A/N : Kembali lagi dengan fic baru. Entah kenapa, kalau lagi ada ide, suka kepingin bikin fic mulu.

Huufttt… =,= *dihajar massa*

Tapi, semoga kalian senang ya, Minna-san? :D *All : Kagak!*

Ini fic pertama saya yang bergenre Hurt/Comfort. Idenya… Terinspirasi dari 'I Am Here' alias 'Koko Ni Iru Yo'- nya Ema Toyama-Sensei. Tiap kali baca ceritanya, saya suka ikut-ikutan sedih. Huhuhu… T.T *lebay*

Maklum, terbawa suasana, sih. XD *digampar*

Kalau ada kesamaan, harap dimaklum, ya? Soalnya untuk chapter ini saya pinjem dulu idenya Toyama-Sensei *dihajar Ema Toyama*. (ET : "Hoi! Itu cerita saya!")

Bukannya bermaksud Plagiator atau tukang Copas, atau apalah… DX

Tapi, saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk merubah jalan cerita selanjutnya. Dan, oh ya! Mulai dari chapter 2 sampai seterusnya, jalan ceritanya akan berubah. Jadi, yang sama cuma chapter 1 doang, kok. ^^

Baiklah, semoga kalian suka, ya? ^^

Happy reading…! ^_^

.

.

.

Judul : You Are My Sun

Disclaimer :

Naruto © Masashi Kishimoto

I Am Here/Koko Ni Iru Yo © Ema Toyama

You Are My Sun © Nadya 'Vert no Midori'

Rated : T

Genre : Friendship, Drama, Hurt/Comfort, Romance

Summary : Hinata Hyuuga, gadis yang selalu menyendiri. Ia bagai bernaung dibawah bayangan gelap yang tak dapat dijangkau oleh sinar matahari. Tak disangka, Sasuke Uchiha selalu datang padanya sebagai mataharinya.

Warning : AU, OOC, Typo (s), This fic is FAILED, etc.

.

.

.

Someone POV

Aku selalu menunggu…

Di dunia yang begitu gelap…

Menunggu seseorang yang akan menemukanku…

End of Someone POV

.

.

"Hei! Kalian sudah tahu gosip terpanas bulan ini?" Seorang gadis bertanya pada kedua orang sahabatnya. Sesekali, ia memelintir rambut soft pink-nya.

"Oh, tentu! Sang artis terkenal dari prefektur Suna, Gaara, akan main film drama, 'kan?" tanya gadis berambut pirang. Mata aquamarine-nya melirik teman disebelahnya, yang sepertinya sedang asyik dalam dunianya sendiri. Bahkan, mungkin tak mendengar ucapannya sedikitpun. "Shion!" hardiknya.

Gadis -rambut blonde panjang yang digerai- itu pun menoleh, merasa namanya dipanggil. "Hee? Kenapa? Aku dengar, aku dengar! Gaara Sabaku yang lagi tenar itu, 'kan? Aku juga tahu," ucapnya santai.

"Huh! Kau ini! Jangan dandan melulu yang kau pikirkan!"

"Iya, iya… Maaf!"

Sakura, sang gadis berambut pink hanya tertawa. Namun, sorot matanya langsung berubah menjadi tatapan heran. "Hei kalian! Ino, Shion! Bangku yang ku duduki ini… Bukannya ada yang menduduki?"

Gadis yang bernama Ino dan Shion berpandangan heran.

"Tapi mungkin ia tak keberatan kalau kursinya kau duduki, Sakura. Toh, sepertinya orangnya lagi pergi sebentar. Kau tak usah khawatir!" ucap Ino meyakinkan.

"M-maaf. B-bolehkah a-aku ikut se-sebentar?"

Sebuah suara tiba-tiba terdengar. Dan tentu saja, Sakura, Ino, dan Shion langsung kaget.

"GYAAA! SADAKOOO…!"

Sang sumber suara menatap trio itu dengan heran. Kemudian…

"Ah! A-aku bukan Sadako…"

"Oh! Bukan, ya?" tanya Shion polos. "Maafkan kami, deh. Kami tak akan mengganggumu, kok!"

"I-iya, benar! Ka-kami pergi dulu. Permisi, Hyuura-san…" Sakura mendorong-dorong tubuh Shion dan Ino. Menyuruh mereka berdua keluar.

"Hiy! Aku tak mengira gadis itu ada di kelas kita," ucap Ino sembari bergidik.

"Sama, Ino! Aku juga begitu. Melihat penampilannya, dia seperti… Sadako!" nyali Shion menciut.

"Husshh! Kalian jangan begitu! Tapi memang benar, sih. Hyuura-san atau… siapalah namanya… Dia seperti… gadis dalam bayangan, ya?"

Ino dan Shion terdiam. Namun, kemudian keduanya mengangguk setuju.

Gadis –yang dikira Sadako- itu pun duduk di bangkunya –bangku yang di duduki Sakura tadi-. Ia menghela napas berat.

"Tapi, nama margaku Hyuuga. Bukan Hyuura…"

Hinata POV

Halo, namaku Hinata Hyuuga. Aku adalah siswi kelas 2 di Konoha High School. Kau ingin tahu berapa persen orang lain menganggapku ada? Jawabannya… 0 %. Aku seperti tidak terlihat sama sekali. Aku berniat untuk mencari teman. Minimal 3 orang, saja.

Tapi apakah kau tahu? Aku punya sebuah pengalaman yang tak bisa ku lupakan. Ingin tahu? Jadi, begini.

Dulu, sewaktu aku masih kelas 1 SMA, aku pernah tertabrak motor. Ceritanya, ketika aku hendak berangkat sekolah, aku melihat seekor kucing yang hendak menyebrang jalan. Namun, kau tahulah kucing tak tahu mengenai lalu lintas.

Kebetulan, waktu aku menolongnya, warna lampu masih merah. Kulihat, sebuah mobil melaju cepat, menabrak si kucing. Tapi, tidak terjadi. Karena aku cepat menolongnya. Namun, aku lengah. Aku tidak tahu kalau lampu saat itu sudah berubah warna jadi hijau. Betapa kagetnya ketika ada motor dari arah belakang menabrakku. Beruntung nasib sang kucing saat itu. Tapi aku… Kaki dan tanganku patah. Hingga aku tak bisa bersekolah selama 1 bulan lebih. Hampir 2 bulan, malah.

Dan ketika aku kembali ke sekolah, aku melihat di sekolah banyak tercipta kubu-kubu. Jelas hal itu membuatku bingung. Bagaimana caranya aku mencari teman? Akhirnya, aku memutuskan untuk mencari teman saat kelas 2 nanti. Namun pada kenyataannya…

Tetap saja hingga saat ini pun, aku tak punya teman. Seorangpun.

End of Hinata POV

.

.

"Hei, coba lihat itu!"

"Kyaa… Itu 'kan Sasuke-kun dan Naruto-kun!"

"Hei, kalian berdua! Naruto, Sasuke! Cepat masuk ke kelas! Pelajaran sebentar lagi dimulai, oi!" teriak seorang pemuda dengan tato segitiga merah di pipinya.

"Iya, iya, Kiba! Dasar cerewet!" gerutu pemuda berambut pirang yang bernama Naruto. "Hei, Teme! Mumpung belum ada guru, gimana kalau kita berlomba?"

"Hn?" tanya pemuda emo itu –Sasuke- singkat. "Lomba apa?"

"Lomba makan ramen!" sungutnya. "Ya nggak mungkin, lha! Lomba lari sampai ke kelas, ngapain lagi memang-…" Mata shappire Naruto terbelalak. Dilihatnya, lawan bicaranya sudah tak ada dihadapannya. "HEEEIII! TEME! KAU CURANG!"

.

.

BRAKKK!

"Kyaa… Sasuke-kun…! Ohayou…" Gadis-gadis terdengar ricuh ketika salah satu dari 'The Most Popular Boys' di sekolah mereka masuk ke ruang kelas itu. Kelas XI-3. Tapi yang dipangil tak menyahut.

"Yang menang siapa, Dobe?" tanyanya sembari tersenyum jahil.

"Curang! Tak ada yang menang!" Naruto menggembungkan pipinya. Tak senang dengan sikap Sasuke.

Hal itu membuat Sasuke ingin tertawa. Mata onyx-nya melirik ke seluruh sudut kelas. Ia mendapati seseorang, tengah terduduk. Sendirian. Yang ditatap ternyata balas menatap. Namun tak lama karena ia memalingkan wajahnya.

'Argh, Hinata! Kau bodoh! Kenapa menatap matanya saja kau tak bisa? Payah!' batinnya. 'Eh, tunggu dulu! Ini 'kan kelas XI-3. Bukankah aku juga bagian dari kelas ini? Kenapa aku tidak tanya saja pada mereka, apakah mereka mau berteman denganku? Toh, kelihatannya mereka baik.'

"Ma-maaf… Apa-…"

"Sasuke-kun, Naruto-kun, apa kabar?"

"Aku bawa Bento dua, lho! Buat kalian saja, ya?"

"Senang sekali kami bisa sekelas dengan kalian berdua. Aww… Pasti sangat menyenangkan…"

Teriakan histeris dari para fans girl Sasuke dan Naruto, membuat ruang kelas itu jadi ricuh. Jelas saja tak ada satu orang pun yang mendengar suara Hinata yang begitu pelan.

"M-mungkin… Aku tak seharusnya mengatakannya…"

.

.

BLAMMM!

"Aku pulang!" ucap Hinata, dibarengi suara pintu yang ditutup. "Ah, aku lupa kalau mereka semua sedang pergi," lanjutnya lirih.

TAP… TAP…

Dengan langkah amat hati-hati, ia berjalan menaiki anak tangga. Menuju ke kamarnya, dan segera merebahkan dirinya di kasur empuknya. "Haaahhh…" ujarnya. "Hari yang melelahkan."

Tiba-tiba, ponselnya berdering. Dengan malas, ia melihat tulisan di layar ponsel.

Hanabi Send You a Message

"Hanabi?" gumamnya. Tanpa pikir panjang, ia langsung menekan tombol 'Yes'.

PIP.

.

From : Hanabi

Nee-san… Aku, Neji-niisan, dan Tou-san sepertinya akan pulang agak malam.

Tolong jaga rumah sampai kami pulang, ya? ^_^

.

Hinata menghela napas panjang. "Mau dimana pun, aku pasti selalu sendiri…" desahnya. Matanya melirik ke sebuah benda. Seperti komputer. Bedanya, komputer ini bisa dibawa kemana-mana. Sebuah laptop berwarna dark blue menyita perhatiannya. Lalu, terbesit sebuah ide di benaknya.

"Ah, benar juga! Kenapa aku tidak lakukan hal itu, ya?" tanyanya pada diri sendiri.

Kemudian, dinyalakannya sang laptop. Baru setelah itu, ia mengetikkan sebuah alamat web.

Hinata POV

Ini dia yang kulakukan jika dilanda rasa sepi. Ya, membuka laptop kesayanganku. Tapi tak hanya itu. Aku selalu membuka Facebook, satu-satunya tempat dimana aku bisa mencurahkan segala isi hatiku. Segala keluh kesah dan gundah kucurahkan disana. Dan hal itulah yang bisa membuatku tenang. Karena itu adalah hobiku dan, oh! Nama akun-ku adalah Lavender Butterfly. Hihi, nama yang aneh, ya?

Hatiku berbunga-bunga ketika melihat ada dua orang yang mengomentari statusku. Status itu kubuat kemarin. Bunyinya begini :

Hah… Aku merasa depresi.

Tiap hari sama saja bagiku. Itu sebabnya aku jarang Online. =='

Aku bingung apakah aku akan mendapatkan teman tahun ini? T^T

Comment (2)

Like (0)

Ku klik tulisan 'Comment'. Dan benar! Ada dua orang yang mengomentari statusku itu.

Sand Panda : Itu tidak benar! Kau harus terus mencoba! Kalau kau menyerah duluan, malah kau akan semakin sendirian. =A=

'Sand Panda-san orang yang sangatlah tegar,' pikirku. Kemudian, aku mulai membaca komentar yang terakhir.

Fire Fox : Jangan khawatir! Jika kau adalah dirimu sendiri, maka kau akan baik-baik saja! Kau sudah mencoba dengan sekuat tenaga. Aku yakin, ada seseorang yang terus mengawasimu. ^^

Mataku terbelalak melihat komentar dari Fire Fox-san. Makna dari kata-katanya… sungguh mendalam. Ia… sangatlah baik. Mereka berdua -Sand Monkey dan Fire Fox- adalah orang yang sangat baik. Mereka adalah orang yang peduli padaku. Mereka adalah teman pertamaku. Meskipun aku belum pernah bertemu mereka berdua di dunia nyata, tapi aku sangat senang.

Setelah berpikir sejenak, kemudian jari-jemariku beradu dengan keyboard. Mengetikkan kata-kata yang telah kupikirkan matang-matang di otakku.

To Sand Panda: Terima kasih banyak atas dukungannya. ^^

Aku akan berusaha semampuku!

To Fire Fox : Terima kasih banyak, Fire Fox-san. ^_^

Terima kasih. Aku tak bisa berkata apapun selain 'Terima kasih' yang sebesar-besarnya… T^T

Aku meregangkan jari-jariku yang pegal sehabis mengetik. Setelah selesai, kumatikan laptopku dan kembali menyimpannya di tempat semula.

"Mungkin… Sand Panda-san dan Fire Fox-san benar," gumamku. "Tak ada salahnya bila mencoba."

End of Hinata POV

.

.

Normal POV

Bising, sangat bising. Itulah kata yang tepat untuk menggambarkan suasana kelas XI-3 KHS hari ini. Ya. Hari itu guru Sejarah mereka, Iruka Umino, terbaring sakit di rumahnya. Jadi, anak-anak hanya diberi tugas untuk mengerjakan soal-soal yang ada di Buku Paket Sejarah.

Namun, hanya beberapa saja yang mengerjakan tugas tersebut. Sebagian lainnya… Entahlah. Mereka lebih memilih sibuk dengan urusan masing-masing.

Shikamaru, sang Ketua Kelas, malah tidur-tiduran. 'Hah! Lihat soalnya saja sudah malas. Ah… Nanti saja aku kerjakan. Lebih baik tidur dulu,' batinnya.

Baru saja memejamkan mata beberapa detik, telinganya dibuat panas dengan omelan-omelan yang menurutnya merepotkan.

"Shikaaa! Kau sadar, tidak? Kau ini Ketua Kelas, 'kan? Kenapa malah tidur, sih?" omel Ino.

"Cih! Nanti saja. Aku mengantuk," jawabnya. Membenamkan wajahnya ke lengan yang menjadi tumpuannya –dia atas meja-.

"Urgghh… Dasarrr!"

.

.

Sementara itu, Hinata, di waktu –yang menurutnya bebas- sekarang ini, ia malah pergi ke halaman belakang sekolah.

Sepi, memang. Bisa dibilang, tak ada siapapun kecuali dirinya. Dan…

"Syukurlah masih ada!"

Hinata berlari kecil sembari membawa penyiram air. Ia berjalan, menghampiri sebuah bunga. Bunga Lavender. Tingginya baru sekitar 20 cm.

Hinata tersenyum manis. Disiramnya sang bunga Lavender itu.

"Kau tumbuh besar, ya?" gumamnya. Kemudian, ia kembali menyunggingkan sebuah senyum. "Pertama kali melihatmu, kau masih berupa kuncup. Aku menemukanmu di tempat yang teduh, sama sekali tak terkena sinar matahari. Pada akhirnya, aku memindahkanmu ke tempat yang terkena sinar matahari."

Selesai menyiram, ia mengambil posisi duduk di tanah dekat sang bunga Lavender. Kemudian, ia menarik napas dalam. 'Aku bisa menjadi diriku sendiri. Meskipun… Tak ada seorangpun disekelilingku.'

Angin berhembus. Memainkan helaian rambut indigo Hinata dengan nakal. Matanya sengaja dipejamkan. Ia berusaha menikmati suasana saat itu. Tiba-tiba, Hinata teringat akan sesuatu.

"Ah, iya! Akan ku upload foto ini ke Facebook!"

KLIK!

"Baiklah, waktunya kembali ke kelas. Sayonara Lavender-san…"

.

.

Kelas Hinata ada di lantai dua. Baru saja dia naik 8 anak tangga, tiba-tiba terdengar suara derapan kaki. Sepertinya, ada orang yang sedang berlari. Satu orang? Rasanya tak mungkin. Ada dua orang, sepertinya. Mungkin… sedang bermain kejar-kejaran?

"Dobe! Kembalikan!"

"Hehehe… Ayo, coba ambil dariku, Teme!"

Hinata mendongakkan kepalanya. Dilihatnya, dua orang -yang sudah sangat familiar buatnya- entah mungkin sedang bermain kejar-kejaran atau apa.

'Eh? Itu 'kan Naruto-kun dan Sasuke-kun,' batin Hinata.

GREB!

Tiba-tiba, seseorang memegang kedua bahunya, dan bersembunyi dibalik tubuh Hinata. Sontak Hinata kaget.

"Na-Naru-…" Mata lavendernya membulat. Dilihatnya, ternyata Naruto-lah yang berdiri di belakangnya. Tak kuasa ia menyembunyikan wajahnya yang sudah sangat terlanjur memerah.

"Cih! Kau curang, Dobe! Kembalikan tas-ku! Aku sedang tak ingin bermain-main!"

"Aha! Kau sendiri? Kemarin kau curang, lho! Waktu lomba lari, kau malah lari duluan! Payah!" timpal Naruto sembari memeletkan lidahnya.

Sasuke memutar kedua bola mata onyx-nya. "Hanya karena masalah itu?"

Naruto mengangguk cepat. "He'em!"

Sasuke menghela napas. "Kembalikan!"

Naruto mengerucutkan bibirnya. Kemudian…

"Nih, ambil saja!" serunya, sembari melemparkan tas milik Sasuke.

Hinata -yang terkejut- hampir saja terpeleset dan jatuh dari tangga. "KYAA…" jeritnya. Matanya terpejam, bersiap untuk menerima rasa sakit yang luar biasa. Namun, kenyataannya salah besar.

'E-eh? Kenapa tidak sakit?' tanyanya dalam hati. Perlahan-lahan, ia membuka kedua mata lavendernya.

"A-ah! U-Uchiha-san!"

"Hn?"

Hinata… Ditolong oleh Sasuke! Tentu, keduanya merasakan hal yang sama. Kaget iya, malu pun iya. Sejurus kemudian, keduanya telah kembali ke posisi semula –berdiri tegak-, melepaskan tubuh dari posisi –yang menurut mereka- sangat memalukan itu.

"Kau… tak apa?" tanya Sasuke, memalingkan wajahnya. Tak ingin rona merah di wajahnya terlihat oleh Hinata.

Hinata menelan ludah. Wajahnya tak kalah merah dengan wajah Sasuke. "I-i-iya… A-arigatou…" ucapnya, membungkuk dalam.

Sasuke melirik sana-sini. Mencari sesuatu yang bisa dijadikannya bahan untuk sejenak berbasa-basi. Tujuannya, untuk mencairkan suasana yang canggung ini. Namun hasilnya nihil. Dilihatnya punggung Naruto yang sudah semakin menjauh. Nampaknya, ia berlari ke kelas.

'Itu dia!' batinnya. "Kau tak ke kelas, Hyuuga?"

"Ba-baru saja a-aku hendak ke kelas," ungkapnya. Ia teringat akan sesuatu. "M-maaf. A-aku boleh ber-bertanya?"

"Hn. Soal apa?"

"A-apakah U-Uchiha-san tahu… na-namaku?" tanyanya pelan. 'Kau bodoh, Hinata! Suaramu terlalu pelan! Ia takkan bisa mendengar suaramu!'

Dilihatnya, punggung Sasuke semakin menjauh. Menyisakan jarak beberapa meter diantara keduanya. Namun, ia menghentikan langkahnya.

"Tentu saja," jawabnya –masih dalam posisi membelakangi Hinata. "Kau Hinata Hyuuga, 'kan?"

Kedua iris lavender Hinata membulat. "Ba-bagaimana… bi-bisa?"

"Kita 'kan satu kelas," sambung Sasuke. "Dan satu hal lagi! Jangan panggil aku dengan sebutan 'Uchiha'! Panggil saja 'Sasuke'!'

Dan kini, Sasuke benar-benar meninggalkan Hinata. Ia berjalan masuk ke kelasnya. Kelas yang ada Hinata di dalamnya.

"A-arigatou gozaimasu, S-Sasuke-kun…"

.

.

.

~ To Be Continued ~


A/N : Huwooo… TT^TT *pundung di pojokan lihat hasil akhir fic ini *

Ancur, ancur, ancur...! *ngebentur-benturin kepala ke bantal (?)*

Putus harapan saya. Gimana? Plagiat bener 'kan saya? Tapi bener, 'kan? Udah ada bagian yang dirubah sedikit? Semoga para Readers-san dan Reviewers-san memakluminya. ^^ *digaplok*

Oh ya, do'akan saya semoga naik kelas, ya? Pembagian raport besok, nih (tanggal 24-06-2011). DX

Jujur, saya masih kangen sama kelas 7. Suasananya, ruang kelasnya, gurunya, teman-temannya...

Tapi apa boleh buat, 'kan? Toh, nanti kelas 9 juga bisa bareng-bareng lagi. :D *hore!*

Ngomong-ngomong, ketika kelas 8, akan saya perbaiki kekurangan-kekurangan dari fic saya. *suwer ampe dower (?)*

Apapun itu, boleh, kok. Kasih FLAME dan REVIEW pada saya agar saya tahu kekurangan dari fic saya. Dan dengan senang hati, saya akan membalasnya. ^_^

Sekali lagi, saya ingin bertanya. Apakah ada yang bersedia untuk :

R

E

V

I

E

W

Nadya 'Vert no Midori'

(23 Juni 2011)