Claire's POV

Entah aku yang terlalu di butakan cinta ataukah aku terlalu bodoh memilih dia menjadi kekasihku. Aku muak, dia terus menyakitiku. Aku ingin melarikan diri ! Bebas ! Baru aku sadari, selama ini aku hanya di jadikan budaknya saja. Tapi aku rela, karena aku cinta padanya. Oh Tuhan.. Tolong aku.. Buang rasa cinta ini jauh-jauh..

"Claire !" Kai membuka pintu dengan kasar dan menyanyi-nyanyi tidak jelas. Aku tahu dia pasti mabuk.

"Kai, sudah ku bilang jangan minum-minum lagi.." Pintaku memelas.

"Hahaha.. Memangnya kau ini siapa? Berhenti menceramahiku! Kau bukan ibuku sayang.. Hik!" Kai mulai berjalan sempoyongan. Laki-laki yang sedang di pengaruhi alkohol ini adalah kekasihku. Aku mengambil segelas air dan menyodorkan padanya, "Minumlah Kai."

Dia memasang tampang cemberut, "Claire sayang, aku tidak mau minum ini.. Hik! Aku mau.. Hik! Wine.."

"Winenya sudah habis." Ucapku pelan seperti berbisik.

"Ohh.. Hik! Kalau begitu, belikan aku yang baru.."

"Tidak." Tolakku tegas. Aku sedih sekali melihatnya seperti ini. Sebelum pacaran dengannya, dia Kai yang baik, bekerja dengan giat. Tapi setelah sebulan hubungan kami, Kai mulai menunjukkan sifat aslinya.

Kai berdiri, dia menarik tanganku dengan kasar. Aku meringis.

Normal POV

"Hik! Berani-beraninya kau membantah perintahku! Dasar perempuan tak tau diri!" Kai memukul wajah Claire dan mendorong tubuh Claire ke lantai yang kayu berwarna coklat yang keras. Gadis berambut pirang itu hanya bisa merintih kesakitan dan mengelus-ngelus wajahnya yang merah akibat hantaman Kai. Dia tidak bisa melawan, kekuatan Kai jauh lebih besar, Claire tidak ingin membuat pemuda berkulit hitam itu marah dan menghajarnya hingga babak belur.

"Ku ulangi lagi perkataanku! Hik! Cepat pergi ke Aja winery dan belikan aku sebotol.. Wine."

Claire tidak menolak, dia tidak ingin di pukuli lagi, lebih baik dia segera pergi mengabulkan permintaan laki-laki yang sedang hilang kesadaran ini. Sekarang sudah pukul 10 malam, dan Claire tahu Aja winery sudah tutup 4 jam yang lalu. Apalagi jika Manna melihat keadaannya seperti ini, berita tentangnya pasti akan tersebar ke seluruh pelosok Mineral village besok pagi. Claire tidak ingin pulang kembali ke rumahnya, dia ingin pergi jauh, enyah dari Kai. Tapi rasa cinta membuatnya rela menjadi budak Kai. Tanpa di sadari kakinya telah membawa Claire berdiri di depan pintu Aja winery.

Tok tok tok!

Dengan mantap Claire mengetuk pintu.

"Oh, siapa malam-malam begini? Padahal aku baru saja menutup mata."

Dari balik pintu omelan Manna mulai terdengar hingga suaranya semakin dekat di pintu.

"Claire? Ada a.. Kenapa wajahmu merah? Apa kau habis di pukuli? Siapa? Pencuri? Perampok? Tidak.. Tidak.. Desa ini aman." Manna mengoceh panjang lebar, "Duke! Cepat kemari. Claire ayo masuk."

Claire tersenyum kecut, dia masuk ke rumah Manna dengan sungkan, "Eng.. Aku tidak apa-apa Manna, aku hanya jatuh di.. Em.. Ladang, dan wajahku terbentur batu.."

Duke turun dari lantai dua dengan mengenakan piyamanya, "Ada apa Manna? Oh! Claire, tumben kau datang berkunjung malam-malam." Duke terdiam sesaat, cahaya lampu ruang tamunya yang berwarna kuning tidak dapat menyamarkan memar di wajah Claire. "Kenapa wajahmu nak?"

"Ehmm.. Duke, Manna, aku tidak kenapa-kenapa. Ini hanya luka karena jatuh. Oh ya, aku ke sini ingin membeli wine."

"Membeli wine? Malam-malam begini? Kau minum-minum Claire?" Tanya Manna.

"Eh.. Tidak, aku sedang mencoba resep dan aku lupa kalau wineku habis."

Duke dan Manna saling berpandangan, lalu menatap Claire curiga.

"Tapi, kau kan bisa datang kemari besok pagi. Bukannya terganggu, tapi alasanmu tidak masuk akal Claire. Ada apa?" Duke melipat kedua tangannya di dada.

Claire mulai merasa risih, dia tidak mau menceritakan masalah ini pada Duke dan Manna. "Maaf mengganggu kalian. Aku hanya ingin membeli wine, lalu aku akan pulang." Ujar Claire dengan nada tidak suka, dia tidak bermaksud begitu tapi lebih baik dia cepat mengakhiri obrolan ini.

Manna dan Duke terdiam untuk beberapa saat. Akhirnya Manna berdiri dan mengambil wine dari lemarinya.

"Ini Claire."

Claire menyerahkan uang dan pamit pada mereka berdua.

"Terima kasih. Maaf mengganggu kalian."

...

Claire membuka pintu rumahnya. Mata birunya tertuju pada Kai yang sedang berbaring di tempat tidurnya.

"Ini.." Claire menyodorkan wine pada Kai.

"Ah.. Terima kasih sayang." Kai bangkit dengan perlahan dan memegang pipi Claire yang merah. "Maaf. Aku kesal tadi, kau tidak menuruti ucapanku. Sakit?"

Claire mengangguk tidak berdaya. Kai masih mabuk. Pemuda berikat kepala ungu itu mengelus wajah Claire dan mengecup bibir mungil gadis itu, mendekapnya sebentar lalu meninggalkan Claire yang tertunduk sedih. Kai menenggak wine yang di berikan Claire dan pergi begitu saja. Hingga akhirnya sosok Kai hilang di balik pintu.

"Kaaaaii..." Claire meneriakkan nama kekasihnya dengan pelan dan mulai menangis, tangisan yang menyayat hati. Betapa dia merindukan Kai yang mengecupnya dengan lembut seperti tadi, Kai yang tidak mabuk-mabukkan, dan Kai yang tidak mengasarinya. Claire menutup wajahnya dan menangis hingga tertidur lelap.

To be continued.

...

Tadaaa! Fanfic ke-3 dari Lady untuk harvest moon tercinta. (ʃƪ˘˘ﻬ)~

Sudah lama Lady ga nulis, di karenakan satu dan lain hal, *ayosambuteke!*(`▽´)

Mulai dari ga ada ide yg nyantol, malas ngetik, dan kesibukan sbg MABA *tepuktangan*, UTS dan UAS yg menguras emosi, pikiran, dan tenaga dalam. (`▽´)-σ *radalebay*

Kalo ceritanya ga nyambung ato elek, komen yaa. Mohon kritik dan sarannya. \(´▽`)/

NB: tunggu episode lanjutannya eaa. Kamsahamnidaaa.