Awal dari Akhir © gyurachi
Tokyo Ghoul © Ishida Sui
KaneRize—canon
.
'Aku ... di mana?'
Berkali-kali ia bertanya kepada diri sendiri, namun Kaneki Ken belum juga mendapatkan jawabannya.
Ia berada di atas cermin cair berselimutkan langit biru yang berawan, sendiri. Kuarsa pasirnya menengok sekeliling sekali lagi, namun nihil baginya untuk menemukan tanda-tanda kehidupan di sana. Tidak teman-temannya. Tidak ada sekumpulan manusia bersenjata yang mencoba membunuhnya. Hanya ada ia, kesadarannya, dan sebuah sofa hitam empuk yang menopang tubuhnya.
Pemuda itu menghela napas. "Kau ada di sini, kan, Rize?"
"Hng, pintar seperti biasa."
Kaneki melirik arah baratnya, sumber dari suara yang terus mengganggunya itu berada tepat di telinga kirinya; Rize Kamishiro ada di belakangnya.
"Apalagi sekarang?"
"Tebaklah, Bocah Pintar." Ia tersenyum manis. Tangannya melingkari leher Kaneki, menyandarkan dagunya pada bahu kanan Kaneki. Iris karamelnya menatap lurus ke arah pertemuan di antara langit dan cermin air yang menjadi pijakan mereka. "Atau kau mau wanita ini memberimu sedikit bocoran?"
Jari-jari lentik Rize mengusap manja pipi Kaneki. Laki-laki itu hanya diam, menatap lurus ke hamparan kosong yang terbentang luas di sana. Banyak pertanyaan yang ingin ia katakan saat itu juga kepada perempuan berambut violet yang satu ini. Namun pada akhirnya, otaknya memberikan Kaneki perintah untuk mengucap kalimat tanya yang menjadi inti dari semua pemikiran yang dibuatnya,
"Apa aku sudah mati?"
Dan Rize tertawa.
"Jangan bercanda, Kaneki-kun. Ayolah." Rize menempelkan jarinya di bibir bawah Kaneki. "Orang seperti Kaneki-kun tidak pantas mati tanpa siksaan yang lebih kejam dari itu."
Kali ini tangan Kaneki bergerak. Ia menggenggam jari telunjuk Rize yang terlalu lama berada di bibirnya, menjauhkannya dari wajahnya. "Aku sekarat. Aku memakan diriku sendiri." Pemuda berambut putih itu mengingat-ingat kejadian terakhir yang tertanam jelas di dalam otaknya. "... Dan terakhir, orang itu menusuk kepalaku dari belakang. Dia bilang dia butuh quinque baru sambil melihatku. Perlu kutambahkan?"
"Aku tertimpa konstruksi bagunan. Organ dalamku ada di perutmu. Tapi kau tahu kalau aku masih hidup, kan?"
"..."
Rize tersenyum penuh kemenangan. Ia melepaskan Kaneki, membelakangi Kaneki. Visualnya memperlihatkan langit biru dengan awan putih tebal yang terus bergerak secara perlahan. "Selamat datang di duniaku, Kaneki-kun. Dari sini, mari kita lihat bagaimana orang-orang yang kau anggap teman itu bergerak dengan pikiran bahwa kau sudah mati—" Rize memecah ketenangan cermin air itu dengan ujung ibu jari kakinya.
Lapisan tipis air yang tenang itu hancur begitu saja, membuat riak air besar yang mengubah cermin air yang menjadi tumpuan pada tubuh mereka.
—Dan setelah air itu membangun kembali lapisan tipis tenangnya, sang eye-patch bisa melihat orang-orang yang dikenalnya berada dalam cermin raksasa itu.
"Sekarang, lihatlah awal penderitaan seseorang dari akhir yang kaubuat itu, Kaneki-kun."
.
end
.
a/n: Another-pelampiasan-rasa-frustasi saya terhadap Tokyo Ghoul. Kali ini karena ending manga yang super kampretnya itu dan status-hidup-mati Kaneki yang masih dipertanyakan. Ha to the ha. (Mari nobatkan Ishida Sui sebagai best troll-mangaka tahun ini.)
syugah smileu, gyurachi—[160914]
