Title : It's Love

Main Cast : Kim Jongin (Kai EXO)

Other Cast : Kim Minseok, Oh Sehun, Jung Soojung (Krystal f(x))

Genre : Family, Hurt/comfort. litle bit romance

Length : 1/?

Hai, hai!

Adakah yang kangen sama Ren?

Nggak ada? Nggak papa deh.

BTW, Ren bawa ff baru. FF angel nggak dilupain, kok. Cuma sekarang Ren masih dalam proses pembuatan. Jadi, Ren nge-post ff ini dulu. Itung-itung supaya ff Hunkai makin rame.

Ah, banyakkah readers yang kena kurikulum 2013 kayak Ren? Pusing banget, ya.

Kurikulum itu juga yang jadi salah satu alasan Ren ngaret update. Terus modem baru eomma nya Ren nggak bisa buat ngakses FFn ~

Hiks ... T_T

Wah, Ren kayaknya udah kepanjangan cuap-cuap ya. Selamat membaca, ya!

"Hyungie~" panggil seorang sonyeon berkulit tan. Tangannya yang tidak memeluk tedy bear cokelatnya mendorong pelan pintu kayu berwarna putih itu.

Di sebuah ranjang di kamar itu, tampak seorang sonyeon berpipi chubby yang terbaring lemah. Tubuhnya ditutupi dengan beberapa selimut tebal, dan dikeningnya terdapat sebuah kompres. Di samping ranjang sonyeon itu, ada seorang yeoja yang duduk di kursi.

"Waeyo, Jonginie?" tanya yeoja itu.

Jongin – nama sonyeon berkulit tan itu – mendekat ke arah ranjang sang hyung, Minseok. "Boleh Jongie tidur bersama Minnie hyung? Biasanya Minnie hyung membacakan cerita untuk Jongie," jawabnya.

Yeoja itu menghela napas pelan. "Minnie hyung sedang sakit, Jongie," ujar yeoja itu.

Tiba-tiba seorang namja masuk ke dalam kamar itu, sedikit terheran melihat suasana. "Museun iriya?" tanya namja itu.

"Yeobo, tolong temani Jongie tidur dulu. Aku harus menjaga Minseok," pinta yeoja itu.

Namja itu mengangguk. Digendongnya tubuh mungil Jongin. Kakinya melangkah ke kamar yang letaknya sedikit di ujung, kamar Jongin. Sesampainya di kamar Jongin, namja itu membaringkan tubuh Jongin di ranjangnya dan menyelimutinya. Tangannya lalu menggapai lampu tidur di meja nakas sebelah ranjang Jongin untuk menyalakannya.

Kriiing! Kriiing!

Namja itu menambil handphonenya dan beranjak keluar dari kamar putra bungsunya itu.

"Jongie, appa harus mengangkat telepon. Jongie tidur sendiri, ne. Jaljayo," ujar namja itu sebelum beranjak dari ranjang Jongin, mematikan lampu utama, dan menutup pintu kamar Jongin.

Melupakan fakta Jongin membenci kegelapan. Melupakan fakta bahwa Jongin takkan bisa tidur sendirian dengan penerangan yang minim. Melupakan fakta bahwa putra bungsunya itu masih berusia 4 tahun.

Jongin yang masih sepenuhnya terjaga segera mendudukkan dirinya di ranjangnya. Selimut bergambar pupynya ditariknya cepat untuk menutupi tubuhnya sebatas leher. Kedua tangannya memeluk erat boneka tedy bearnya.

"Hiks ... Jongie takut ... hiks," isaknya dengan tubuh bergetar.

Baekhyun mempercepat langkahnya saat dirinya telah berada di playgroup adik kecilnya. Langkahnya pun dipacu semakin cepat menuju kelas adiknya. Napasnya memburu saat menyadari kelas adiknya sudah kosong. Berbagai pikiran negatif tentang kondisi adiknya sekarang menghantui pikiran sonyeon berusia 6 tahun itu. Baekhyun pun berusaha membuang jauh-jauh pikiran buruknya itu.

Baekhyun lalu menyusuri kelas-kelas lain yang ada di playgroup itu. Berharap menemukan adik kecilnya yang bahkan belum bisa mengucapkan huruf 's' dengan benar itu.

Tatapannya menghangat saat mendapati adiknya berada di sebelah kelas yang tadi didatanginya. Dan adik kecilnya itu ternyata tidak sendiri. Dilihatnya seorang sonyeon lain bersurai hitam yang sepertinya tertidur di sebelah adiknya.

"Sehunie~" panggilnya.

Dan sonyeon berkulit putih susu itu menoleh pada Baekhyun yang kini melangkahkan kakinya ke arahnya. Sehun – adik kecil Baekhyun – dengan cepat meletakkan telunjuknya di ujung bibirnya dengan mata yang memelototi Baekhyun.

"Hyung jangan berithik. Jongie thedang tidur," omelnya.

Baekhyun tersenyum dan mengacak surai coklat Sehun yang sama dengan surai miliknya. "Kenapa Sehunie dan Jongie belum pulang? Eomma khawatir karena Sehunie belum pulang," ujar Baekhyun yang mendudukkan dirinya di sebelah Sehun.

"Tadi thaat Thehun kethini – mau menjemput Jongie, Thehun lihat Jongie thedang tidur. Theonthaengnim bilang biarkan Jongie tidur thebentar. Kata Tao, Jongie tadi malam tidak tidur. Jadi, Thehun mau menemani Jongie thampai Jongie bangun. Nanti Jongie kathihan kalau haruth thendirian," jelas Sehun.

Baekhyun menghela napas pelan. "Tapi eomma sudah khawatir pada Sehunie. Eomma menyuruh Sehunie segera pulang," jelas Baekhyun lagi.

"Tapi ... kathihan Jongie ... hiks. Nanti kalau Thehun pulang, Jongie thendirian. Kalau ada ... hiks yang menculik Jongie ... hiks bagaimana? Nanti... hiks ... Thehun tidak bitha bertemu dengan hiks ... Jongie lagi," isak Sehun pelan.

Baekhyun pun panik melihat adik kecilnya itu kini malah menangis. Padahal, adik kecilnya itu jarang sekali menangis. Saat Baekhyun mengusilinya saja, Sehun malah balas mengusilinya, bukan menangis.

"Cup cup Sehunie uljimayo. Hyung tidak menyuruh Sehunie meninggalkan Jongie. Tapi eomma menyuruh kita pulang," ujar Baekhyun yang kini berusaha membuat sehun berhenti menangis.

"Sehun hyung kenapa menangis?" tanya Jongin yang terbangun mendengar isakan Sehun. Tangannya mengucek pelan matanya yang memerah dan bengkak – efek menangis tadi malam.

"Baekki hyung haruth tanggung jawab. Lihat! Gara-gara hyung, Jongie jadi terbangun!" omel Sehun yang tiba-tiba berhenti menangis. Entah hilang kemana isakannya tadi.

Baekhyun yang melihat tingkah adiknya memutar bola matanya malas. Tangannya pun terangkat dan mencubit pipi Sehun.

"Sehun hyung kenapa belum pulang? Dan kenapa Baekki hyung ada di sekolah Sehun hyung dan Jongie?" tanya Jongin heran.

Baekhyun memamerkan senyum manisnya pada Jongin. "Hyung ingin menjemput Sehun. Karena eomma hyung khawatir karena Sehun belum pulang. Kenapa Jongie tidur disini?" tanya Baekhyun lembut.

Jongin menunduk. "Jongie ... Jongie mengantuk, hyung," lirih Jongin. "Tadi malam appa mematikan lampu kamal Jongie," cerita Jongin.

Sehun dan Baekhyun mengangguk mengerti.

"Kajja kita pulang bertiga. Nanti eomma Jongie khawatir kalo Jongie belum pulang," ajak Baekhyun.

"Tapi, Jongie masih mengantuk, hyung," rajuk Jongin. "Jongie mau tidul,"

Baekhyun lalu berjongkok di depan Jongin dan menarik kedua tangan mungil Jongin agar melingkari lehernya. Baekhyun lalu menggendong Jongin dengan Piggy back.

"Nah, Jongie tidur dulu saja. Nanti kalau sudah sampai di rumah Jongie, hyung bangunkan, ne," ujar Baekhyun.

"H ... hyung, Jongie bial jalan sendili. Nanti Baekki hyung kebelatan kalena menggendong Jongie," ujar Jongin khawatir.

"Gwaenchanha. Jongie tidur saja sekarang. Jongie bilang kan Jongie ngantuk. Nah, kajja kita pulang, Sehunie," ajak Baekhyun.

Tangan kanan Baekhyun yang tidak menahan berat tubuh Jongin digunakan untuk menggenggam jemari adik kecilnya.

Tok! Tok! Tok!

Pintu kamar berwarna cokelat itu terbuka perlahan, menampilkan sosok sonyeon berusia 6 tahun berkulit putih. Sonyeon itu membawa sebuah bungkusan berwarna biru yang terlihat mengeluarkan embun.

"Jongie sedang tidur," gumamnya pelan.

Sonyeon itu lalu melangkahkan kakinya ke arah ranjang single yang ditiduri oleh Jongin. Dengan gerakan pelan, sonyeon yang memiliki lesung pipi itu menaiki ranjang itu.

"Jongie," panggilnya pelan. "Jonginie, ... ireonasseoyo," panggilnya lagi.

Dan tampaknya usahanya berhasil. Sonyeon berkulit tan itu mengernyit dan perlahan matanya terbuka. "Lay ge .." gumamnya pelan, lalu kembali menutup matanya. "Jongie mengantuk, ge," gumamnya pelan.

"Ah, arasseo. Lay ge bawa es krim untuk Jongie. Gege taruh di kulkas, ne. Nanti kalau mau, Jongie ambil. Tapi jangan sampai ketahuan eomma, appa dan hyung Jongie, ne," nasihat Lay.

"Waeyo?" tanya Jongin dengan mata yang setengah terbuka. "Kenapa Minnie hyung tak boleh tahu? Jongie kan juga mau membagi es klim Jongie dengan Minnie hyung," ujarnya.

Lay tersenyum, menampakkan dimplenya. "Minnie hyung tidak boleh makan es, Jongie. Nanti tenggorokan Minnie hyung sakit. Arra?"

Jongin pun mengangguk dan melanjutkan tidurnya.

"Eomma, tenggorokan Minnie panas," keluh Minseok pada nyonya Kim.

"Waeyo, Minnie? Minnie makan apa tadi?" Tanya nyonya Kim panik. Dengan segera digendongnya tubuh sonyeon berusia 7 tahun itu ke dalam kamarnya.

"Minnie tadi makan apa, sayang?" Tanya nyonya Kim lembut.

"Minnie tadi makan es krim yang ada di kulkas, eomma," jawab Minseok pelan. Masalahnya, Minseok sendiri mengetahui bahwa dirinya masih tidak diizinkan makan es krim. Karena itulah Minseok berbicara dengan pelan, takut sang eomma memarahinya.

Nyonya Kim yang mendengar penuturan putra sulungnya pun cukup terkejut. Karena baik dirinya, maupun suaminya tidak pernah membeli es krim seminggu belakangan ini.

"Minnie tidur disini dulu, ne. Eomma mau telepon uisanim untuk memeriksa Minnie. Arra?"

Minseok mengangguk dan segera menarik selimutnya untuk menutupi tubuh mungilnya. Sebelum keluar dari kamar Minseok, nyonya Kim menyempatkan dirinya untuk mengecup kening putra sulungnya itu.

"Jonginie!" panggil Nyonya Kim. "Jonginie!" seru nyonya Kim lagi.

Nyonya Kim berdecak kesal saat mendapati putra bungsunya itu tak menyahut panggilannya. Kakinya lalu melangkah ke dapur untuk menemui kepala pelayan Zhang.

"Zhang, tolong cari Jongin sekarang dan suruh anak itu menemuiku di ruang tengah," perintah Nyonya Kim.

Kepala pelayan Zhang pun segera beranjak mencari tuan mudanya itu. Namja paruh baya itu menyusuri beberapa ruangan yang mungkin saja akan disinggahi oleh Jongin.

"Geli! Hihihi geli, ge hihihi . Geumanhae! Hihihihi!"

Sebuah suara tawa dari taman membuat kepala pelayan itu mengarahkan kakinya ke taman yang ada di teras depan rumah keluarga Kim.

"Tuan muda Jongin," panggil kepala pelayan Zhang.

"Ne, ahjussi," sahut Jongin.

Lay – putra kepala pelayan Zhang – yang sebelumnya menggelitiki Jongin segera mendudukkan dirinya di sebelah Jongin dengan kepala yang ditundukkan.

"Nyonya besar mencari tun muda," ujar kepala pelayan Zhang.

"Ahjussi, eomma eodiseo?" Tanya Jongin dengan matanya yang mengerjap lucu.

"Di ruang tengah tuan muda," jawab kepala pelayan Zhang.

Jongin berdiri dan membungkukkan tubuhnya di depan namja itu. "kamsahamnida, ahjussi," ujarnya sebelum beranjak pergi.

Sepeninggalnya Jongin, kepala pelayan Zhang mendudukkan dirinya di sebelah Lay. "Kenapa kau susah sekali diberitahu, Xing? Sudah berkali-kali baba bilang agar kau tidak mendekati tuan muda Jongin lagi. Derajat kita berbeda, nak," nasehat tuan Zhang.

Yixing – Lay – menghela napas kasar dan membaringkan tubuhnya di rumput hijau itu. "Aku mengerti baba. Tapi aku kasihan pada tuan muda. Tuan muda Jongin selalu kesepian di rumah ini. Apalagi jika tuan muda Minseok sakit. Pasti perhatian tuan dan nyonya besar akan tercurah seluruhnya untuk tuan muda Minseok. Aku tak mau tuan muda Jongin tumbuh kekurangan kasih sayang dan perhatian. Karena itulah aku ingin selalu menemaninya," jelas yixing. "Tuan dan nyonya besar seperti tidak menganggap kalau Jongin itu putra mereka. Mereka bahkan tidak tau apa yang disukai dan tidak disukai Jongin," lanjutnya.

PLAK!

Yixing memegang pipinya yang memanas setelah mendapat tamparan dari babanya. Sonyeon itu menatap babanya dengan tatapan tidak mengerti.

"Kau tidak boleh bicara begitu, Xing! Kalau bukan karena mereka, kau tidak akan bisa bersekolah hingga mencapai junior high school seperti sekarang!" murka tuan Zhang.

"Aku hanya berbicara fakta, baba. Tuan dan nyonya besar memang memperlakukan tuan muda Jongin dengan tidak adil. Apa baba lihat lingkaran hitam yang ada di bawah mata tuan muda, tadi? Itu karena tuan muda tidak tidur semalaman. Dan apa baba tahu alasannya? Itu semua karena tuan muda Jongin dibiarkan sendirian di kamarnya dengan keadaan ruangan yang gelap gulita," elak sonyeon berlesung pipi itu. "Meskipun baba menyuruhku menjauhi tuan muda Jongin berapa kalipun, aku akan tetap mendekatinya dan berada di sisinya. Aku selalu menuruti apa perintah baba selama ini. Namun jika baba menyuruhku untuk menjauhi tuan muda Jongin dan membiarkannya kesepian, maaf aku tak bisa melakukannya," ujar Yixing sebelum beranjak meninggalkan tuan Zhang di taman itu.

Jongin memeluk kedua lututnya dengan tangan-tangan mungilnya. Giginya bergemelutuk karena suhu dingin yang menerpa tubuhnya. Tubuh kecilnya kini tengah dihujami air dingin yang mengalir dari shower di kamar sonyeon manis itu.

"Sudah berapa kali eomma katakan agar tak membeli es krim, Jongin?! Apa Jongin senang membuat Minseok hyung sakit? Apa Jongin senang kalau Minseok hyung demam dan tak bisa melakukan apapun?" bentak nyonya Kim.

Jongin menggeleng. Bibirnya sudah membiru karena sudah sejak sejam yang lalu air dingin itu mengguyur tubuhnya.

"Mi … mianhh …. Hiks …. Eomma …. Hiks," isak Jongin pelan. Kepalanya terasa pusing karena air yang masih menghujani kepalanya.

GREP!

"Maafkan saya, nyonya. Ini semua salah saya. Tuan muda tidak salah apapun. Sayalah yang membeli eskrim itu dan meletakkannya di pendingin dapur, nyonya. Saya yang salah. Saya mohon tolong berhenti menghukum tuan muda, nyonya,"

Nyonya Kim berdecih mendengar pengakuan sonyeon yang sudah dianggap keponakannya itu sendiri. "Apa kau berbohong untuk melindungi anak ini, Yixing?"

"Animnida, nyonya. Karena itu, saya mohon tolong berhenti menghukum tuan muda Jongin. Jika nyonya ingin menghukum, hukum saja saya, nyonya," pinta Yixing yang masih memeluk erat tubuh Jongin yang menggigil.

'Eomma, jangan marah pada Yixing, ne. Minnie sudah menganggap Yixing seperti adik Minnie sendiri'

Permintaan kecil Minseok langsung terngiang dipikirannya saat bibir tipis yeoja itu akan mengeluarkan hukuman untuk Yixing. Dan akhirnya, yeoja itu pun memilih beranjak meninggalkan kamar Jongin dengan wajah masam.

"Hiks …. Dingin ….. hiks,"

Isakan Jongin membuat Yixing sadar kalau kondisi tuan mudanya saat ini benar-benar buruk. Yixing pun segera menggendong Jongin dan membawa sonyeon itu ke kamarnya. Dengan cekatan, Yixing melepaskan pakaian Jongin dan memakaikan pakaian yang kering dan berbahan tebal. Setelah memastikan Jongin nyaman dengan pakaiannya, Yixing membawa Jongin ke ranjang sonyeon manis itu dan membaringkannya di sana. Yixing pun tak lupa menarik bed cover untuk menghangatkan tubuh mungil Jongin yang masih bergetar.

"Hiks …. Gege …. Kajima … hiks. Hiks … temani Jongie," pinta Jongin.

Yixing yang tak tega melihat Jongin menangis pun segera berbaring di sebelah Jongin. Memeluk tubuh kecil Jongin agar Jongin merasa lebih hangat.

"Ssst, gege disini. Sekarang Jongin tidur, ya. Gege temani. Jangan menangis lagi," bisik Yixing. Bibir tipisnya lalu menggumamkan lullaby lembut agar Jongin lebih mudah tertidur.

CKLEK!

"Hyung, boleh Jongie tidul dengan hyung?" Tanya Jongin yang kini berjalan mendekati ranjang Minseok dengan sebuah boneka di tangannya.

Minseok yang melihat adiknya mendatanginya pun mengangguk dengan senyuman manis di wajahnya. "Geurae. Jja, sini. Tidur di samping hyung," jawab Minseok.

Jongin pun memanjat ranjang Minseok, lalu berbaring di sebelah hyung kesayangannya itu. Minseok lalu menarik bed cover bergambar rusanya untuk menyelimuti tubuhnya dan tubuh namdeongsaengnya itu.

"Hyung, Jongie minta maaf," bisik Jongin pelan.

"Jongie minta maaf kenapa?" Tanya Minseok heran.

"Ka … kalena es klim yang ada di kulkas, hyungie jadi sakit. Jongie tidak mau hyungie sakit lagi," jawab Jongin . "Jongie tidak suka sendilian," gumam Jongin pelan.

Minseok lalu memeluk tubuh Jongin yang lebih kecil dari tubuhnya. Mendekapnya dengan kehangatan yang dimilikinya. Minseok sama sekali tak menyalahkan Jongin atas sakitnya tenggorokannya. Karena Minseok pikir itu murni kesalahannya.

"Gwaenchanha. Itu bukan kesalahan Jongie. Itu kesalahan hyung karena hyung tidak bertanya es krim itu punya siapa," ujar Minseok. Tangannya membelai lembut surai Jongin yang berwarna hitam. "Sekarang, Jongie tidur, ne. Hyung nyanyikan lagu, ne. Supaya Jongie mudah tidur," tawar Minseok.

"Kenapa hyung tidak mencelitakan celita sepelti biasanya?" Tanya Jongin yang kini mendongak menatap Minseok.

Minseok tersenyum. "Tenggorokan hyung masih agak sakit. Jadi, malam ini hyung nyanyikan lagu saja, ne," tawar Minseok lagi.

Dan kali ini Jongin mengangguk. Sonyeon berusia 4 tahun itu membenamkan kepalanya ke dekapan hangat Minseok. Dan Minseok mulai menyanyikan lagu pengantar tidur untuk Jongin.

Minseok menangis saat mendengarkan dengkuran halus Jongin. Sonyeon berpipi chubby itu pun mempererat pelukannya pada Jongin. Minseok tahu pasti apa yang terjadi pada Jongin sore tadi. Dan Minseok merasa amat bersalah. Minseok membenci tubuhnya sendiri yang mudah terserang penyakit. Membuat perhatian kedua orang tuanya hanya terpusat padanya. Minseok senang orang tuanya memperhatikannya. Tapi hal itu tak berlangsung lama. Sejak usianya 7 tahun, Minseok menyadari bahwa Jongin kecilnya tidak terlalu diperhatikan oleh kedua orang tua mereka. Bahkan tubuh Jongin pun begitu kurus, berbanding terbalik dengannya. Di saat Minseok sakit, maka kedua orang tuanya akan mencari cara agar Minseok dapat cepat sembuh dan beraktivitas seperti biasa. Minseok ingat betul hari itu adalah hari ulang tahun Jongin yang ke-4. Dan acara ulang tahun itu hanya di rayakan oleh para maid karena dirinya dan kedua orangtuanya berada di rumah sakit. Minseok bahkan ingat cerita Lay bahwa Jongin menolak memotong kuenya hingga Minseok dan kedua orangtua mereka bersamanya saat Jongin memotong kuenya. Namun hingga seminggu, kue itu masih berada di atas meja makan dengan kondisi utuh.

"Mianhae, Jongie. Mianhae …"

TBC ...

Kalau ada typo bertebaran,. mohon dimaklumi, ya. Ren nggak sempet nge-cek lagi. Soalnya Ren upload di warnet. Dan ff ini nggak Ren ikutin Hunkai Event kartena Ren takut kalau ff ini nggak selesai pas batas waktunya.

RnR juseyo^^

Ren_Choi