Ova 1 (cerita spesial 1)
Mungkin di dalam cerita ini bakal ada sedikit bumbu2 info and tempat pelampiasanku, hehehe, jadi mohon maaf kalau typo or salah ya
Warning: Fang x Boboiboy
Happy reading~~
Langit hari ini terlihat sangat gelap disertai hujan deras, Fang masih menunggu disekolah sambil terus melihat langit yang tidak terlihat ceria. Ia memakai headsetnya dan berusaha untuk mengusir hawa dingin dan kesepian.
'Sepi...kenapa aku teringat hal itu ya?'
10 tahun yang lalu...
Kaizo melihat ibunya terbaring lemah dikasur rumahnya. Fang yang masih terlalu kecil hanya melihat karena ia berusaha mengerti dengan situasi ibunya.
"Ibu, tubuh ibu masih kuat kan?" Kaizo menggenggam tangan ibunya yang terlihat sudah rapuh dan tidak bertenaga.
"Ibu sehat, selama melihat kalian disini, perasaan ibu menjadi aman dan tentram, karena itu tetaplah tersenyum, karena itu obat paling ampuh untuk ibu" Fang mendekati ibunya dan menggenggam sebelah tangan ibunya.
"Ibu, kalau ibu sudah sehat nanti, kita kembali ke medan perang ya!" Fang tersenyum lebar sambil berusaha menenangkan ibunya. Kaizo yang mendengar kalimat Fang langsung tersenyum.
"Iya, pasti ibu akan sehat kan? Ya kan?" Kaizo berusaha untuk menenangkan hatinya.
"Iya, pasti" ibu Fang hanya menatap langit yang dipenuhi bintang-bintang. Kaizo dan Fang akhirnya keluar dari ruangan ibunya.Mendadak Kaizo membaca lebih dari 100 buku tentang kesehatan. Fang hanya melihat abangnya yang sangat serius saat mempelajari buku-buku itu.
"Bang, buku sebanyak ini untuk apa?" Fang duduk disebelah abangnya.Untuk menemukan obat untuk ibu"
"Memang sebenarnya ibu kena penyakit apa ya? Ibu demam ya?"
"...bukan Pang, ibu kena penyakit mematikan karena itu abang sedang mencari obatnya agar ibu sehat"
"Abang, kalau abang sudah menemukan obatnya, beritahu aku ya, aku akan menemukannya, pasti, supaya mama tetap sehat kembali" Kaizo sebenarnya ingin sekali menangis melihat sikap adiknya yang selalu menyemangatinya.Hingga tiga bulan berlalu, Kaizo akhirnya menukan obatnya.
"Aku menemukannya, tapi..." Kaizo sepertinya kesusahan untuk menemukan solusi.
"Kenapa bang? "
"Jarak dari kapal kita sangat jauh, jaraknya 40 miliar cahaya, butuh waktu 4 bulan untuk sampai kesana, kalau aku kembali lagi, butuh waktu 8 bulan"
"Eh, selama itu?"
"...Pang, kau tetaplah disini, aku harus pergi, kau jagalah ibu bersama lahap" Kaizo menyiapkan keperluannya dan memasukkan bukunya kedalam tas.
"Tapi...aku juga ingin membantu abang" Kaizo mencium kening Fang sambil mengusuk surai lembut Fang.
"Kau tuggulah disini, disana terlalu berbahaya, tidak apa kan?" Akhirnya Fang mengangguk.
"Baiklah, aku akan menunggu abang disini"
...
8 bulan berlalu, Fang sudah berusia 6 tahun. Akhirnya Kaizo kembali.
"Pang, aku pulang" Kaizo sudah membawa obat itu. Fang langsung memeluk abangnya.
"Abang, ibu, ibu..."
"Eh...?"
...
...
Kaizo tidak sengaja menjatuhkan obat ibunya karena ia sangat shock dengan keadaan ibunya yang sudah susah bernapas.
"Ibu, IBU!! IBU KENAPA? JAWAB AKU!!" Kaizo mengakat kepala ibunya yang sudah lemas dan dingin.
"Ka, Kaizo..."Fang masuk kedalam kamar ibunya, ia ikut mendekati ibunya itu.
"Abang, ibu kenapa?" Kaizo hanya menggelengkan kepalanya sambil menangis. Fang mendekati tangan ibunya.
"Pa, Pang..." ibu Fang hanya tersenyum lega dan mendekati kepala Kaizo dan Fang kearah wajahnya.
"Maaf ya...semua usaha kalian sia-sia...maafkan aku ya...aku tidak bisa melihat kalian berkembang lagi, mungkin ini batasku, maafkan aku Kaizo, Pang" air mata dari iris violet ibu Fang terus mengalir sambil mencium surai gelap mereka berdua.
"Ibu...ibu tidak bisa sembuh dari penyakit? Tapi abang dan aku sudah menemukan obatnya, siapa tau kalau ibu memakannya, ibu akan sehat kembali" ibu Fang hanya tertawa kecil sambil terus mengalirkan air matanya.
"Maaf ya Pang, mama tidak bisa disembuhkan lagi, boleh mama ambil waktu sebentar untuk berbicara dengan abangmu?" Fang sangat paham dengan situasi dan akhirnya ia pergi dari ruangan ibunya.
"Ibu, kenapa ibu tidak ingin disembuhkan?" Kaizo tidak ingin meneriman keputusan ibunya.
"Racun didalam tubuhku sudah mengenai otakku, obat sebanyak apapun tidak akan berpengaruh"
"...begitu... kah"
"Kaizo...tolong jaga Pang, Pang masih terlalu kecil untukku tinggal, padahal aku masih ingin melihat dirinya tumbuh, aku juga masih ingin melihat Kaizo tumbuh menjadi prajurit terkuat, maaf" Kaizo tidak dapat membendung air matanya lagi. Air matanya langsung terjatuh.
"Tenang saja ibu, apapun yang terjadi, aku tidak akan membuat Pang menangis, ini janjiku"
"Kalau begitu...syukurlah, terima kasih Kai.. zo.. Pang--" kedua iris violet ibunya tertutup dan tangannya terjatuh tak bertenaga.
"Eh? Ibu? Ibu? Ibu sadarlah!! IBU!! Jangan tinggalkan aku sendirian...kumohon..." Kaizo menahan teriakkannya sambil memeluk tubuh ibunya yang tidak bernyawa itu. Beberapa saat kemudian, Kaizo akhirnya menaruh kepala ibunya kembali ke atas bantal dan Kaizo keluar dari ruangannya.
"Abang, bagaimana? Ibu?" Kaizo tidak dapat berbicara dan ia hanya terduduk lemas dilantai sambil memeluk tubuh kecil Fang.
"Maaf Pang, ibu sudah..." Fang amat shock, di umurnya yang baru berusia 6 tahun, ia sudah kehilangan ibunya. Air mata mereka berdua secara bersamaan jatuh. Ditengah tangisan mereka, sebuah surat tebal mendatangi mereka.
"Maaf komandan Kaizo, ini...surat pemberitahuan" Kaizo membuka surat itu dan setelah membacanya dengan seksama, ia amat terkejut.
"O, oi, ini bercanda kan? A, ayah..." Kaizo meremas kuat kertas surat itu hingga remuk. Prajurit yang memberikan surat itu hanya memberikan tatapan sedih.
"Beliau telah mati dimedan perang" Kaizo mendapat kejutan untuk kedua kalinya. Kaizo langsung terdiam dengan tatapan terkejut. Ia meremas kuat kertas itu. Prajurit itu menunduk kehadapan Kaizo dan pergi untuk memberikan waktu kepada Kaizo.
"Abang...ayah...meninggal?"
"...maaf, berikan aku waktu sebentar saja untuk sendirian"
...
...
...
Seluruh ruangan Kaizo sudah berantakan karena ia membanting semua barangnya hingga hancur. Kaizo terus memegang kepalanya yang terasa berdenyut, air matanya sudah tertampung banyak, tekanan jantungnya sangat cepat dan ia hampir hilang kesadaran karena kejadian hari ini. Sementara itu Fang terus berada diruang ibunya sambil menyentuh kepala ibunya.
"Ibu...ayah sudah meninggal, sekarang apa yang harus aku lakukan? Aku tidak punya siapa-siapa lagi selain abang" Fang terus menangis dengan matanya yang sudah kabur karena jantungnya yang berdenyut lemah. Fang keluar dari ruangan dan pergi ke ruangan Kaizo.Fang mengetuk pintu ruangan Kaizo. Ia tidak mendengar suara apapun dari ruangan itu. Saat Fang masuk, ia melihat ruangan amat gelap dan tidak ada satupun cahaya.
"Abang?"
Fang mendekati abangnya yang terduduk diatas kursi ruangannya.
"Apa?" Bawa mata Kaizo sudah bengkak dan bola matanya sudah merah dengan wajah putih pucat.
"Abang...sekarang bagaimana?" Kaizo menghelahkan napasnya dan berdiri.
"Cepat panggil prajurit, kita harus mempersiapkan pemakaman ayah dan ibu besok"
...
...
Kaizo melihat ibunya yang terkubur, Kaizo hanya melihat pemakaman dengan mata sayu dan terus menggenggam tangan Fang. Setelah pemakaman selesai, Kaizo dan Fang pergi ke daerah yang sangat jauh dari planet tempat tinggal mereka.
"Abang...kita kemana?"
" kabur"
"Kabur? Kemana?"
"Ke bumi, disana tempat yang paling aman untuk mendinginkan kepala" setelah beberapa hari, akhirnya Kaizo dan Fang sampai di bumi.
Berhari-hari dibumi, Kaizo hanya diam duduk tanpa makan, ia hanya tidur dan mandi, tanpa asupan. Fang khawatir dengan kesehatan Kaizo yang akan menurun.
"Abang, kau sakit? Tidak ingin makan?" Kaizo hanya menggelengkan kepalanya. Fang akhirnya kembali kedalam kapal dan duduk diam diruangannya sambil mematikan lampu.
'Abang...dia terlihat sangat pucat, kenapa? Kenapa? Kenapa aku harus kehilangan orang tuaku? Aku kesepian...'
...
...
Hingga di hari keempat, akhirnya keadaan Kaizo membaik.
"Pang, ayo berangkat"
"Eh? Abang sudah baikkan?Kenapa?"
"Seharusnya aku harus menerima kepergian mereka, tapi aku malah egois dan mengajakmu kesini, maaf, ini tidak akam terjadi lagi"
"...aku paham, semuanya butuh waktu kan? Ayo kembali bertugas"
"Iya... 'semuanya butuh waktu ya...' Pang, Pang--"
"Fang, Fang, oi Fang!" Boboiboy duduk disebelah Fang sambil melambai-lambaikan tangannya di hadapan Fang. Fang akhirnya sadar dari lamunannya itu. Boboiboy menempelkan dahinya ke dahi Fang.
"Kau kenapa sih? Bengong trus dari tadi" wajah Fang langsung memerah.
"*blush* aku tidak melamun kok!! Siapa bilang?" Boboiboy tertawa kecil dihadapan Fang dan kembali duduk disebelah lelaki bersurai gelap itu.
"Kau kenapa masih disini, kau tidak pulang?" Fang memulai pertanyaan.
"Aku kan sedang menunggu hujan sepertimu"
"Dasar bodo, suruh siapa ninggalin payung?"
"Siapa bilang?? Kau tidak ingat payungku terbawa badai saat pergi kerumahmu? lagian kau sebenarnya yang ketinggalan kan?"
"*blush* eh? Be, berisik, aku sengaja meninggalkannya karena tasku terlalu berat"
"Bohong ya?" Boboiboy menutup mulutnya sambil tersenyum bejat kehadapan Fang. Fang langsung menarik pipi Boboiboy dengan kuat.
"Apa katamu?"
"Auh hakit!! Hia, hia, maah (aduh sakit!! Iya, iya, maaf)" Fang akhirnya melepaskan cubitannya dan kembali menatap langit yang tidak kunjung terang.
"Hujan...masih lama ya?" Fang menahan bosan langit.
"Tunggu saja sebentar, pasti bakal reda, semuanya butuh waktu kan?"
"Eh...?"
"Menunggu hujan reda itu butuh waktu, meredakan emosi butuh waktu, mengerjakan perkerjaan butuh waktu, semua masalah pasti akan tuntas dan tinggal membutuhkan waktu, ya kan?"
"...butuh...waktu ya...?" Boboiboy melihat langit yang berhenti menuruntukan rintihan hujan dan berlangsung berdiri dihadapan Fang.
"Hujannya..." Fang melihat langit yang kembali cerah.
"Sudah kuktakan kan? Semuanya butuh waktu, karena itu bersabarlah, pasti sesuatu yang kita inginkan akan terkabul, hanya menunggu waktunya saja"
" 'menunggu waktu' kau benar kali ini" Fang mengakat tasnya dan berdiri dari kursi depan sekolah itu.
"Ayo!" Boboiboy berjalan mendahuluin Fang. Fang mengangkat tasnya dan berjalan pelan sambil melihat punggung Boboiboy.
"*berguman* berarti aku hanya menunggu waktu untuk mendapatkanmu?" Boboiboy kembali mendekati Fang.
"Fang kenapa?"
"*blush*akh! Tidak ada, selain itu, kau bilang semua hal itu butuh waktu, kalau begitu kenapa traumamu belum bisa hilang?"
"*blush*eh??...semua hal memangbutuh waktu, tapi juga disertai kerja keras"
"Kalau begitu kita harus berkerja keras agar hujan berhenti turun?"
"BUKAN BEGITU!! Kan ada hal yang harus diusahakan ada juga yang tidak" Fang tertawa kecil.
"...berarti aku juga harus berjuang untuk mendapatmu ya?"
"Hal itu? Apa maksudmu?"
"Tidak ada, ayo pulang"
"Oi, OI! TUNGGU!!!"
Tbc
Kok sedih ya dengar cerita Fang T_T??
Intinya sayangilah orang tua kalian selagi ada waktu, karena semua butuh waktu, wkwkwkwk, kok gua sok bijak gini ya??
Gomen gomen, sampai ketemu di OVA kedua and jangan lupa cek 'takut gelap' ya!! Bye~~
