Apapun Itu, Aku Tidak Peduli
"Apapun yang ada pada dirimu, entah itu kekurangan ataupun kelebihanmu; bagiku, kau masih tetap menjadi yang terbaik yang pernah Tuhan ciptakan untukku."
"Aku ingin belajar mensyukuri hal-hal kecil yang terjadi di kehidupanku."
.
.
Sebuah drabble persembahan ImaginationFactory.
Semua karakter Free! di sini milik orang yang bersangkutan.
Sedangkan karakter reader adalah milikmu, atau Makoto (jika kamu mau XD karena, di sini tokoh utamanya Makoto dan reader XD)
Peringatan: bagi yang kurang suka cerita tentang rumah tangga(?), kusarankan jangan lanjut dibaca deh XD
.
.
Dan... selamat membaca!
Chapter 1, Apapun Itu, Aku Tidak Peduli
Pria berbadan kekar dengan kaos hitam polos itu duduk di sampingku. Menyandarkan punggung tegapnya di sofa belakang kami. Ia tersenyum tipis sambil menoleh ke arahku; memperlihatkan wajahnya yang semakin tampan dengan senyum yang terukir itu.
"Hei…?" dia berbicara dengan lembutnya. Suaranya itu seakan beralun merdu di telingaku. Padahal, aku yakin dia sedang tidak berencana bernyanyi di dekatku. Namun, aku tetap bisa menikmati suaranya seperti di saat ia bernyanyi.
"Hei?" ucapnya sekali lagi. Kini, tangan besarnya itu melayang menghampiri wajahku. Menyentuh helaian rambut yang menutupi wajahku, lalu menyematkan helain itu di belakang telingaku. Aku yang berada di hadapannya ini hanya bisa terdiam sambil mungkin terlihat rona merah di kedua pipiku saat ini.
Ia tertawa pelan, tawaannya cukup membuat hatiku merasa lega. Aku sangat mencintai tawaannya—suaranya, senyumannya, wajahnya, semua tentangnya. Aku tidak tahu apa yang harus aku minta lagi kepada Tuhan selain meminta memiliki pasangan hidup sepertinya. Dia sungguh sempurna.
Sehabis tertawa, kelopak mata yang tadi menutupi iris emerald itu terbuka secara perlahan menampilkan matanya yang indah. Ia berbisik kepadaku pelan, "Kau tahu? Memakai make up atau pun tidak, sedang hamil ataupun tidak sedang hamil, sudah tua maupun masih muda; di hatiku, kau selalu menjadi yang paling cantik yang Tuhan pernah ciptakan untukku. Terima kasih Tuhanku, karena aku bisa memiliki istri secantik dan sebaik ini," katanya, yan membuat jantungku berdegup lebih kencang lagi.
Aku mengangkat kedua tanganku secara perlahan, mengalungkannya di lehernya, lalu kusandarkan kepalaku di dada bidangnya. "Terima kasih Makoto… Aku mencintaimu."
"Apa ada sesuatu yang lebih bahagia selain memiliki orang dekat yang mencintaimu apa adanya?"
.
.
.
Chap 1 /End/
.
.
Pesan dari author:
Hai, para reader, maaf karena lama tidak update cerita KnB. Sebagai gantinya, saya membuat cerita ini (sembari menunggu cerita KnB yang akan saya post di masa depan/?). Cerita KnB masih berlanjut kok, tapi saya belum dapat pencerahan. Jadi ya... begitulah.
Oh iya, jangan lupa sampaikan kritik dan saran tentang cerita ini, ya...
Sampai jumpa di chapter selanjutnya!
Salam, Imagi :3
