukia

Genre: Friendship, Romance

Warning: OOC, TYPO, dan masih amatir.. maaf kalau ada yang memiliki kesamaan cerita. Karena cerita ini 100% dari otak saya

Chapter 1 : "annoying stranger"

Suara ketukan sepatu tanpa hak itu terdengar dari sebuah taman kota yang sangat luas. Terik matahari karena musim panas itu membuat seorang gadis berteduh di salah satu pohon taman kota. Gadis manis berambut hitam sebahu yang memakai baju kaos polos berlengan pendek berwarna ungu dan celana jeans selutut. Namun, ekspresi gadis itu terlihat sangat mengerikan. Dengan alis yang berkedut dan mata yang menatap tajam ke siapapun. Ia sedang sangat kesal saat ini.

"Renji sialan." Geram gadis itu. Sepertinya, gadis itu akan membunuh orang yang ia sebut Renji itu.

"Satu menit lagi kau tak muncul, jangan harap kau akan melihat matahari terbenam lagi." Aura membunuh sudah keluar dari tubuhnya. Namun, gadis itu mendecih pelan setelah melihat pemuda berambut merah berlari kearahnya bersama seorang pemuda berambut orange asing.

"Cih, aku tak bisa membunuhnya. Kau sungguh beruntung, Abarai." Ah, sepertinya ia kesal tak bisa membunuh pemuda berambut merah itu. Tapi, setidaknya ia bisa menghajarnya.

Dan benar saja, ia langsung menendang wajah pemuda yang ia panggil Renji itu hingga terjungkal ke belakang. Darah segar langsung mengalir dari hidung pemuda itu. Ia sedikit meringis namun setidaknya ia bersyukur karena memiliki tubuh yang kuat. Ia bisa masuk rumah sakit jika tidak!

Sedangkan pemuda yang menyaksikan penyiksaan Renji itu hanya memandang ngeri.

"Tunggu Rukia. Dengarkan aku dulu." Pemuda itu langsung berbicara, menghentikan Rukia yang berancang-ancang hendak meninjunya. Hei, dia sudah cukup mimisan. Jangan sampai wajahnya juga jadi hancur, batinnya.

"Aku minta maaf membuatmu menunggu lama. Aku ada urusan mendadak tadi. kau lihat Jeruk yang disana?" tunjuk Renji kearah pemuda yang sejak tadi menjadi penonton acara kekerasan. Wajah kesal langsung terlihat dari pemuda yang ia panggil Jeruk itu. Merasa tidak terima.

"Dia alasanku terlambat." Dan setelahnya, pemuda itu mendapatkan satu jitakan dari Rukia.

"Aku tak peduli kau ada urusan atau tidak. Tak tahukah kau kalau sekarang sedang panas?! Argh... aku bahkan membatalkan acaraku dengan Momo dan Tatsuki hanya untuk menemuimu! Setidaknya beritahu aku, jadi aku tak perlu menunggumu disini daritadi, bodoh!"

"Ah itu, aku lupa menghubungimu setelah dia menelponku tadi. Maaf, aku tak bermaksud membuatmu kepanasan disini." Gadis itu menghela napas pelan kemudian mengurut keningnya. Mencoba meredam emosinya.

"Baiklah, jadi apa urusanmu meminta bertemu denganku?"

"Itu, aku ingin-" ucapannya terhenti mendengar ponselnya berbunyi. Melihat siapa yang menelpon, wajahnya langsung menegang.

"Sepertinya aku harus pergi sekarang. Aku akan mati kalau tidak pergi sekarang, kutitipkan Ichigo padamu, Rukia." Baru saja gadis itu hendak membantah, pemuda merah itu langsung berlari meninggalkan mereka berdua.

"Kenapa kau memandangiku, gadis kecil?" tanya pemuda itu. Rukia akui ia lumayan tampan, tapi maaf saja. Ia tidak tertarik.

"Jadi kau siapanya Renji? Dan maaf saja, aku bukan gadis kecil, Jeruk Busuk-san." Jawab Rukia dengan wajah datar. Ia memilih untuk mengabaikan pertanyaan tidak penting pemuda itu.

Saat ini, Rukia hanya ingin pulang dan menikmati segelas besar eskrim di kulkasnya atau paling tidak tidur siang, mengingat sudah pukul satu siang. Ia tidak ingin terlibat dengan sesuatu yang merepotkan apalagi dihari yang sangat panas ini.

Baru saja ia hendak berbalik pulang, tangannya tiba-tiba digenggam oleh seseorang lalu di tarik perlahan. Dapat dilihatnya pemuda orange itu mendengus pelan. "Apa maumu, Jeruk?" tangannya menepis genggaman pemuda itu dengan sedikit kasar.

"Bisakah kau berhenti memanggilku Jeruk, gadis kecil? Setidaknya hormati orang yang lebih dewasa darimu." Rasanya Rukia ingin tertawa mendengar ucapan pemuda orange didepannya ini. Apanya yang lebih dewasa? Dilihatpun pemuda ini bahkan seumur atau mungkin dibawah darinya. "Lalu, berapa umurmu memangnya, Onii-chan?" tanya Rukia dengan nada yang dibuat-buat manja.

"Dengarkan aku, gadis kecil. Namaku Kurosaki Ichigo, siswa tingkat dua SMA, umurku enam belas tahun."

"Begitukah? Tapi bukankah aku tidak menanyakan namamu, Jeruk?" gadis itu langsung menarik kerah baju pemuda itu dan mendekatkan wajahnya padanya. "Kalau begitu kau harus mendengarku. Umurku tujuh belas tahun, dan jangan menilai orang dari tinggi badannya." Pemuda itu terdiam menatapnya, entah apa yang dipikirkannya membuat Rukia menaikkan alisnya. Ada apa dengannya? Batin sang gadis.

"Jadi sekarang apa maumu, Jeruk?" tanya Rukia mencoba menyadarkan pemuda itu dari keterdiamannya.

"Ah, itu... bantu aku mencari apartemen. Sepupu sialan itu melarikan diri dari tanggung jawabnya." Rukia menyerngit heran. Sepupu sialan?

"Renji maksudmu?" pemuda itu mengangguk membenarkan jawaban Rukia. Ah, ia ingat, nanas merah itu menyerahkan Ichigo padanya tadi. Jadi, ini maksudnya?

"Bagaimana kalau aku tidak mau?" tantang Rukia. Sebenarnya ia hanya berniat menggoda pemuda jeruk itu.

"Kutraktir makan siang, bagaimana?" tawar pemuda itu. Ah, baiklah. Rukia sangat setuju dengannya. Kebetulan sekali ia sangat ingin memakan es krim, mengingat ia membatalkan acara makan es krim dengan Momo dan Tatsuki.

"Baiklah, aku akan membantumu mencari apartemen." Dan senyum lega terpasang di bibir Ichigo. Setidaknya ia tidak susah mencari apartemen sendirian, bukan?

Saat ini mereka berada di caffe yang biasa Rukia kunjungi bersama Tatsuki, Momo, dan Inoue. Caffe ini memiliki desain yang sederhana namun terkesan indah dan nyaman untuk dikunjungi termasuk Ichigo dan Rukia. Namun, bukan berarti Rukia adalah orang yang suka makan cepat saji. Ia lebih memilih memasak sendiri daripada membelinya.

Mereka memilih untuk duduk di dekat jendela dari pada di tengah caffe, karena lebih nyaman melihat orang yang berlalu-lalang dijalan. Tampaknya, Ichigo memesan banyak makanan di banding Rukia yang hanya memesan es krim rasa vanilla dan segelas soda dingin. Lihatlah, meja itu penuh dengan omelette,chocolate cake, dan cappucino dingin.

"Kau yakin hanya itu saja yang kau pesan, gadis kecil?" tanya Ichigo sambil melahap chocolate cake-nya. Omelette baru saja ia habiskan.

Urat kekesalan keluar dari dahi Rukia. Segera saja ia menendang tulang kering Ichigo di balik meja. "Ugh... hei, apa-apaan kau ini. Sakit tahu." Rintih Ichigo.

"Jangan panggil aku gadis kecil, Jeruk busuk. Aku punya nama, asal kau tahu."

"Dan siapa namamu? Kau bahkan tidak memberitahu namamu. Bagaimana aku bisa tahu?"

"Rukia. Kuchiki Rukia. Dan aku sedang tidak lapar. Aku tak ingin membuat Jeruk Busuk bangkrut." Jawabnya dengan wajah datar. "Jadi, katakan padaku. Kau ingin apartemen yang bagaimana?"

"Yang penting nyaman untuk kutinggali. Dan juga jauh dari kebisingan kota. Untuk ukuran besar atau kecil, aku tak masalah." Jawabnya enteng. Mulutnya kembali memakan chocolate cake dengan lahap

Rukia terkikik pelan menatap Ichigo. Dirogohnya sapu tangan miliknya, dan dibersihkannya mulut Ichigo.

"Wajahmu penuh coklat, seperti anak kecil saja." Tanpa Rukia sadari, Ichigo terus menatap wajahnya dengan rona merah tipis di wajahnya.

"Nah, setelah makan, kita langsung mencari apartemennya." Ucap Rukia dan kemudian kembali meminum sodanya.

-To Be Continued-


maaf readers sekalian jika ceritanya OOC banget. maklum masih newbie

mohon review dan sarannya, minna-san...