Arakafsya Uchiha Mempersembahkan:

'Pernikahan Dini'

Characters: Sasuke U. & Sakura H.

Genre: Romance/Family

Rate: M

Disclaimer: Masashi Kishimoto

.

.

.

Summary:

Demi menyelamatkan nama baik keluarganya, Sakura rela menikah dengan pria yang sama sekali tak ia kenal. Namun, siapa sangka kalau gadis cantik itu memiliki kelainan yang membuat suaminya tertarik untuk mengenal lebih jauh dan juga merebut hatinya? Mampu 'kah Sasuke merebut hati dari seorang gadis yuri?.

.

.

.

Chapter I: Awal Segalanya.

"Apa?!"

Bagus. Haruno Sakura kembali menutup telinganya rapat-rapat. Ini adalah hari ke-tiga dimana Haruno Karin—kakak perempuannya berteriak di acara sarapan pagi yang seharusnya damai, tentram, dan sejahtera. Dia sedikit mendelik pada sosok gadis berambut merah maroon yang saat ini sedang beradu pandang pada sosok pria paruh baya di hadapannya, sebut saja ayahnya—ayah mereka. Iya, ayah yang selalu membuatnya teriak di pagi hari.

"Kau tidak bisa menolak, tou-san sudah terlalu lama menunggu kepastianmu." Ujar sang ayah sembari mengoleskan selai di atas rotinya.

"Perlu berapa kali aku katakan pada tou-san kalau aku bisa menjalani hidupku sendiri?! Ku mohon, untuk kali ini saja tou-san tidak usah ikut campur." Jawabnya dengan intonasi yang berubah-ubah.

"Dengar, Karin. Kau tidak bisa menolak ini, ini demi kebaikan dan masa depanmu. Sasuke adalah pria yang mapan, dia pemimpin di perusahaannya sendiri, tampan, kaya raya, dan—"

"Ooh, kaya raya? Tou-san pikir aku akan mencintainya? Aku sudah punya kekasih, dan aku mohon untuk masalah ini, tou-san jangan ikut campur." Sela Karin dengan suara yang sedikit serak.

"Kau masih mempertahankan hubunganmu dengan Suigetsu? Masa depanmu tidak akan secerah menikahi Sasuke, Karin. Kau tidak bisa membantah dan pernikahan akan dijalankan lusa. Jangan membantah karena undangan sudah disebar."

Ini gila, ia tak habis pikir dengan jalan yang diambil ayahnya. Menjodohkan dirinya dengan pemuda bernama Uchiha Sasuke, anak dari kolega ayahnya. Ya, pemuda bernama Sasuke itu memang tampan, kaya raya, mapan, bahkan nama dan fotonya banyak beredar di internet atau pun majalah bisnis. Pria yang baru saja genap berusia dua puluh empat tahun itu sedang naik daun, jadi sang ayah berencana untuk menjodohkannya. Ia bahkan tak habis pikir kenapa pemuda Uchiha itu juga tak menolak? Mau-maunya dijodohkan disaat jaman sudah modern begini, masih ada saja tradisi seperti itu.

"Tou-san, untuk masalah pasangan hidup…biarkan aku memilihnya sendiri, aku tak mau mengecawakan tou-san yang nanti pada akhirnya kami tidak saling mencintai. Kalau akhirnya malah berakhir dalam perceraian, itu juga akan memalukan nama baik kedua keluarga. Aku perempuan, aku hanya ingin menikah sekali dalam seumur hidupku. Aku mohon…pikirkan ini baik-baik, aku permisi."

Iris emerald Sakura menatap sendu kakaknya yang baru saja berdiri dan pergi meninggalkan ruang makan. Ia tahu kalau Karin sudah tidak kuat lagi, bagaimana mungkin gadis berumur dua puluh satu itu kuat hidup tanpa kekasihnya? Sakura tahu kalau pemuda bernama Suigetsu itu mencintai Karin, kakaknya banyak bercerita tentang pemuda itu. Ia juga mengenal sosok 'yang sebenarnya' tentang Karin. Gadis itu sudah bergerak dibawah pengawasan ayahnya sejak kelas tiga SMP. Ia bersekolah di tempat yang tidak ia inginkan, kuliah dan mengambil jurusan yang tak sesuai dengan hati dan keinginannya pula. Semua semata-mata karena ayahnya. Jadi, Sakura pikir wajar jika Karin marah untuk soal yang satu ini. Tak satu orang pun berhak menentukan jodoh seseorang, kecuali Tuhan.

"Hh…ne, tou-san." Gadis berambut merah muda itu menarik tas yang ada di sampingnya, "Aku berangkat."

Sang ayah tersenyum mengangguk, "Hati-hati."

Sakura hanya mengangguk, lalu mencium punggung tangan sang ayah sebelum akhirnya pergi meninggalkan rumah besar milik keluarganya. Ia juga sempat melihat Karin baru saja masuk ke dalam mobil City Z putih miliknya, itu artinya sang kakak akan berangkat kuliah.

Sakura's POV

Aku menggeleng tak nyaman saat melihat mobil Karin keluar dari rumah. Aku tahu ia pasti marah, jera, dan juga kesal. Ia pernah bercerita padaku tentang semua keluh kesahnya pada tou-san, ia bahkan mengajarkan padaku agar aku bisa hidup tanpa harus berada di dalam pengawasan ketat tou-san. Ia selalu bersikeras agar aku tak mendapat pengalaman yang sama sepertinya, dan pada akhirnya pernah berdebat dengan tou-san saat aku sudah lulus sekolah. Membicarakan apa lagi kalau bukan tempat untukku kuliah? Alhasil, sekarang aku berkuliah di tempat yang aku mau.

"Nona, mau berangkat sekarang?" Aku menoleh dan mendapati supir keluarga kami bicara padaku, aku mengangguk dengan sedikit tersenyum padanya ketika ia membukakan pintu mobil untukku.

"Arigatou," ucapku pada Itetsu, pria itu tersenyum dan ikut masuk ke dalam mobil.

Tujuanku hari ini adalah Konoha High School, tempatku bersekolah kemarin. Ya, kemarin. Tolong catat kalau aku sudah jadi alumni di tempat itu. Aku kesini hanya karena sebuah urusan, aku butuh tanda tangan dari kepala sekolahku dan aku butuh data-data nilai yang sejujurnya sudah dikembalikan, tapi hilang—lebih tepatnya aku lupa meletakkannya dimana. Sedikit masih terpikirkan olehku keadaan kakakku, dan hal itu membuat diriku menghela napas panjang—frustasi.

Ini sebabnya aku membenci sebuah ikatan istimewa dengan pria, bagiku itu merepotkan. Pria hanya bisa membuat wanita menangis, kerepotan, dan pada akhirnya merasa terbebani dengan pemikiran-pemikiran tentang mereka. Ngomong-ngomong soal ikatan, aku jadi mengingat sebuah nama. Nama yang sudah hampir tiga tahun ini tak aku dengar, Uzumaki Naruko. Dia cantik, periang, pengertian, dan itu membuatku jatuh cinta padanya. Bahkan kami menjalani hubungan terlarang selama kurang lebih satu tahun, lalu putus karena—aku tersenyum kecut, menghentikan pikiranku tentangnya.

Ada yang salah? Ooh, pasti tentang hubunganku dengan si Naruko itu. Berhubungan dengan sesama perempuan ternyata jauh lebih baik, mereka sama-sama mengerti tentangmu karena mereka juga perempuan. Aku berasumsi kalau itu akan memperkecil persentase kami untuk saling menyakiti. Ya, sejak saat itu aku tak pernah lagi menjalin hubungan dengan siapa pun. Tak satu pun orang mengetahui hal ini, terutama kakak dan keluargaku. Uzumaki Naruto yang berperan sebagai kakaknya juga tidak tahu akan hal itu, semuanya terlalu rapih.

"Nona, kita sudah tiba. Apa perlu saya menunggu?" tanya Itetsu membuyarkan lamunanku.

Aku menoleh keluar kaca, "Sepertinya akan lama, kau pulang duluan saja."

"Aa, baiklah. Apa saya perlu menjemput Nona nanti?" tanya Itetsu lagi, aku menggeleng.

Aku keluar dari mobil dan segera masuk ke dalam gedung sekolah. Aku sempat memiliki sedikit kenangan dengan gadis pirang itu disini, sedikit kenangan sebelum akhirnya dia pergi. Pergi dalam artian sebenarnya, tak kembali lagi, dan tak bernapas lagi. Aku menghela napas, buruk bagiku karena belum bisa melupakannya dan aku tak akan pernah bisa melupakan sosok pengertiannya itu. Sebelumnya aku pernah berhubungan dengan seorang pria, lalu berakhir karena ia mencampakkan aku, lalu memilih gadis lain dan itu membuatku trauma. Aku memutuskan untuk berhenti berharap pada laki-laki.

Normal POV.

==oOo==

Empat orang pemuda yang namanya sudah terkenal dan diakui dunia itu kini sama-sama duduk sembari berbincang-bincang. Di meja mereka, sudah tersedia empat gelas kopi berbeda rasa dan juga dua piring kentang goreng. Terkadang pemuda berambut pirang itu sesekali mengobrol sembari menunjukkan cengirannya, dan yang berambut merah hanya memperhatikannya. Berbeda dengan pemuda tampan berambut donker yang berada di sampingnya, terkadang ia meledek ucapan si pirang. Lebih aneh lagi pemuda berambut hitam yang dikuncir satu itu, kerjanya hanya menguap meski kopi di gelasnya sudah habis setengah.

"Lalu kau pikir kau siapa, Teme? Hidup dengan bergelimpahan harta, tapi masalah perempuan saja harus ada kata perjodohan." Ucap si pirang sembari menekan kalimat akhirnya.

Kita sebut saja mereka Uzumaki Naruto, Uchiha Sasuke, Sabaku Gaara, dan Naara Shikamaru. Mereka tengah berkumpul di sebuah café yang letaknya tak jauh dari Sabaku Steel. Mereka ber-empat adalah pemuda-pemuda pewaris tunggal perusahaan keluarga mereka, sama-sama menjabat sebagai pimpinan di perusahaan mereka. Akrab sejak masuk SMA, meski tak dapat dipungkiri kadang mereka sering berdebat karena masalah sepele.

"Aku terlalu malas untuk mencari pasangan hidup." Jawab Sasuke setelah mendengar komentar Naruto tentang perjodohannya.

"Kau tidak bisa mengelak, Teme. Apa jangan-jangan kau tidak laku?" tuding Naruto lagi.

"Are you f*cking kidding me? Everyone already knows that I'm awesome." Jawabnya enteng setelah menyeruput kopinya.

"Hn, apakah sesuatu yang disebut sering berganti pasangan itu awesome?" Gaara—si rambut merah membuka suara beratnya.

"Kau harus mencobanya, Gaara." Jawab Sasuke kemudian memainkan smartphone di tangannya.

Shikamaru kembali menguap, "Pembahasan kalian tak berguna, tahu begini lebih baik aku tidur saja."

Gaara melirik pemuda di sampingnya, "Aku baru tahu kalau Kakakku menyukai pria tukang tidur sepertimu."

"Cih, merepotkan." Jawabnya acuh sembari mencoba memejamkan matanya.

"Lalu, Teme." Naruto kembali membuka suaranya, "Aku rasa aku mengenal siapa Haruno Karin."

Sasuke menatap Naruto dengan alis berkerut, pernyataan tadi juga membuat Gaara ikut untuk andil dalam percakapan tak penting ini. Biasanya mereka akan berkumpul untuk membicarakan masalah perusahaan, tapi sekarang mereka berkumpul untuk membahas masalah percintaan Sasuke. Tidak bisa dibilang percintaan, nyatanya ia dijodohkan.

"Kau mengenalnya?" Sasuke meletakkan smartphonenya di atas meja.

"Ya. Alamarhum adikku cukup dekat dengan Haruno Sakura, nama adiknya. Mereka keluarga baik-baik, dan gadis bernama Karin itu adalah gadis yang cerdas." Jawab Naruto lagi.

Gaara menyeringai, "Haruno Sakura ya?" dan seringai itu telah mengundang rasa penasaran Naruto dan Sasuke.

"Kau mengenalnya?" pertanyaan Naruto cukup mewakilkan apa yang ingin Sasuke tanyakan.

"Mantan pacarku."

Bruusshh!

Uzumaki Naruto tersedak begitu vanilla latte yang ia minum sampai di kerongkongan. Pernyataan bungsu Sabaku itu membuat keduanya mendelik, kecuali Shikamaru yang sudah bersandar di sofa dan tertidur. Sabaku Gaara semakin memperlebar seringainya, ia tertawa kecut dan mengusap wajahnya pelan.

"Hn. Kami berpacaran kurang lebih lima bulan—" ia menyeruput kopinya sebentar, "Lalu berakhir karena aku lebih mencintai Matsuri." Lanjutnya dengan tenang.

Naruto tertawa sinis, "Kau kejam, Gaara. Bagaimana pun gadis itu sangat dekat dengan adikku, jadi aku sudah menganggapnya sebagai adikku."

"Kau marah padaku?" tanya Gaara dengan wajah menantang.

Naruto mendecih, "Aku hanya kecewa. Ku harap ia sudah melupakanmu, meski yang aku tahu ia belum memiliki kekasih lagi."

Gaara tertawa hambar, "Aa, kebetulan aku baru putus dari Matsuri."

"Aku baru tahu kau seorang playboy, Gaara." Ucap Sasuke sarkatis.

"Tidak bisa dibilang begitu, aku bukan seperti kau." Jawabnya santai.

Naruto meletakkan gelas kopinya di atas meja, " Kalian berdua sama saja. Ingatlah kawan, you play drama—you get karma. Hal itu masih berlaku di dunia ini."

Keduanya hanya diam. Gaara mengangkat bahu acuh, sedangkan Sasuke kembali menyeruput kopinya. Pemuda Uzumaki itu merapihkan pakaiannya, kemudian bangkit dari duduknya.

"Aku duluan, aku mau menjemput Hinata." Ucapnya kemudian dan berlalu meninggalkan teman-temannya.

Gaara menatap punggung Naruto yang menghilang di pintu keluar, lalu menatap Sasuke yang tengah sibuk dengan smartphonenya. Ia teringat sesuatu, "Apa Naruto sudah membayar pesanannya?"

"Belum." Jawab Sasuke tenang. Mereka bertukar pandang.

"Aku juga belum." Kata Sasuke lagi.

"Aku juga."

Mereka kembali bertukar pandang, lalu melirik Shikamaru yang masih tidur. Keduanya menyeringai.

"Shikamaru, aku dan Sasuke akan pergi sekarang. Kau tidak mau ikut?" tanya Gaara sembari menggoyangkan tubuh sahabatnya.

"Hh—baiklah." Jawab pemuda malas itu sembari mengusap wajahnya.

Sasuke dan Gaara bangkit duluan, bersiap akan pergi, "Kami tunggu di parkiran. Jangan lupa bayar billnya!"

"He—Hei!"

-Tbc-

Author Note:

Taaraaaa! *digetok panci* Twin belom kelar, Red Rose Location masih ngegantung, udah berani nampilin yang baru—tabok saya aja *enggak*. Ini baru awalnya loh, kalo gak karena request dari KunoichiSaki Mrs Uchiha Sasuke ini aku gak akan berani deh nampilin fict baru. Gimana? Udah sesuai permintaan belum? Kalo belum maaf ya ._.

Hai, readers! Ketemu lagi sama saya :D. Rencana mau selesain fict ini sampe 5 chapter aja—kalo lebih berarti bonus (?) .-. gimana? Berniat review? Makasih~