She and Him
Disclaimer : This story is belong to me and Naruto always belong to M. Kishimoto.
Warning : OOC, EYD amburadul, Typos and absurd story.
Summary :
Uchiha Sasuke selalu mendapatkan apapun yang dia inginkan dan segalanya nampak 'biasa' baginya sampai akhirnya dia bertemu seorang gadis yang merubah hidupnya. Dalam artian yang sebenarnya.
.
Enjoy!
Gelas vodka berbentuk persegi itu bergoyang ke kanan dan ke kiri ,membiarkan beberapa bongkahan es didalamnya larut bersama dengan liquor memabukkan itu.
"—Aku tidak tahu dimana kurangku, aku sudah memberikannya segala yang aku punya. Kau tahu?"
Sasuke akhirnya mengalihkan tatapannya dari gelas vodka yang sedari tadi hanya tergenggam manis di jari-jarinya yang panjang. Perlahan-lahan manik gelapnya melirik gadis manis berambut pendek di sampingnya, paras ayu gadis itu memerah seiring dengan tegukan vodka yang masuk kedalam mulutnya yang basah, sepersekian detik kemudian ia menghela nafas bosan. Pantas saja kalau gadis manis berambut pendek di sampingnya ini sering ditinggalkan oleh pria-pria yang berkencan dengannya, terlalu akrab dengan kehidupan malam dan alkohol.
"Kau sudah terlalu mabuk, sebaiknya kau pulang. Aku akan menghubungi sopirmu."
Sasuke berkata datar, nyaris tanpa ekspresi di wajahnya. Gadis itu sontak merengut, menggeser tempat duduk laki-laki itu kemudian berdiri dengan agak sempoyongan. Tangannya yang seputih porselen itu terulur memeluk leher laki-laki yang baru saja menyuruhnya untuk pulang.
"Sasuke, tidakkah kau ingin berkencan denganku?"
Tangan kanan gadis manis itu perlahan turun menyusuri dada bidang Sasuke,manik topaznya menatap Sasuke dengan tatapan memikat.
"Aku anggap itu jawaban 'oke' mu."
Sama sekali tak tertarik, Sasuke menarik tangan gadis manis itu sebelum tangan gadis itu nyaris menyentuh tubuh bagian bawahnya. Kini giliran manik gelapnya yang menatap gadis manis yang tengah menggodanya ini dengan intens, tangannya terulur menarik gadis manis itu ke dalam pelukannya, kemudian berbisik dengan suara parau dan berat ditengah hingar bingar suara musik yang sedari tadi memanjakan telinga para pengunjung di Bar itu.
"Maaf, aku tidak tertarik berkencan dengan gadis sepertimu."
Sasuke menyeringgai, sejurus kemudian melepaskan pelukan singkatnya dengan gadis manis dihadapannya ini. Gadis manis itu berdecih kemudian mulai mengambil sebungkus rokok mint dari tas genggamnya. Sedangkan Sasuke menghubungi sopir gadis itu menggunakan ponselnya.
"Entah mengapa, kau terlihat seperti gay di mataku, Sasuke."
Setengah mencibir, gadis itu menyalakan rokoknya kemudian menghisap asap pembakaran nikotin itu dalam-dalam sebelum menghembuskannya begitu saja. Sasuke hanya tertawa kecil mendengarnya, ia meletakkan beberapa lembar uang ke meja bar kemudian berbalik berjalan menuju pintu ber-plang 'Exit' yang tidak jauh dari sana.
"Bagaimana dengan kabar kakak-kakak mu? Masih mengurusi perusahaan milik ayah mu?"
"Kau kehabisan topik pembicaraan atau kau berusaha menutupi kegugupanmu setelah ku tolak, hm?"
Sasuke mengaduh setelah gadis manis dibelakangnya memberikannya beberapa cubitan kecil di punggungnya.
"Gugup? Sasuke sayang, aku bahkan menganggapmu gay. Jawab saja, aku hanya mau tahu."
"Mungkin, kau tahu 'kan kalau aku tidak serumah dengan mereka? Mana aku tahu?"
Gadis manis itu tersenyum maklum. Tampan, bergelimang harta, berotak encer dan sangat gentleman, oke gadis itu tidak berkata yang sebenarnya soal gay tadi,baginya laki-laki di depannya ini adalah laki-laki paling gentleman yang pernah ia kenal. Sepertinya quote 'Tidak ada yang sempurna di dunia ini' itu memang benar adanya, buktinya? Tentu saja hal itu juga berlaku untuk laki-laki yang tengah berjalan di depannya ini, dia memiliki segalanya kecuali keluarga yang harmonis. Entah bagaimana ceritanya, Sasuke tampak tidak terlalu akrab dengan sanak family-nya. Beberapa hal yang gadis manis ini tahu hanya, Sasuke Uchiha si tampan bergelimang harta dan gentleman- walaupun dibeberapa kesempatan ia tampak sangat brengsek. Sepersekian detik kemudian, gadis itu mengedikkan bahunya.
"Jadi, terima kasih sudah menemaniku minum malam ini. Aku berhutang satu botol vodka tadi."
Gadis manis itu tersenyum lebar sesaat sebelum melewati pintu ber-plang 'Exit', sedangkan Sasuke berbalik berjalan menuju meja bar yang tadi sempat ditinggalkannya tanpa repot-repot membalas senyum-ramah-tamah dari gadis manis itu.
Sasuke menatap bosan pada pemandangan dihadapannya. Bar ini membosankan,salahkan saja frekuensinya datang mengunjungi Bar ini yang terlalu sering. Minuman yang sama, orang-orang yang sama, wanita-wanita yang sama. Benar-benar membosankan.
"Segelas Mocktail, please."
Suara seksi itu menggilitik gendang indera pendengaran Sasuke dengan lembut, seketika saja Sasuke melirik ke arah si pemilik suara seksi yang baru saja membuat telinganya eargsm hanya dengan mendengarnya memesan segelas mocktail.
Rambut panjang, indigo, tergerai.
Bulu mata yang panjang.
Garis wajah yang ideal.
Pipi yang merona kemerahan.
Bibir ranum yang menggoda.
Bentuk tubuh yang seksi dan kaki yang jenjang.
Sasuke menyeringgai. Well, mengingat frekuensinya mengunjungi Bar ini membuatnya yakin bahwa si Hottie yang memakai skinny dress berwarna hitam di sebelahnya ini baru hari ini ia lihat. Benar kan pernyataannya sebelumnya? Gadis yang terlalu akrab dengan dunia malam dan alkohol memang terlalu sayang untuk dilewatkan begitu saja, toh mereka kesini untuk bersenang-senang bukan? Masalah perasaan dan keseriusan bisa dibicarakan lain waktu saja.
"Air es saja."
Kini giliran gadis seksi di sebelah Sasuke yang menoleh ke arah Sasuke. Sepersekian detik kemudian, sudut bibirnya tertarik membuat seulas senyuman manis tampak di paras ayunya.
"Jauh-jauh ke Bar hanya untuk minum air es?"
Sasuke tersenyum simpul, telunjuknya menyusuri bibir gelas persegi berisi air es yang baru saja disajikan oleh bartender dihadapannya itu.
"Sasuke Uchiha."
Sasuke melirik gadis seksi disebelahnya, kemudian mulai meneguk air es yang tadi ia pesan. Alih-alih menjawab ajakan perkenalan Sasuke, gadis manis ini justru tertawa kecil. Sasuke hanya memperhatikan gadis disebelahnya ini. Oh man! sepertinya Sasuke baru saja ditolak oleh gadis disebelahnya ini. Sepersekian detik kemudian gadis seksi itu menggeser kursinya kearah Sasuke, tersenyum simpul sebelum memangkas habis jarak antara dia dan Sasuke,manik keduanya saling bertautan, mau tidak mau Sasuke mulai menyimpulkan bahwa gadis dihadapannya ini menarik, sangat menarik.
"Huweeeek!"
Dan seketika Sasuke segera mencoret kata 'seksi' dari deskripsinya tentang gadis yang baru saja memuntahkan mocktail dan beberapa makanan lainnya tepat kearahnya. Pesan moral ; jangan mengajak seorang gadis yang sedang mabuk untuk berkenalan.
Perlahan-lahan tubuh gadis itu menggeliat pelan, tangan kirinya secara otomatis mulai terulur memegangi kepalanya yang mulai terasa berkedut nyeri. Manik lavendernya menyipit, mencoba beradaptasi dengan kondisi ruangan yang memang minim cahaya. Gadis itu mengerenyit ketika menemukan sebuah ponsel berwarna hitam tergeletak manis disampingnya, seingatnya ponselnya berwarna putih, jauh berbeda dengan ponsel yang saat ini ada digenggamannya. Seketika matanya memperhatikan keseluruhan ruangan itu, kedua maniknya kesana-kemari mencoba mencari-cari sesuatu di ruangan itu yang terlihat familiar baginya, dan nihil.
"Oh,kau sudah bangun? Apa kepalamu terasa sakit?"
Gadis itu menghela nafas lega ketika indera pendengarannya mendengar suara yang begitu familiar, akhirnya ada juga sesuatu di ruangan ini yang terasa familiar. Seketika tubuhnya tersentak kaget ketika dia menemukan sebuah fakta bahwa di rumahnya satu-satunya laki-laki adalah ayahnya dan ayahnya tentu memiliki suara yang jauh berbeda dengan suara yang baru saja dia dengar sekalipun suara itu terdengar familiar. Dan seketika itu juga, dia menoleh kearah dimana sumber suara itu terdengar, manik lavendernya membesar ketika menemukan seorang lelaki mengenakan kaos hitam yang sangat kontras dengan kulit putihnya berdiri dihadapannya dengan membawa sebuah gelas berisi air putih.
"Apa kepalamu terasa sakit?"
Sasuke mengulangi pertanyaannya, tangannya terulur menyodorkan segelas air putih yang sedari tadi dibawanya. Alih-alih menjawab pertanyaan Sasuke atau mengambil segelas air putih yang disodorkan Sasuke untuknya, gadis itu justru menatap Sasuke dengan tatapan bingung. Sasuke memutar manik hitamnya bosan mendapati gadis itu sedari tadi hanya melongo menatapnya. Setelah meletakkan gelas berisi air putih yang sebelumnya ada digenggamannya, ia kemudian duduk di sisi ranjangnya.
"Semalam kau mabuk, aku tidak tahu dimana kau tinggal. Jadi, aku membawamu ke Apartemen ku."
Seketika manik lavender gadis itu membesar lagi, perlahan-lahan rona merah mulai tampak di kedua pipinya yang seputih porselen seiring dengan potongan-potongan memori semalam yang secara bersamaan muncul saling bertubrukan satu sama lain, seketika raut bingung dan merasa bersalah tercetak jelas di parasnya yang ayu.
"Ma-maafkan aku! Maafkan aku karena begitu merepotkanmu."
Gadis itu menggigit bibir bawahnya, kepalanya tertunduk dalam, dalam hati dia merutuki kecerobohannya. Sasuke mengerenyit,bagaimana bisa gadis ini bisa tampak sepolos ini setelah semalam dia terlihat sangat menggoda? Gadis yang sekarang ada dihadapannya tampak jauh berbeda dengan gadis yang ditemuinya semalam, benar-benar seperti dua orang yang berbeda.
"Apa kepalamu terasa sakit?"
Sasuke mengulangi lagi pertanyaannya, gadis itu mendongak kemudian menatap Sasuke, masih dengan tatapan bersalah. Merasa bosan, Sasuke kemudian bangkit dari duduknya.
"Demi Tuhan, aku sudah mengulangi pertanyaanku 3 kali. Bisakah kau menjawab pertanyaan orang yang sudah membantumu?"
Gadis itu hendak menggeleng ketika tiba-tiba kepalanya terasa berkedut nyerit, hangover memang tidak pernah terasa menyenangkan. Sasuke memijat pelipisnya pelan kemudian berlalu menuju kotak obat untuk mengambil beberapa aspirin untuk gadis itu, dalam hatinya Sasuke sungguh bertanya-tanya kemana perginya gadis 'seksi' semalam?
"Sudah merasa baikan?"
"I-iya, terima kasih ya. Um anu, itu..aku Hinata Hyuuga. Boleh aku tahu namamu?"
Sasuke mengangkat sebelah alisnya, ternyata lebih mudah mengetahui nama gadis ini saat dia normal begini ketimbang saat diamabuk.
"Sasuke Uchiha."
Sasuke menjawab datar, nyaris tanpa ekspresi. Kemudian hening menyelimuti. Sekarang keduanya sedang berada di ruang tengah, Sasuke menonton acara televisi paginya dengan tenang dan gadis itu—Hinata tampak sangat tidak nyaman duduk berdua dengan lelaki yang baru saja dikenalnya pagi itu, walaupun secara teknis seharusnya dia sudah mengenalnya dari semalam. Sasuke melirik gadis disebelahnya sebentar, kemudian kembali menekuni acara televisi kesukaannya itu.
"Aku akan mengantarmu pulang setelah acara ini selesai. Kau bisa mandi dulu atau sarapan, aku tadi membuatkanmu nasi goreng."
Hinata bersemu merah, ternyata Sasuke cukup peka untuk menyadari ketidak-nyamannya. Tidak ingin merepotkan Sasuke lebih jauh lagi, Hinata kemudian bangkit dari duduknya menuju kamar mandi untuk mandi.
"Kau bisa memakai bajuku. Ambil saja di dalam lemari."
Sasuke berseru tanpa mengalihkan tatapannya pada layar televisi, well pertandingan baseball tim favoritnya ini terlalu sayang untuk dilewatkan, sementara Hinata mengangguk pelan kemudian menghilang dibalik pintu kamar Sasuke. Tidak beberapa lama setelah itu bell pintu Apartemen Sasuke berbunyi, Sasuke sengaja mengabaikannya karena pertandingan baseball yang ditontonnya sedang dalam fase 'seru-serunya' , tubuh Sasuke menegang ketika sang idola lapangan sedang berlari mengejar bola yang tak kunjung mendarat, seketika layar televisi beralih kepada sang lawan yang sibuk memutari lapangan, adegan selanjutnya adalah perpindahan antara idola lapangan yang tengah melemparkan bola menuju salah satu rekannya di salah satu sisi lapangan dan sang lawan yang sedikit lagi telah sampai di pos terakhirnya di sisi lapangan, dan gelap. Kini layar televisi yang sebelumnya menampilkan acara baseball kesukaannya berganti dengan layar gelap serta pantulan dirinya.
Shit!
Sasuke menggeram pelan kemudian dengan emosi yang memuncak di ubun-ubun menoleh kearah belakang dan tepat saat itu juga ia menemukan gadis manis yang semalam minum dengannya berdiri di hadapannya dengan seulas senyum simpul di parasnya.
"Kau tau? Mungkin tadi adalah saat-saat bersejarah yang seharusnya aku tonton. Ck!"
Gadis manis itu dengan santai duduk disebelah Sasuke kemudian meletakkan remote televisi Sasuke di atas meja kecil disebelah sofa.
"Kau perlu mengganti password Apartemenmu kalau begitu."
Gadis itu tertawa pelan, sementara Sasuke menggerutu kemudian mengambil remote televisi dan kembali menyalakannya, dan ia semakin kesal ketika tidak mendapati acara kesukaannya tayang di televisi seperti beberapa menit yang lalu.
"Kalau kau kesini untuk membayar hutang vodka mu ,maka dengan senang hati aku akan mengikhlaskannya. Kau bisa pergi sekarang."
Sasuke menatap gadis manis itu dengan sebal, seingatnya ia tidak pernah mengganggu aktivitas belanja gadis itu, bahkan mengkritik kebiasan buruknya menghabiskan uang jutaan dollar dalam semalam hanya untuk berbelanja saja ia tidak pernah melakukannya, bagaimana bisa gadis ini melakukan hal sejahat ini kepadanya?
"Apa acara baseballnya sudah selesai? Aku sudah selesai mandi, kalau boleh aku mau pulang sen-eh?"
Hinata berhenti berkata saat gadis manis disebelah Sasuke menoleh kearahnya. Sedangkan Sasuke bangkit dari duduknya kemudian mengambil kunci mobilnya dan menyimpannya disaku celananya.
"Kau mau pulang sendiri dengan pakaian seperti itu? Bukankah aku sudah menyuruhmu untuk memakai bajuku dulu? Kau mau diperkosa dijalan?"
Hinata bersemu merah lagi, dia memang masih memakai bajunya, setelah dipikir-pikir lebih baik tidak merepotkan lelaki dihadapannya ini lagi dengan meminjam pakaiannya, sudah syukur dia tidak ditinggalkan begitu saja di Bar semalam, apalagi setelah melihat gadis manis yang terlihat sanga takrab dengan Sasuke, gadis itu pasti pacarnya, pacarnya tentu akan salah paham dengannya nanti.
"Ambil jaketku di dalam lemari lalu aku akan mengantarkanmu pulang."
Hinata mengangguk patuh, berbalik menuju kamar Sasuke untuk mengambil jaket, sementara Sasuke menunggunya di depan pintu Apartemen Sasuke. Setelah Hinata memakai jaketnya, Sasuke dengan segera mengajak Hinata turun ke lantai dasar Apartemennya, tempat dimana mobilnya terparkir dengan manis. Di dalam mobil, Hinata hanya diam sambil memperhatikan jalan dihadapannya, tiba-tiba saja dia teringat gadis manis yang tadi duduk disebelah Sasuke, Sasuke pergi tanpa repot-repot menjelaskan siapa dirinya kepada gadis manis tadi, apa jangan-jangan sebelum ia muncul mereka sudah bertengkar karena dirinya? Seketika Hinata menggigit bibirnya pelan. Sasuke menatap Hinata dari pantulan kaca spion mobilnya, alisnya mengerenyit melihat perubahan ekspresi wajah Hinata. Oke, apalagi sekarang?
"Kau masih merasa pusing?"
Hinata sedikit tersentak kaget kala Sasuke tiba-tiba bertanya kepadanya, dengan cepat dia menggelengkan kepalanya.
"T-tidak kok. Anu..apa kau dan pacarmu tadi bertengkar karena aku? Aku sungguh minta maaf, aku bisa menjelaskannya kepada pacarmu kalau kau mau."
Hah?
Sasuke seketika tertawa pelan menanggapi barisan lesikon yang baru saja lolos dari bibir Hinata. Pacarnya? Siapa? Gadis manis tadi? Sakura? Tentu saja tidak, Sakura sebelumnya adalah pacar sahabatnya, setelah mereka bertengkar hebat karena sesuatu hal yang tidak ia ketahui, mereka akhirnya memutuskan untuk berpisah dan Sasuke tidak perlu repot-repot bertanya kepada keduanya perihal alasan mereka berpisah, itu privasi itu jelas bukan tempatnya untuk bertanya, lagipula apa pedulinya? Toh, mereka masih berteman baik sampai detik ini juga.
"Kau tidak perlu khawatir, dia hanya temanku."
Tidak terasa keduanya sudah sampai di depan rumah Hinata. Sasuke memperhatikan keadaan sekitar rumah Hinata dengan seksama, seperti yang ia duga, Hinata pasti golongan orang berada, dilihat dari skinny dress yang ia pakai dan juga rumah mewah yang ada dihadapannya ini. Sasuke sedikit kaget saat Hinata dengan senyum manisnya menyodorkan jaket yang tadi ia pinjam dari Sasuke lewat jendela mobilnya.
"Terima kasih sudah mengantarku pulang, maaf aku merepotkanmu."
Sasuke tersenyum simpul kemudian menyalakan kembali mesin mobilnya dan memacu mobilnya kembali ke Apartemennya.
"Jadi siapa gadis tadi?"
Sakura masih menatap Sasuke yang saat ini tengah memunggunginya, Sasuke mengambil sebotol air mineral dari kulkas kemudian meminumnya.
"Kau tidak perlu tahu."
Sasuke berujar cuek kemudian berbalik menatap Sakura yang kini menatapnya dengan tatapan yang sulit untuk dijelaskan. Dengan santai Sasuke kembali meneguk air mineralnya sambil berjalan santai menuju ruang tengah, sedangkan Sakura mengekor dibelakang Sasuke.
"Kenapa aku tidak perlu tahu?"
Sakura meninggikan suaranya, berharap lelaki bermanik gelap di depannya ini sadar bahwa ada nada marah dalam pertanyannya.
"Karena dia tidak ada hubungannya denganmu. Bukankah itu sudah jelas? Lagipula kenapa kau ingin tahu?"
Sakura tercekat. Sasuke benar, itu tidak ada hubungannya dengannya, Sakura benci mengakuinya. Sakura benci mengakui bahwa segala sesuatu tentang lelaki di depannya ini tidak ada hubungannya dengannya. Sakura benci mengakui bahwa tidak seharusnya dia ada di Apartemen lelaki di depannya ini sepagi ini. Sakura benci mengakui bahwa alasannya berpisah dengan pacarnya adalah lelaki di depannya ini. Sakura benci mengakui bahwa dia sebenarnya menyukai lelaki di depannya ini lebih dari apapun. Dan, Sakura benci mengakui bahwa lelaki di depannya ini— Sasuke Uchiha, sama sekali tidak menaruh hati kepadanya.
"Kalau begitu aku pulang."
Blam!
Sakura segera mengambil tas dan juga jaketnya kemudian membanting pintu Apartemen Sasuke dengan keras sebelum dia benar-benar pergi dari Apartemen Sasuke. Sasuke hanya menatap datar kepergian Sakura, kemudian kembali berjalan menuju kamarnya. Sasuke bahkan tidak berniat sama sekali untuk mengejar Sakura, ia beranggapan bahwa semua gadis memang seperti itu, selalu melakukan semua hal semaunya. Oleh karena itu, Sasuke tidak pernah berniat serius kepada semua gadis-gadis yang pernah dekat dengannya.
Sasuke menjatuhkan tubuhnya ke ranjang empuknya, merentangkan kedua tangannya kemudian memejamkan kedua kelopak matanya, sejak semalam ia memang tidak bisa tidur, pikirnya terus menimbang-nimbang, antara segera meniduri Hinata atau membiarkan gadis itu terlelap dalam tidurnya. Itu adalah pilihan yang sulit, tentu saja.
Drrt!
Drrt!
Sasuke merasakan sesuatu bergetar dibalik punggungnnya. Ah, pasti Sakura yang meneleponnya, mungkin ingin meminta maaf soal yang tadi. Tangan kanannya terulur mencoba meraih ponselnya yang bergetar dibalik punggungnya. Sasuke mengerenyit menatap ponselnya yang kini berubah warna menjadi putih. Putih?
Shit!
Sasuke bangkit dari tidurnya kemudian mengecek siapa yang menelepon ke ponsel berwarna putih yang saat ini sedang digenggamnya.
'Dad is calling'
Double shit!
Seketika Sasuke me-reject panggilan itu dan seketika itu pula ia menyesali perbuatannya. Ponsel ini pasti milik Hinata, dengan segera Sasuke mencari ponselnya disaku celananya dan nihil. Jangan-jangan ponselnya tertukar dengan ponsel Hinata. Sepersekian detik kemudian ia memijat pelipisnya pelan. Segitunya-kah mereka berjodoh?
.
.
.
.
.
Halo. Sebelumnya FF ini sudah pubilsh dengan karakter yg berbeda dan judul yg sama tapi akhirnya daku memutuskan untuk menggantinya dengan karakter naruto. Ya ampun formal banget ya haha, maklum setelah sekian lama baru balik nulis lagi haha. Semoga suka dengan ceritanya ya! RnR please?
d=(´▽`)=b
