I'm back with my new Akatsuki's story! Halo! Pertama aq mw ngucapin terimakasih wat yg dah ngeripiu fic pertama aq. Arigato! Ngomong-ngomong di sini Deidara seorang cewek, jadi jgn menganggap fic ini yaoi atau semacamnya ya! Tengkyu yg dah mw bc fic ancur punya ku!
Summary : Deidara, cewek anggota Akatsuki yang merasakan cinta pertamanya. Begitu pula dengan Tobi. My first fic multichapter.
Hint : Di sini Deidara adalah seorang cewek. Dan semua anggota Akatsuki masih lengkap (minus Orochimaru dan Hebi, tentunya). Jadi jangan bilang bahwa fic ini adalah yaoi atau semacamnya. Tengkyu!
Akatsuki Triangle Love
Chapter 1
"Deidara-senpaiiiiii!!"
"Berisik kau, Tobi! Biarkan aku sendiri!!"
Inilah dia, markas dari organisasi besar Akatsuki yang tujuannya mencari semua jinchuriki untuk suatu tujuan yang nggak jelas.
Di samping mencari jinchuriki, kerjaan anggota Akatsuki itu kalo nggak ada misi itu pasti kalau nggak makan, tidur. Tipe-tipe orang yang cocok jadi pengangguran….
Siapa yang tidak kenal anggota Akatsuki? Tentu saja semua orang mengenalnya. Mulai dari Pein yg penuh dengan piercing kesayangannya, sampai Tobi, anggota Akatsuki yang terautis di antara semuanya. Tentu saja, hari ini di markas Akatsuki diawali oleh teriakan dari Deidara, cewek anggota Akatsuki kedua setelah Konan.
Di kamar Tobi dan Deidara…
"Senpai! Senpai! Ayo kita main.. Tobi ingin bermain bersama Deidara-senpai…"
"Tobi!! Boleh saja kita bermain, tapi jangan injak-injak tanah liat milikku, un!!", teriak Deidara.
"Auhh?? Gomen, Deidara-senpai.. Tobi tidak sengaja… Maafkan Tobi, ya? Tobi kan anak baik..", ucap Tobi beserta dengan muka melasnya.
"Terserahlah, un! Aku memaafkanmu, tetapi bisa nggak kamu cepat-cepat pergi dari sini?! Kamu bisa merusak apresiasi seniku, un! Shuh! Shuh!", ucap Deidara sambil melambai-lambaikan tangannya pada Tobi.
Layaknya anjing yang telah dibuang pemiliknya, Tobi pun melangkah keluar pintu meninggalkan Deidara dengan muka menunduk.
Di luar pintu kamar, Tobi berdiri diam di sebelah pintu kamarnya, senyum sinis tampak mengembang di balik topengnya. Ya, yang tersenyum di balik topeng berbentuk lollipop itu adalah Madara Uchiha.
'Huh! Dasar cewek bodoh! Dia tidak tahu bahwa aku hanya memanfaatkan dia untuk kepentingan organisasi ini. Masa bodoh dengan yang namanya seni atau semacamnya! Tujuan Akatsuki hanya untuk menguasai dunia… Seni-seni seperti itu tidaklah penting… BWAHAHAHAHAHA!! (Suara ketawa di sinetron-sinetron gitu deh. Yang peran antoagonisnya kan biasanya ketawa kaya gituh..)
Setelah melamun seperti orang bego dengan iler menetes dari topengnya, (Jijik!) Tobi sadar bahwa di sebelahnya sudah berdiri seseorang dengan rambut merah, dengan muka imut seperti Gaara, sang Kazekage dari Suna. Sasori.
"Uwaaa!! Aa.. Sa..Sasori-senpai?!"
"Kau ini suka melamun, ya. Cepat, jangan halangi jalanku, aku mau masuk", ucap Sasori singkat, tetapi masih dengan gayanya yang cool.
"Heh? Oh, iya, yah. Tobi menghalangi pintunya, ya? Gomenasai, senpai!", balas Tobi dengan nada cerianya sambil bergeser.
"Hn"
Setelah Sasori masuk ke kamar Deidara, Tobi pun langsung buyar dalam pikirannya sendiri.
'Yang tadi itu adalah Sasori, pengguna boneka dari Sunagakure. Aneh, muka keren kayak gitu, hobinya main boneka.. Menyeramkan.. Dulu Sasori dan Deidara satu kelompok, tapi karena permintaanku kepada Pein, aku pun menggantikan Sasori bersama Deidara. Tampaknya, dia punya 'hubungan' tersendiri dengan Deidara, buktinya, dia sering masuk ke kamarku dan Deidara tanpa izin. Berdua, di kamar.. Cewek dan cowok.. Jangan-jangan?!'
Selagi pikiran negatif Tobi berkecamuk di dalam otaknya yang gak tahu kecil ato gede, terdengar suara-suara 'mencurigakan' dari kamar tersebut.
"Aah.. Sasori no Danna.. Jangan.."
"Tidak apa-apa, kan? Sedikit saja.."
"Jangan.. Bagiku, 'barang' itu penting bagiku dan masa depanku.."
Tobi langsung sweatdropped di luar kamar.
'A.. apa yang dilakukan 2 orang itu?! Ba..barang?! Maksudnya apa?! Apa harus kulaporkan kepada yang lain?! Ta..tapi nanti bisa terlambat, dan Deidara yang harus menanggung semuanya! Gawat, tidak ada cara lain!'
Tobi pun langsung membuka pintu kamar itu dengan kencang.
"Deidara-senpai!! Kau tidak apa-apa?! Akan kuselamatkan senpai dari Sasori-senpai!!"
Terlihat Sasori dan Deidara sedang berebutan tanah liat, tapi, karena teriakan Tobi, langsung saja mereka melihat Tobi dengan muka cengok.
"……..Heh…?"
"Tobi! Sudah kubilang jangan membuka pintu keras-keras, un! Kuping orang bisa budeg, tau!!", ucap Deidara dengan toa yang bikin kaca jendela ruangan Hokage pecah-pecah.
"Heh? Loh? Kalo gitu, apa yang Sasori-senpai lakukan tadi?", kata Tobi bingung.
"Sasori no Danna mau mengambil tanah liatku yang berharga ini, un!"
"Iya! Cepat berikan padaku! Aku ingin coba membuat boneka dari tanah liatmu ini!"
"Masa depanku terancam, un! Kalau tanah liatku habis lagi, aku harus membelinya yang dengan kata lain harus minjam duit lagi dari si Kakuzu sialan itu, un! Utangku 5 bulan lalu yang bunganya 50 aja belum dibayar! Bisa mati ditagih utang melulu, un!!", teriak Deidara.
Tobi langsung sweatdropped denger penjelasan senpainya itu. Sudah tua, tapi masih mesum. Dasar kakek-kakek ganjen!
-Ruang tamu Akatsuki-
Tampak Itachi dan Kisame sedang bersantai-santai ria di sofa (satu-satunya) di Akatsuki yang dibeli dengan cara ngutang oleh si Kakuzu, tukang palak. Sofa itupun sudah dibeli di pasar loak yang nggak tau kenapa, masih belum dilunasin. Alhasil, pemilik tukang loak itu yang sering menagih hutang langsung dimakan oleh Zetsu (disuruh Kakuzu) idup-idup. Lumayan, Kakuzu pun untung, Zetsu pun kenyang.
"Oi, Kakuzu! Mana tukang loak yang sering nagih utang kita buat sofa? Kok, kayaknya dari kemarin sudah nggak keliatan lagi, ya?", tanya Hidan.
"Em.. Nggak tau, tuh! Mungkin dia sudah nyerah kali, gw ga mau bayar utangnya", ucap Kakuzu asal-asalan.
"Cish.. Padahal, kalau ketemu lagi akan kubuat dia jadi aliran Jasshin. Sial, deh.."
Tobi sedang bermain (lebih tepatnya mengganggu) dengan Deidara di atas karpet di ruang tamu itu. Dan Sasori sedang asyik membersihkan Hiruko-nya yang semakin hari semakin kinclong saja.
Sementara itu, Pein sedang duduk manis di sebelah Itachi dan Kisame, nggak tau lagi mikirin apaan. Sedangkan Konan sedang berada di dapur, memasak sesuatu yang nggak jelas apaan. Yang pasti tadi pagi, di pasar dia beli bawang, kacang kedelai, pete, jangkrik, pisang, mayones, selai strawberry dan masih banyak lagi.
"Ah!", teriak Konan dari arah dapur.
"Ada apa, Konan-chan? Ada yang sesuatu?", balas Pein sok perhatian.
"Ah.. Jariku teriris pisau.. Sakit sekali Pein-san… Lihat! Sekarang jariku berdarah..", kata Konan sambil menunjukkan jarinya yg berlumuran darah.
"Hah… Kau ini memang ceroboh, ya, kalau soal memasak.. Dasar! Sini! Mana jarimu?"
"Hem?", kata Konan bingung sambil memberikan jari telunjuknya yang berdarah.
Kemudian, Pein langsung mengecup jari yang berdarah itu. Muka Konan langsung berubah menjadi merah, melihat bahwa si ketua Akatsuki itu sedang mencgecup jarinya yang terluka.
"Nah, sudah selesai. Darahnya sudah tidak keluar lagi. Lain kali hati-hati kalau sedang memotong dengan pisau. Bisa-bisa jarimu itu terpotong dan jatuh ke sop yang akan kami makan nanti malam! Bisa ribut nantinya", kata Pein sambil berlalu menuju ke ruang tamu.
"Ah! Pein-san!", teriak Konan sambil memegang tangan Pein. Spontan Pein langsung deg-degan.
"Huaa! A..ada apa, Konan?", teriak Pein gugup.
"Arigato gozaimas.. Pein-san…"
Sambil berkata begitu, satu kecupan besar mendarat di pipi Pein. Langsung saja muka Pein langsung memerah, lebih merah dari rambut Sasori.
Anggota Akatsuki yang (ternyata) ngeliatin dari tadi, langsung pada cengok ngeliatin mereka berdua mesra-mesraan di dapur. Itachi aja langsung nosebleed (mungkin mikir dicium ma adeknya kali, ya). Mata Kakuzu pun langsung jadi ijo-ijo udah kaya lagi ngeliatin duit setumpuk di meja kerjanya.
Begitu pula dengan Tobi, yang ikut ngeliatin dari tadi, langsung senyum-senyum mesum sendiri di balik topengnya. Dia pun langsung buyar (lagi) dalam pikirannya.
'Hm… Dicium, ya.. Aku jadi ingin dicium sama cewek, nih… Sekali aja..'
Tobi pun langsung melihat ke arah Deidara yang juga ikut ngeliatin dari tadi, yang menjadi satu-satunya cewek (Konan sudah jadi milik Pein) di Akatsuki ini.
Hanya saja, Deidara tampak melihat seseorang di ruang tamu, satu-satunya orang yang nggak tertarik melihat Konan dan Pein. Ya, cowok cool berambut merah itu yang sedang asyik dengan bonekanya. Muka Deidara bersemu merah. Suatu ekspresi yang sangat jarang dilihat oleh orang kebanyakan.
'Hm? Dia sedang melihat Sasori, ya? Deidara… Ternyata manis juga jika mulutnya tertutup seperti itu… Apalagi dengan ekspresi manis seperti itu… Tapi… Kenapa dia hanya melihat Sasori saja? Apakah dia hanya tertarik kepadanya? Kenapa dia tidak memberikan ekspresi seperti itu kepadaku? Sekali saja..'
Tiba-tiba saja Tobi teringat akan sesuatu.
'A..apa yang kupikirkan! Bisa jatuh cinta dengan cewek seperti itu.. Ingatlah, Madara.. Kamu membuat organisasi ini untuk menguasai dunia! Bukan organisasi yang tujuannya nyari jodoh! Lagipula…dia mengenalku sebagai Tobi, anak autis (ngaku) yang bisa-bisanya masuk ke Akatsuki ini.. Memang itu hanya kamuflase, sih.. Tapi, orang bodoh bisa gagal hanya karena hal bodoh macam cinta itu!'
-Back to Pein and Konan and the other Akatsuki-
"Wueeh! Ketua dan sekretarisnya mesra-mesraan kaya gini! Gosip baru, tuh!", kata Kisame.
"Foto! Foto! Jual jadi iklan dan pasang di Konoha! Judul iklannya, 'Ketua Akatsuki menjalin cinta diam-diam dengan anggotanya?! Temukan di Akatsuki magazine!'", kata (yang udah pasti) Kakuzu si mata duitan.
"Cinta tidak dilarang D.J…. Hmhmhmhmhm…", kata Hidan sambil senyum-senyum mesum.
"Berisik, nih.. Bisa diam, nggak, sih?", kata Sasori yang nggak ngeliatin sendirian dari arah ruang tamu. Biasalah.. Jaga imej!
"Kamu yang diam, Sasori! Kita lagi seneng-seneng ngeliatin si Pein dan Konan-chan, nih! Kamu malah diem-diem aja! Ga seru!", kata Itachi sewot.
"Cih.."
Pein, yang udah sadar bahwa dia lagi diliatin sama anggotanya yang punya tampang mesum itu, spontan langsung salah tingkah, teriak nggak karuan.
"A… apa yang dikatakan Sasori itu benar! Se..sebagai Akatsuki..ki..kita harus menjaga imej kita sebagai organisasi paling keren dan misterius sejagad raya! La..lagipula ini sudah malam! Ke.. kenapa kalian tidak pulang ke kamar kalian saja dan pergi tidur?! Ber..bersiap-siaplah untuk misi besok!", kata Pein salah tingkah.
"Malam?! Ini baru jem 7, ketua gebleg! Emangnya kita bayi apa, disuruh tidur jam segini?! Kamu juga sudah janji bakal ada makan malam hari ini bersama-sama! Mana makanannya?!", kata si Zetsu item.
"Em.. Tadi pagi kita kan sudah makan penagih utang itu.. Kamu masih mau makan lagi?", kata Zetsu putih.
Spontan saja semua orang langsung sweatdropped dan segera melihat ke arah Zetsu, dan kemudian berbalik ke arah Kakuzu. Si Kakuzu malah siul-siul sendiri, pasang tampang innocent yang padahal dari mukanya udah keliatan banyak dosa….
"Akkh! Sudahlah! Cepat kembali ke kamar kalian! Dan, Kakuzu dan Zetsu! Besok pagi aku mau bicara dengan kalian!!", kata Pein sewot.
"Tapi..", sela Kakuzu.
"Nggak ada pake tapi-tapian! Udah jelas ini salah kamu! Kan sudah kularang melakukan sesuatu yang nggak ada hubungannya dengan misi?! Kita bisa dilacak jika meninggalkan jejak seperti itu!"
"Dasar ketua sial.."
Tobi dan Deidara sedang berjalan di lorong tempat semua kamar anggota Akatsuki berada (kecuali Pein dan Konan, tentunya). Tiba-tiba keluarlah Sasori dari dalam kamarnya (sekarang Sasori tidur sendirian, berhubung Tobi menggantikan dirinya menjadi partner Deidara).
"Ah! Sasori no Danna! Aku ingin bicara sebentar, un!", kata Deidara.
"Apa?", jawab Sasori singkat.
"Anu.. Deidara-senpai…", sahut Tobi.
"Iya, iya! Kamu tidur duluan saja, un! Jadilah anak baik seperti biasanya dan jangan mengikuti aku dan Sasori, un!", sewot Deidara.
"Eh.. Tapi…"
"Iya, iya. Aku tahu, oyasuminasai! Puas, un? Cepat tidur sono!"
Merasa dirinya tidak dibutuhkan, Tobi pun berjalan lunglai menuju kamar tidurnya dan Deidara, meninggalkan Sasori dan Deidara sendirian di lorong itu.
Di kamar tidurnya, Tobi melepaskan topengnya, memperlihatkan wajah manis milik Obito yang sedang dipakai olehnya (saiah ngasal ajah, bilang aja Madara pake tubuh Obito…). Kemudian dia duduk di kasurnya, kasur kecil yang tetapi cukup nyaman baginya.
Dengan mata kirinya yang tertutup itu, dia menerawang kamarnya tempat dia tidur dengan Deidara. Di samping kasurnya, ada kasur lain yang merupakan tempat tidur milik Deidara. Ruangan itu kecil dan gelap, tapi cukup nyaman bagi organisasi Akatsuki yang kebanyakan anggotanya adalah ninja pelarian itu.
Di otaknya kembali terbayang kejadian salah paham antara dirinya, Deidara, dan Sasori siang itu.
'Hah.. Apa yang kupikirkan? Kenapa kejadian Sasori dan Deidara itu terus mengganggu pikiranku? Itupun cuma salah paham.. Dan juga, untuk apa Sasori meminta tanah liat dari Deidara? Bukannya dia benci ledakan? Ah.. entahlah.. aku tidak bisa berpikir jika terus seperti ini. Lebih baik aku tidur dan melupakan kejadian hari ini..
Tobi pun menaruh topengnya di meja kecil di sebelah kasurnya itu. Kemudian dia merebahkan dirinya di kasurnya. Dalam pikirannya, dia kembali mengingat-ingat tentang kejadian yang terjadi antara Pein dan Konan.
'Huh. Dasar Pein.. Sempat-sempatnya masih berhubungan dengan yang namanya cinta itu. Orang akan gagal jika terus memikirkan apa yang namanya cinta. Kenapa tidak kau manfaatkan Konan dan kemudian mencampakkannya? Bukannya itu memberikan kenikmatan sendiri sudah berhasil melukai hati seseorang? Melihat cewek menangis bukanlah sesuatu yang buruk..' (Nih, orang jaat banged ya..)
Tiba-tiba saja otaknya kembali mengingat dengan raut muka Deidara waktu itu.
'Muka itu.. Muka itu sama dengan ekspresi dari Pein.. Apa itu..yang namanya mencintai dan dicintai? Raut muka yang tak akan pernah kaudapatkan dari membunuh seseorang.. Apakah… cinta itu sebenarnya? Deidara..'
'!! Apa yang kupikirkan?! Kenapa aku terus berpikir tentang Deidara terus-menerus?! Dia menyukai Sasori, dan takkan pernah menyukaiku.. Aku tidak bisa membocorkan identitasku hanya untuk merubah pikirannya tetangku, kan?! Lagipula.. aku tahu, baginya, aku akan tetap selalu menjadi seorang Tobi.. Kouhai dari seorang Deidara-senpai yang selalu bersikap konyol dan bodoh.. Ya, bodoh..'
'...'
'……'
'Tapi, jika seperti itu mungkin akan bagus juga..'
Setelah memikirkan 'sesuatu' Tobi langsung tertidur lelap di atas kasurnya.
-Esok harinya-
-Ruangan kerja Pein-
Dari arah pintu terdengar suara ketokan, Pein langsung menoleh.
"Masuk…", jawab Pein malas. Maklum hari itu masih pagi sekali, kira-kira jam 6 pagi.
Tampaklah Tobi membuka pintu itu.
"Hm? Madara-san? Ada apa datang pagi-pagi begini? Apa mau menyampaikan misi?", kata Pein.
"Nggak.. Aku ingin berbicara tentang sesuatu… Begini.."
To be continued
LvNa-cHaN : selesai juga! 1 chap mai first fic multichapter!
Tobi/Madara : Brengsek! Kenapa gw jadi kayak gituh?! Madara Uchiha itu selalu kul dan ga bakal suka sama cewe edan macam Deidara tw!
Deidara : Uwaah.. Aku jadi cewe nih.. Sasori no Danna! Aku cantik, nggak, un?
Sasori : Terserahlah.. (pasang muka illfeel, ngeliat dirinya jadi cowo homo sama Deidara)
Obito : Kok, gw juga muncul?
Deidara : Gyaa!! Setan! Ada setan bangkit dari kuburan!
LvNa-cHaN : Bukan Deidara-chan! Itu Obito! Cucunya sih Madara itu, loh!
Tobi/Madara : Halo, anak muudaaa..
Obito : -langsung sewatdropped-
LvNa-cHaN : Yah, pokoknya, makasih dah baca ni fic ancur! Ripiu pliz. Updet akan diusahakan secepatnya! Chapter 2 is coming!
Pein : Author gebleg! Bisa-bisanya gw dipermalukan kaya gitu di depan anggota-anggota gw!
Tobi/Madara : Apanya yang anggota lw! Itu organisasi gw yang buat tw! (langsung sewot)
Pein : Tapi gw yang ngetuain!
Tobi/Madara : Gw!
Pein : Gw!
Deidara : Jangan berantem, un! Sudah, deh. Nantikan chapter selanjutnya yang menampilkan semua kecantikan dan apresiasi seniku, ya, un! Muah!
Semua : WUEEEK!!
