MY DEAR FRIEND

chapter 1.

.

.

PARK CHANYEOL & BYUN BAEK HYUN (GS)

.

.


Sore ini cahaya jingga bersinar begitu menyorot sudut mata dari tepi barat seolah memberitahu bahwa sore ini akan berakhir dan berganti dengan malam.

Tapi disana sekumpulan anak-anak kecil tetap bermain dan berkumpul di bawah pohon sakura yang belum siap untuk bermekaran yang berada di pinggir lapangan. Mereka sibuk dengan sebuah permainan, permainan yang mereka ketahui dari acara yang orang dewasa lakukan. Dua anak berdiri saling berhadapan, sedangkan seorang anak laki-laki berdiri di tengah kedua anak itu, sisanya duduk dan menyaksikan aksi mereka bertiga.

Ketiga anak itu seperti sedang menampilkan sebuah lakon atau bisa disebut memperagakan sebuah drama. Drama tentang pernikahan walau dengan peralatan dan pengetahuan ala kadarnya. Dengan kepolosan sifat mereka pula tentunya.

"Park Chan Yeol" sebut seorang anak yang berdiri di depan "apakah kau menerima dan meresmikan pernikahan ini dengan kesungguhan dan keikhlasan hati? Mengasihi, menghormati istri, dan selalu setia kepadanya sampai selamanya dan menjadi kepala keluarga yang baik?"

"ya, saya bersedia" sahut si anak laki-laki dan bisa di bilang paling tampan diantara anak yang lain dengan ekspresi polos tanpa beban.

"dan untuk Byun Baek Hyun" anak laki-laki itu beralih menatap seorang anak perempuan yang kepalanya di tutupi sehelai selendang berwarna putih milik ibunya. "apakah kau menerima dan meresmikan pernikahan ini dengan kesungguhan dan keikhlasan hati? Mengasihi, menghormati suami, dan selalu setia kepadanya sampai selamanya dan menjadi ibu yang baik?"

"ya! Aku mau!"

"saya bersedia, Baek...harus benar mengucapkannya"

Gadis kecil yang awalnya menyahut dengan wajah ceria berubah cemberut ketika mempelai pria menegurnya.

"iya, Baekhyun bersedia" walau sempat kesal tapi gadis kecil itu bersedia meralat ucapannya.

"ok, sekarang pasangkan cincin. Dimana cincinnya?" ketika anak yang ceritanya menjadi seorang yang meresmikan pernikahan mencari suatu benda, seorang anak yang tubuhnya lebih kecil dari ketiga anak itu datang sambil membawa dua buah bunga baby breath dan di bentuk menjadi bulat hampir mirip seperti cincin.

Lalu anak itu mengambil ke dua cincin buatan dan memberikan ke kedua mempelai, masing-masing satu.

"Chanyeol dulu yang pakaikan cincin ke jari Baekhyun, setelah itu Baekhyun yang pakaikan cincin ke jari Chanyeol" saran anak itu.

Dan kedua mempelai kecil itu langsung memperagakan perintah dari anak itu seperti layaknya sepasang pengantin yang biasa mereka lihat ketika datang ke pernikahan teman-teman orang tuanya.

"baiklah. Sekarang kalian sudah menjadi sepasang suami istri"

Taburan beberapa jenis kelopak bunga yang di petik berterbangan di udara menyusul setelah anak itu sudah meresmikan pernikahan jadi-jadian ini. Kemudian kedua pengantin cilik itu menuruni panggung kecil bersama-sama sambil berpegangan tangan. Sedangkan teman-temannya yang lain terus menebarkan bunga ke langit dan membiarkan kelopak bunga itu mendarat pelan mengenai tubuh mereka.

Baekhyun mengadahkan wajahnya ke atas langit, melihat warna langit yang sudah tampak berbeda dari ketika ia datang ke lapangan ini. Sesaat gadis kecil itu menyadari sudah saatnya mereka pulang ke rumah masing-masing.

"sudah sore, kita harus pulang sekarang sebelum ayah dan ibu marah" gadis kecil itu memperingatkan teman-temannya.

Walau sebenarnya anak-anak itu belum puas untuk bermain, tapi mereka masih tetap ingat dengan pesan dari orang tua masing-masing agar tidak pulang saat pergantian waktu tiba atau jika melanggar maka bersiaplan untuk di jemput oleh makhluk-makhluk menyeramkan. Begitulah kata-kata yang di ucapkan orang tua mereka sebagai ancaman.

"besok kita lanjut ya, masih di tempat ini"

"oke!" sahut anak-anak kecil itu serempak.

Lalu mereka membereskan mainan mereka dan menyimpannya di dalam keranjang sepeda masing-masing.

Setelah semua beres, mereka mulai memisahkan diri dan menggoes sepedanya menuju rumah masing-masing lebih dulu. Kecuali dua anak laki-laki dan perempuan yang masih berada disana.

"Baekhyun, kau sudah siap?" tanya anak laki-laki bernama Chanyeol.

Baekhyun membenarkan posisi duduknya. Gadis itu duduk di depan dengan posisi duduk yang menghadap ke samping.

"sudah"

"pegangan yang kuat"

Chanyeol menekan pedal sepeda sebelah kanan dengan kakinya, lalu bergantian dengan kaki kirinya sampai roda sepeda berputar dan dapat berdiri dengan seimbang.

Walau agak berat saat menggoes pedal sepeda, tapi bagi Chanyeol itu sudah biasa karena Baekhyun selalu di bonceng sejak usia mereka 4 tahun, jadi mereka sudah sangat begitu dekat dan juga karena rumah mereka bertetangga.

"Baek, jika kita sudah besar, kau harus menikah denganku, ya?!" ucap Chanyeol di sela perjalanan.

"kenapa?" tanya Baekhyun tak mengerti.

"supaya kita bisa terus bermain bersama"

Benar juga, lagipula Chanyeol anak yang baik, bisa di anggap kakak juga sahabat. Dan Baekhyun merasa senang jika terus bermain bersama Chanyeol.

"iya, Baekhyun mau."

"janji ya?"

"janji!"

Percakapan mereka terhenti saat melihat jalanan yang ada di hadapan mereka begitu sepi dan gelap.

Rumah mereka sekitar 500 meter lagi. Dan untuk sampai ke rumah masing-masing mereka harus melewati sebuah jalan yang kanan kirinya hanya ada tumbuhan semak dan pohon-pohon tinggi besar dan rindang sehingga menutupi cahaya yang di pantulkan matahari atau. Suasana begitu sangat sunyi dan gelap. Belum ada penerangan lampu, tak ada orang lain lagi selain mereka yang masih berada di jalanan. Tapi mereka terlambat, keadaan sisi jalan sudah terlalu sunyi, pasti orang-orang sekarang sudah berada di rumah.

Chanyeol dan Baekhyun saling terdiam. Bimbang untuk melaju melewati tempat yang cukup menegangkan itu.

"sepi. Bagaimana Yeol? Tidak ada orang lagi yang lewat sini"

Chanyeol diam dan memejamkan matanya mencoba untuk berfikir sejenak. Jika tidak salah ingat di dalam tasnya ada benda yang dapat di fungsikan untuk waktu sekarang.

"coba kau buka tasku, kalau tidak salah aku bawa lampu senter milik ayah " perintah Chanyeol.

Baekhyun langsung membuka tas Chanyeol yang berada di dalam keranjang sepeda. Setelah menggeledah dan meraba akhirnya Baekhyun mendapatkan senter itu. Kemudian ia menekan tombol ON dan sorot cahaya pun langsung keluar.

"kau pegang senternya dan arahkan ke depan, jadi jalanan tidak begitu gelap"

"tapi aku takut, disana sangat gelap, dan seram"

"berdoa saja, tidak ada yang perlu di takuti selama Tuhan melindungi kita"

Chanyeol mencengkram stang sepedanya sambil mengumpulkan nyali juga tenaga seakan-akan di depan sana adalah jalan yang penuh dengan tantangan dan lika liku. Padahal hanya jalanan lurus yang cukup berbatu dan panjangnya tidak mencapai 200 meter.

Sedangkan Baekhyun terus berdoa dalam hati dengan mata yang tertutup. Tapi Baekhyun tetap mengarahkan senter itu ke depan sesuai dengan perintah Chanyeol.

Sepeda mulai bergerak dan berjalan pelan memasuki wilayah yang di anggap cukup menyeramkan oleh anak-anak sekitar. Dengan penuh keberanian Chanyeol melajukan sepedanya tanpa ada rasa takut dengan menutup mata. Jika Chanyeol menutup matanya nanti sepedanya bisa menabrak sesuatu dan mereka terjatuh.

...

Suasana begitu sunyi, sepi dan gelap. Baekhyun masih tidak berani membuka matanya. Bahkan sampai Baekhyun mencium aroma wangi bunga yang terdeteksi oleh salah satu indra penciumannya.

Tidak hanya Baekhyun yang merasakannya, tapi Chanyeol juga. Bahkan Chanyeol merasa sepedanya terasa berat, padahal sebelumnya tidak. Walau hanya terasa berat juga pada bagian depan karena ada Baekhyun, tapi kini Chanyeol merasa depan belakang. Jangan-jangan..

" Baekhyun jangan berhenti, tetap berdoa" bisik Chanyeol.

Sebenarnya walau tanpa di pinta pun Baekhyun tetap berdoa karena merasakan suasana yang jauh dari kata tenang.

" Chanyeol, apa kita bisa lebih cepat? Baekhyun takut"

"aku sudah berusaha, tapi.. sepedanya sangat berat"

Dari suaranya yang seperti menahan beban, Chanyeol sepertinya tidak berbohong. Dan itu benar-benar membuat Baekhyun semakin ketakutan dan mulutnya terus berkomat kamit tidak bisa diam.

Langit semakin tampak gelap dan mereka masih berada di jalan. Di jalanan yang cukup menegangkan lebih tepatnya. Chanyeol harus cepat menggoes sepedanya supaya bisa cepat sampai di rumah. Jika tidak kasihan bila Baekhyun harus kena omelan orang tuanya, walau Chanyeol belum pernah melihat orang tua Baekhyun marah-marah.

Sambil berdoa dan mengumpulkan tenaga seadanya Chanyeol menggenjot pedal sepedanya lebih kencang dan..

Wush!

BUG!

"suara apa itu?"

"tidak tahu, biarkan saja. Yang penting kita cepat sampai ke rumah" sahut Chanyeol dengan nafas menggebu.

Baekhyun yang penasaran diam-diam menoleh ke belakang dan melihat di bawah lengan Chanyeol. Tampak bayangan hitam di atas tanah. Baekhyun langsung memalingkan pandangan dan kembali menghadap ke depan sambil menutup kedua mata dan terus berkomat kamit "semoga hanya halusinasi, hanya halusinasi"

5 menit mengebut dengan kekuatan seadanya mereka sampai di depan rumah dengan pendaratan yang kurang baik, mengerem lalu jatuh bersama. Tapi bukan tangis kesakitan malah tawa yang terdengar dari suara kedua bocah cilik itu.

Kemudian Baekhyun bangun dan menepuk-nepuk roknya yang terkena debu, lalu ia mengambil peralatan mainannya dari keranjang sepeda.

"besok kita main lagi ya Chanyeol, terimakasih. bye!" kaki kecil itu berlari dan sosoknya menghilang setelah pintu rumah tertutup.

Chanyeol hanya tersenyum lalu mengangkat sepedanya yang sempat terjatuh dan menuntunnya berjalan kesebuah rumah yang letaknya disamping rumah Baekhyun yang adalah rumahnya.

.

TBC

kritik saran di butuhkan.