Prologue
Land of Dawn, adalah sebuah dunia dimana kehidupan Dewa, Manusia Monster dan Iblis menjadi satu. Awalnya tidak. Namun, saat satu penjaga dunia itu mendapatkan pedang terkutuk, dunia-dunia itu bersatu, menciptakan sebuah peperangan yang tidak tau kapan usainya.
Manusia, adalah makhluk yang paling lemah diantara yang lainnya, mengetahui hal itu. Mereka terus menciptakan inovasi dari pemikiran mereka. Ciptaan-ciptaan mereka kini bisa mengimbangi kekuatan diatas mereka. Bahkan mereka dengan sengaja menggunakan anak-anak mereka sebagai percobaan mereka. Satu per satu anak-anak itu mati sia-sia. Namun hal itu, tidak membuat mereka jera. Apa lagi saat Dua diantara ratusan anak percobaan itu, menuai kesuksesan.
"Berhasil. Berhasil!" sorak para manusia dewasa itu.
Dua anak remaja yang berada dalam kurungan besi itu hanya menunduk. Yang berambut pirang menunduk takut, sedangkan yang berambut coklat menunduk karena geram. Ia membenci orang-orang itu. Seenak hati mereka menjadikan anak-anak sebagai kelinci percobaan yang bahkan kematiannya tidak dihargai.
"Hei, siapa namamu nak?" tanya salah satu peneliti pada anak yang berambut pirang.
"A-Alucard.."
Peneliti itu tersenyum dan beralih pada yang berambut coklat.
"Dan siapa namamu?"
Tidak ada jawaban, hanya decihan sinis yang terdengar. Peneliti itu berdecak dan menendang pintu kurungan. Ia mengumpat dan berlalu, meninggalkan dua bocah laki-laki itu dalam kesunyian.
Alucard, menoleh pada si rambut coklat dan berdehem kecil. Yang dituju melirik sekilas lalu mengabaikan Alucard. Alucard mendesah kecewa dan kembali meringkuk, memeluk lututnya. Kapan ia bisa keluar.
"Harusnya kau tidak terlihat lemah." Si brunette bersuara, membuat Alucard memandangnya dengan binar dimata.
"Kau, tidak membenciku?" tanya Alucard antusias.
Si brunette menatap Alucard dengan sejuta keanehan. Kenapa bocah pirang ini berpikir ia membencinya?
"Kenapa aku harus membencimu?" tanyanya dengan heran.
Alucard berpikir. Anak yang polos.
"Karena, aku tidak tau namamu?"
Si brunette berdecih dan berdiri. Sedetik kemudian ia sudah berada di luar kurungan, digantikan dengan bayangan monyet berpistol. Alucard tercengang sebelum menuju pintu kurungan.
"K-kau bisa keluar?! Bagaimana bisa?"
"Kita adalah kelinci percobaan yang, bisa dibilang berhasil. Jadi, kenapa tidak kau coba? Bukankah mereka membahas apa yang mereka berikan padamu?" balas si brunette.
Alucard mengingat. Ya, sebelum tubuhnya dimasukkan beberapa suntik cairan, ia mendengar jika ia akan dijadikan sebagai manusia setengah iblis dengan kemampuan menyerupai Dracula. Alucard menganga dan menatap si brunette yang sedang membopong seekor monyet_yang entah darimana dapatnya.
"Sekarang kau tau. Jadi, aku pergi sekarang."
Alucard panik, "Tu-tunggu, siapa namamu?!" oh, harusnya bukan itu.
Si Brunette menoleh kebelakang, "Claude."
-xoxoxoxo-
Alucard terbangun. Ia kembali bermimpi hal yang sama. Ia mendudukan dirinya dan memandang api unggun yang bergoyang. Suasana hutan yang cukup sunyi memudahkan pendengarannya mendengar setiap bunyi disana. Alucard mendesah dan beralih pada rekannya yang sedang memainkan belati cahayanya.
"Kapan kita sampai?" tanya Alucard. Ia yakin rekannya itu tidak tidur sama sekali.
"Dua hari lagi. Besok malam, mungkin kita akan menginap di salah satu desa yang kita lewati," balas rekannya.
Alucard menghela nafas dan duduk bersila. Ia menopang dagunya dan menatap kobaran api unggun didepannya.
"Hei, kenapa kau meninggalkan keluargamu?" tanya Alucard.
Rekannya tidak menjawab dan masih memainkan belati cahayanya. Alucard mendengus kecil dan bersandar pada pohon dibelakangnya. Ia menatap pemuda yang terbilang tampan dan manis diseberangnya.
"Sebagai rekan, aku harus tau latar belakangmu. Bahkan aku tidak tau namamu. Kecuali kode namamu, Dagger," ujar Alucard mendesak.
Rekannya menancapkan belatinya ke tanah dan memberikan Alucard tatapan jengkel. Alucard tersenyum kikuk. Rekan Alucard adalah Mage yang mengambil pekerjaan Assassin. Kecepatannya dalam memburu musuh dan bergerak sangat menawan. Itulah kenapa Alucard disandingkan dengannya. Kemampuan regenerasi Alucard yang tinggi bisa berguna bagi dirinya sendiri ataupun rekannya.
"Gusion Paxley. Putra bungsu keluarga Paxley yang tentunya sudah membuang marga itu," balas rekannya.
"Akhirnya. Gusion ya.. Kenapa kau membuang margamu?"
Gusion menarik nafas panjang, "Ceritanya panjang. Dan hal itu tidak penting untukmu. Yang perlu kau tau hanyalah namaku dan statusku."
"Baiklah_" Alucard mengangguk, "Aku tidak akan bertanya lagi."
"Mengenai target kita, itu adalah seorang raja dari satu kaum yang hobi berperang. Bisa kubilang titisan iblis," ujar Gusion.
"Seorang Ashura. Lance berpesan jika kita harus berhati-hati. Ada satu tangan kanan Ashura yang bisa dikatakan berbahaya. Mungkin karna dia lebih gesit darimu?" balas Alucard dengan sebuah opini diakhir.
"Akan kuurus yang itu," ujar Gusion percaya diri.
Alucard mencibir. Ia tau jika Gusion adalah prajurit yang pandai dan kuat. Tapi, jika yang mereka lawan adalah Ashura, mereka harus benar-benar matang menghadapinya. Tangan kanan Ashura pastilah bukan orang yang lemah. Karena baik Lance ataupun Odette, keduanya selalu memperingati, jika Dia Yang Jatuh, ada disisi Ashura.
Dia Yang Jatuh. Legenda lama yang baru-baru ini Alucard dengar. Mereka berkata, jika 'Dia' tidak bisa mati. Abadi dan terkutuk. Alucard ingin melihat seperti apa 'Dia' itu. Dan juga seperti apa Raja Klan Shura yang dijuluki Ashura itu.
To Be Continue
