It's short story (One Shoot)
My Old Story
Karena cerita lama, maaf jika ada kesamaan cerita. Semoga aja nggak yaa hehe. Selamat membaca!
.
.
For You
(Best friend)
.
.
Januari 2017,
Aku duduk seorang diri di taman kota sambil melihat anak-anak kecil yang sedang bermain dengan teman-temannya dan orang tua mereka yang mengawasi sambil mengobrol asyik dengan orang tua lainnya. Sekali lagi aku melirik ke arah jam tanganku, sudah pukul 5 sore. Tetapi yang kutunggu tak datang juga, sudah satu setengah jam dari waktu janjian aku menunggunya. Ketika itu ponselku berbunyi, tanda pesan masuk.
.
Lu mianhae. Aku tak bisa datang sore ini.
Tiba-tiba aku mendapat panggilan untuk cek.
Aku kabari nanti.
.
Ternyata pesan dari Baekhyun, sahabatku. Memang seringkali ia begitu, membatalkan janji secara tiba-tiba. Tapi aku memakluminya. Ia mengidap penyakit yang cukup parah. Seminggu sekali ia harus pergi ke rumah sakit untuk check up. Tak mesti seminggu sekali, kadangkala dalam seminggu ia bisa mengunjungi rumah sakit hingga tiga kali. Itu pun diketahui karena ia sering sekali pingsan, bahkan pernah sekali ia koma selama 3 hari. Baekhyun adalah sahabatku sejak masih kecil hingga kelas 2 SMA ini. Maklum saja, orang tua kami pun sahabat dekat. Rumah kami pun hanya berkisar 5 langkah saja, jelas, depan rumahku adalah rumahnya.
Karena sahabatku berhalangan datang, aku pun mengambil sepeda yang kuparkir di dekat pohon dan mulai mengayuh menuju rumah.
.
.
Keesokan harinya, aku tak mendapati Baekhyun di sampingku. Selama pelajaran, aku terus saja memikirkannya. Sampai-sampai aku tidak mengerti apa yang dijelaskan oleh Kim Sonsaengnim. Saat istirahat pun aku memilih ke kantin sendiri lalu memakan makanan yang kubeli.
Saat bel pulang, aku langsung buru-buru bergegas ke mobil. Aku ingin menjenguk Baekhyun. Saat aku membuka tas dan mencari kunci mobilku, aku tak menemukannya. Aku panik.
Tiba-tiba dari belakangku ada yang bersuara, "Apa yang sedang kau cari? Kunci mobil?" aku refleks berputar 180 derajat. "Ini kuncimu? Tadi pagi aku menemukannya terjatuh di samping mobil ku." ucap seseorang yang kutahu bernama Sehun.
"Oh, gomawo. Aku berhutang padamu" ucapku sambil buru-buru mengambil kunci darinya dan masuk ke dalam mobil. Aku membunyikan klakson dan menancapkan gas menuju rumah Baekhyun.
.
Aku merebahkan badanku di atas kasur sambil bernapas lega. Ternyata Baekhyun sudah bisa bersekolah besok, aku tidak mau duduk sendirian lagi, dan yang aku lebih lega lagi ia sudah mendingan. Ia tadi sempat bercerita padaku, ia tidak suka kalau berada di rumah saat hari-hari sekolah.
Tiba-tiba aku jadi berpikir tentang Sehun, apa ia tahu namaku ya?
.
Aku berangkat agak pagi hari ini karena aku ingin menemui sahabatku. Setelah sampai di kelas aku melihat dia bersama seorang laki-laki. Aku mendekati mereka berdua, ternyata laki-laki itu Chanyeol. Chanyeol berbalik dan melihatku, "Annyeong" ia menyapa agak terkejut. "Oh, hai juga, Yeol" ucapku tak kalah terkejut. Waaaa, orang yang selama ini aku sukai menyapaku. Aku menjerit-jerit senang dalam hati.
Setelah Chanyeol keluar kelas aku cepat-cepat duduk di samping Baekhyun dan bercerita penuh semangat betapa cool-nya ia pagi ini. Baekhyun hanya senyum-senyum dan tertawa saja melihat tingkahku yang berlebihan ini. Tapi aku benar-benar tak bisa berhenti ingin bercerita tentang dia. Tak lama kemudian bel masuk berbunyi dan Lee Sonsaengnim sudah memasuki ruangan. Aku berhenti bercerita tentang Chanyeol dan mulai membuka buku.
.
Saat jam istirahat, aku ke kantin, dan hari ini juga aku sendirian ke kantin. Karena Baekhyun tidak boleh lelah, jadi aku memutuskan untuk membelikannya makanan tanpa harus ia ke kantin. Saat ke kantin, aku berjalan sambil membaca buku. Tiba-tiba...
BRAAKK, aku menabrak seseorang dan buku yang kubaca terlepas dari tanganku.
"Ah mianhae," ucapku sambil mengambil buku yang kubaca tadi, tapi terlambat karena orang yang kutabrak sudah lebih dahulu mengambil bukuku.
"Tidak, aku yang minta maaf, karena terlalu fokus pada ponselku, aku jadi tidak tahu jika ada orang di depanku."
"Tidak, aku juga minta maaf, aku berjalan sambil membaca" merasa tidak enak, aku masih menunduk.
"Hei, bukankah kamu yang kehilangan kunci itu?" Apakah dia.. Sehun! Ah iya benar saja, orang kutabrak ternyata Sehun. Bodoh-bodoh, pikirku.
"Kita belum kenalan. Aku Oh Sehun, panggil saja Sehun" ucapnya sambil mengulurkan tangan.
"Ooh, Ne. Aku Luhan, Xi Luhan, maaf ya membuatmu bertemu denganku di saat-saat yang menyebalkan" balasku membalas jabat tangannya.
"Hahaha. Tidak kok, baiklah aku ke perpustakaan dulu ya. Annyeong Luhan" ucap Sehun sambil melangkah menjauh. Aku mengangguk dan melanjutkan menuju ke kantin.
.
.
Saat pulang, aku bercerita pada Baekhyun tentang kejadian saat aku ke kantin. "Jadi kau ini menyukai Chanyeol atau Bakehyun?" tanya Baekhyun.
"Mmmm.. dua-duanya boleh Baek," ucapku sambil tertawa.
Sahabatku itu memutar bola matanya, "jika kau ingin dua-duanya, berarti kau tak akan mendapatkannya satupun," ia berkata dengan nada serius.
"Tidak Baek, tenang saja,"
Saat kami menuju ke parkiran mobil, tiba-tiba Chanyeol muncul dan tersenyum ke arahku lalu berbicara pada Baekhyun, "Baek, apa nanti malam bisa?" tanyanya. Aku terkejut tiba-tiba Chanyeol berkata seperti itu pada Baekhyun. Aku lantas meninggalkan mereka berdua. Aku agak berjalan ke depan.
Tak lama, Baekhyun menyusulku. "Lu, mianhae. Sebenarnya pagi tadi Chanyeol ke kelas karena ia mengajakku pergi nanti malam" ucap Baekhyun penuh sesal di matanya.
Aku tersenyum getir, aku paham perasaannya "Gwaenchanha. Kenapa kau tak memberitahuku sejak tadi? Aku tak tahu jika sahabatku ini disukai oleh idola sekolah. Berarti aku dengan Sehun saja" ucapku sambil menggoda Baekhyun.
Kemudian ia mengangkat kepalanya dan tersenyum padaku lalu memelukku. Dia berbisik "Kau sahabat terbaikku". Aku tersenyum, tak akan aku biarkan Baekhyun tahu hatiku yang telah hancur ini. Biarlah aku yang tersakiti, daripada Baekhyun yang harus menanggung dua sakit sekligus.
.
.
Oppa-ku sungguh menyebalkan, malam yang dingin seperti ini aku disuruh membelikannya nasi goreng kesukaannya di dekat taman kota. Mau tak mau karena Mama, Baba belum pulang aku membelikannya. Dari tempat aku membeli nasi goreng, aku melihat seorang wanita menuju ke kursi tidak jauh dari tempat aku berdiri, sepertinya ia ingin menemui orang yang menunggunya disana. Aku jadi ingat dengan Baekhyun yang malam ini sedang bertemu dengan Chanyeol. Memikirkannya saja membuat hatiku terasa lebih sakit, tetapi aku memutuskan untuk melupakannya saja.
Aku mengambil nasi goreng yang sudah siap dan membayarnya. Tak sengaja aku melihat ke arah dua orang tadi, aku melihat wanita itu berjalan dengan susah payah dan tiba-tiba ia terjatuh. Aku mendengar samar samar suara "Baek, Baekhyun-ah, Baekkii bangun Baek!". Tadinya aku tak mempedulikannya, karena banyak saja yang namanya Baekhyun di dunia ini. Aku baru sadar setelah aku benar-benar mengamati mereka sedetil mungkin, dan ternyata itu memang Baekhyun. Baekhyun sahabatku. Aku meletakkan nasi gorengku dan secepatnya berlari menuju ke tempat mereka.
"Yeol, Baekhyun kenapa?! Kenapa bisa pingsan?" tanyaku khawatir
"Aku tak tahu. Tiba-tiba saja ia terjatuh. Baekhyun-ah bangunn" ucap Juan lagi sambil mencoba menyadarkannya karena mata Baekhyun masih terbuka.
"Baek, Baekhyunn bangunn!" ucapku hampir menjerit menangis. Kemudian tangannya yang ada di pangkuanku tiba-tiba terjatuh dan matanya perlahan-lahan tertutup. Napas terakhir pun terhembus. "Baekhyuuuunn-aah!" Chanyeol menjerit karean tak mau kehilangan. Aku menutup mataku dengan kedua tanganku. Aku menangis, air mata ini tak mau berhenti. Aku tak sanggup bila Baekhyun harus pergi sekarang juga.
Tak lama keluarga Baekhyun datang, ternyata keluarganya memang sudah tahu jika hal ini akan terjadi. Mereka memasukkannya ke mobil.
.
.
Di pemakaman ini, tersisa aku dan Chanyeol. Aku masih meratapi kepergian Baekhyun yang terlalu cepat ini. Begitu pun laki-laki di sampingku ini, ia terlalu sayang pada Baekhyun, sehingga ia sulit melupakannya. Tiba-tiba air mataku jatuh lagi, kali ini lebih deras. Aku tak bisa menghentikannya. Dari belakang, aku merasa ada yang menyentuh pundakku lembut. Aku berbalik, ternyata Sehun. Aku menangis di depannya, lalu ia menarik kepalaku ke dekapannya. Alhasil aku menangis di pelukannya.
.
.
November 2019,
Aku menyelesaikan perbincanganku dengan Sehun saat terdengar pemberitahuan bahwa pesawat dengan tujuan London akan lepas landas 30 menit lagi. Aku akan melanjutkan kuliah di London.
"Begitulah alasan aku melepasmu, sayangi dia, cintai dia seperti kau mencintaiku. Ia lebih membutuhkanmu. Aku tak ingin Kyungsoo seperti sahabatku, Baekhyun" ucapku sambil menatap menerawang jauh.
Sehun masih diam tak bergeming.
"Jam terbangku sudah tiba, Kyungsoo juga sudah datang. Aku akan merindukanmu teman" aku tersenyum padanya lalu bergegas pergi. Sebelum ke pesawat aku menghampiri Kyungsoo.
"Percayalah padanya, Sehun sangat menyayangi dan mencintaimu" ucapku berbisik pada Kyungsoo dan memeluknya.
Aku meninggalkan mereka berdua. Dalam jalanku menuju pesawat air mataku jatuh kembali, kali ini hanya beberapa tetes sehingga aku segera menghapusnya. Lalu berbalik, melambaikan tangan pada mereka. Lalu berbalik lagi dan tersenyum dengan air mata yang menetes kembali.
Walau hati ini selalu tersakiti, seperti ada yang menyayatkan pisau tepat di pusat hatiku, tapi aku selalu rela melakukannya. Demi apa pun, jika itu membuat sahabatku bahagia, aku rela meski hatiku yang menjadi korban.
.
.
END
.
.
HUUUAA maafkan jika ceritanya terlalu cepat dan membuat bingung T.T Apa kalian suka ceritanya?
Silakan review jika kalian menyukainya hehe ^^
Gamsahamnida *loveforHUNHAN yeayy!
