Title : Reset

Cast :

Im Jaebum k.a. JB (GOT7)

Park Jinyoung k.a. Junior k.a. Jung Ui Bong (GOT7)

And others…

Genre : Romance, parody, little fantasy

Rated : T

Author : Rin Rizawa

WARNING! YAOI!

.

Disclainmer : GOT7 ɷ JYP • Reset ɷ Rin Rizawa

.

Summary : [This is a GOT7 FanFic] Ini aneh, terbangun di suatu kamar asing dengan tidak mengetahui siapa dirinya. Hingga bertemu seorang captain dan anggota kelompok nya yang—apa? Warning! OOC! Typo(s), GJ, Alur Kecepetan! dll!

.

WARNING! TYPO BEREDAR DI MANA-MANA! EYD TIDAK BERATURAN! ALUR KECEPETAN! RIN RIN MASIH PEMULA! HARAP DIMAKLUMI!

|prolog;|

Pemuda itu berlari kencang, matanya tersorot ketakutan, tak berani menengok kebelakang, takut—takut jika pengejar sudah tepat berada di belakangnya.

Melompat, terjatuh, mengaduh, berlari kembali, terkena gesekan ranting—yang membuat lengan dan pipi nya tergores cukup dalam, karena jalan yang dia lewati cukup sempit dengan berbagai penghalang ranting disekitar.

Dia terus berlari, berlari, berlari, dan berlari.

"BERHENTI KAU BOCAH TENGIK, KAU TELAH DI JUAL OLEH IBU MU!"

DEG.

Rasa sakit menjalar di ulu hati pemuda itu, mengingat sebuah fakta menyakitkan. Tapi dia tidak akan menyerah dalam berlari, dia harus menjauh dari laki-laki botak berotot berwajah jelek itu. Dia tidak mau—memberikan tubuh nya.

Tidak akan.

"JUNG UI BONG!"

SRUK.

"UWAAAAAAA—

DUG.

UKH."

.

|story begin;|

.

Rasa pusing menyerang pemuda itu, matanya terbuka sedikit, merasa terganggu dengan sinar yang datang. Tunggu—

Ini… dimana?

Srek.

Gesekan bunyi terdengar, pemuda itu mencoba duduk, dan itu semakin membuat kepalanya sangat berat.

Dia baru menyadari jikalau kepalanya di perban.

"Oh, kau sudah bangun."

Suara laki-laki, pemuda itu menoleh sebentar dengan menahan rasa sakit.

"Jangan dipaksakan," laki-laki itu menyimpan nampan yang berisi makanan, "berbaring lah."

"Kau—siapa?"

Dengan suara serak, pemuda itu bertanya.

"Aku? Aku Im Jaebum, aku dan teman ku menemukan mu di pinggir sungai dengan keadaan kepala mu berdarah, jadi ya kami membawa mu kesini," jelas lelaki itu—yang bernama Jaebum, "nama mu siapa?"

Pemuda itu terdiam sebentar, mengingat sesuatu—tapi nihil, tidak ada satupun yang dia ingat.

Jaebum yang bingung mengapa pemuda di hadapannya ini diam akhirnya membuka suara, "Akan ku panggilkan Youngjae, mungkin dia bisa membantu."

Lalu Jaebum pergi begitu saja.

Youngjae? Siapa dia? Pemuda itu semakin berpikir keras, walau hasil nya tidak ada satupun kejadian yang dia ingat sebelum bangun.

.

"Amnesia."

Pemuda itu mengeryit ketika laki-laki—yang bernama Youngjae itu menarik kesimpulan aneh.

Apa itu amnesia? Pikir pemuda itu.

"Hah… mungkin dikarenakan benturan keras," lanjut Youngjae, "tapi—apa kau mengingat nama mu?"

Pemuda itu terdiam sebentar, lalu menggeleng.

"Dia tidak mengingat apapun," Jaebum mendesah keras, "kalau begitu, kita cari nama bagus untuk mu nanti, sekarang ayo makan."

Pemuda itu mengangguk ragu, dengan pelan dia membuka mulut nya.

"Eyy—Jaebum-captain, kau—"

"Diam Youngjae, kembali ke tempat mu."

Dengan tertawa, Youngjae keluar dari ruangan itu. Sebenarnya pemuda itu bingung kenapa Youngjae tertawa keras tapi… sudahlah.

"Makan pelan-pelan," Jaebum berkata dengan lembut, beda sekali saat mengusir Youngjae tadi, "dan setelah itu, kukenal kan kau dengan yang lain."

Pemuda itu mengangguk, memilih mengikuti apa yang di katakan Jaebum.

-0o0-

Rasa penasaran menguasai pemuda itu, setelah selesai makan—yang tentu nya di suapi oleh Jaebum, dia berjalan keluar ruangan sambil dituntun oleh Jaebum.

"Wah, apa itu pemuda yang kau bicarakan Youngjae?"

"Benar! Captain bahkan menuntun pemuda itu!"

Pemuda itu mengeryit ketika sudah keluar dari ruangan tadi, banyak orang dan suara yang sangat asing baginya.

"Diam," Jaebum menegur mereka dengan dingin, "dia kehilangan ingatan, dan seperti yang kalian sudah tahu, dia ditemukan dengan keadaan yang cukup mengenaskan—"

"Captain! Captain! Apa berarti dia tidak ingat namanya?!"

Pemuda pendek dengan rambut pirang bertanya dengan semangat.

"Ya," Jaebum menyahut datar.

"Aku mengusulkan nama!" lanjut pemuda pirang itu, "bagaimana dengan Park Jinyoung?"

Pemuda berambut agak kemerahan memukul keras kepala si pirang itu, "Seenak nya saja kau."

Pemuda itu terdiam, memikirkan sebuah nama yang baru di ajukan tadi.

"Aku suka."

.

"Jinyoung, aku akan memberi tahu tentang peraturan di kelompok kita!"

Orang yang bernama Jackson ini berkata dengan semangat, seakan dialah yang tahu segala nya tentang—yang katanya kelompok ini.

"Pertama, pemimpin kelompok ini adalah Jaebum-captain—ah kau harus memanggil nya captain, jika tidak kau tidak bisa hidup detik selanjutnya," Jackson terkikik di sela-sela penjelasannya.

"Kedua, karena kau masih baru dan apalagi fakta kau amnesia, tapi kau tetap harus bekerja, kau akan mendapat pekerjaan ringan di dalam markas, tidak apa-apa kan?" Jackson menatap Jinyoung dengan khawatir, takut membebani orang baru itu.

Jinyoung mengangguk tanpa ragu, "Tidak masalah."

"Terakhir, aku akan memperkenalkan kami semua!" lanjut Jackson.

"Jack, harus nya kau mengenalkan kita saat awal-awal," gerutu Youngjae.

"Diam kau," Jackson menatap sinis Youngjae yang berani-berani memotong pembicaraanya, "Nah, nama ku adalah Wang Jackson, terserah kau mau memanggil ku apa. Lalu dia Choi Youngjae," Jackson menunjuk orang disebelahnya, "Kim Yugyeom dan Kunpimook Bhuwakul—kau bisa memanggil dia Bambam," Jackson menunjuk dua orang di dekat dinding, "Mark Tuan," Jackson menunjuk orang di belakang Jinyoung, "kau pasti sudah tahu, Im Jaebum-captain," lanjut Jackson, menunjuk Jaebum di sudut ruangan.

"Selamat datang di sini~!" sahut Bambam sambil bertepuk tangan, diikuti oleh Yugyeom.

"Ano—apa aku boleh bertanya?" Jinyoung mengangkat tangannya ragu.

"Kau mau bertanya apa," tanpa disangka-sangka Mark menjawab sambil memeluk Jinyoung dari belakang.

Tanpa merasa terganggu, Jinyoung bertanya dengan wajah polos, "Ini… dimana ya? Aku masih bingung kenapa aku bisa di temukan di sungai—seperti yang dikatakan oleh Jaebum-captain."

Semua nya tampak berpikir untuk menjawab pertanyaan Jinyoung dengan bahasa yang sederhana.

"Jackson, kau berkata kalau dia di temukan di pinggir sungai itu kan?" tanya Youngjae, mulai menggunakan otak jenius nya.

Jackson mengangguk.

"Bukan kah—"

"Jinyoung, kembali ke kamar."

Perkataan Youngjae diputus oleh Jaebum, seakan menutupi sesuatu kenyataan yang harus di ketahui oleh Jinyoung.

"Captain—" Youngjae menatap Jaebum tidak percaya, seakan apa yang dia pikirkan sedari tadi itu benar.

"Diam Youngjae," Jaebum menatap sinis Youngja, "cepat Jinyoung."

Jinyoung menganggu kikuk, lalu menuruti perintah Jaebum.

BLAM.

"Jangan ada yang memberitahu perihal sungai itu ataupun lainnya," Jaebum menatap tegas kelima orang di ruangan itu, "terutama kalian—Jackson, Youngjae."

"Baik~" Semua nya menyahut dengan datar—ya walaupun wajah Youngjae aneh seakan bersemangat.

Iya, bersemangat karena tahu captain nya itu sudah tidak memiliki hati yang beku lagi.

-0o0-

Jinyoung memandang kosong tembok didepannya, pikiran kosong yang baru diisi sekilas kejadian dan pernyataan tadi.

Sungai ya…

Dia penasaran…

Apalagi tentang siapa dirinya…

.

"Aakkhh!"

"Diam kau anak haram!"

"Ku—kumohon—berhenti—akkhh!"

.

DEG

Mata Jinyoung terbuka lebar, sekilas kejadian asing masuk kedalam pikirannya itu. Dengan reflek tangannya langsung memegang kepalanya dengan erat, kepalanya pusing, sangat.

"Siapa… orang itu …?"

Mata nya terpejam, mencoba menghilangkan rasa sakit yang amat sangat dikepalanya itu.

"Jinyoung… kau kenapa?"

"A—ah," dengan cepat Jinyoung melepas tangan nya dari kepalanya sendiri, "Jaebum-captain …"

"Panggil Jaebum saja, Jinyoungie," Jaebum tersenyum tipis, namun tatapannya masih tajam menatap Jinyoung, "kau tadi kenapa?"

Jinyoung gelabakan, "Ak—aku merasa tidak enak jika hanya aku yang memanggil Jaebum saja—apa aku boleh memanggil mu—kak Jaebum?" tanya Jinyoung, "la—lalu tadi aku tidak kenapa-kenapa …"

Jaebum mengangguk, "Tidak apa-apa," matanya menyipit, "kau terlihat kesakitan tadi Jinyoung …"

"Tap—tapi aku benar-benar—"

"Jangan berbohong kepaku Park Jinyoung, walau kau orang baru disini dan orang yang aku dan Jackson selamatkan, kau tetap harus mematuhi diriku," potong Jaebum tegas.

Jinyoung menghela nafas, dia bingung harus mengatakan apa.

"Jadi, kau tadi kenapa Jinyoungie," Jaebum berjalan mendekati Jinyoung dan berkata dengan nada halus.

"Ak—aku mendapat bayangan aneh—ada seseorang yang disiksa oleh seorang perempuan—tapi aku tidak mengerti, kak," Jinyoung menatap Jaebum dengan rasa ingin tahu, berharap Jaebum tahu sesuatu.

Jaebum berpikir sebentar, "Apa kau melihat seseorang yang disiksa itu?"

Jinyoung mengangguk, "Tapi tidak terlalu jelas …"

Sebenar nya Jaebum sudah langsung tahu maksud dari cerita Jinyoung tadi—tapi lebih baik dia diam dulu.

"Sudahlah Jinyoungie, sekarang kau tidur saja, nanti saat jam makan siang aku akan membangunkan mu,"

Jaebum tersenyum! Mengusap rambut Jinyoung! Bahkan berbicara dengan kalimat yang panjang! Ini sebuah rekor untuk seorang Im Jaebum! Atau apa dunia akan berakhir dengan cepat karena fenomena ini?!

Itulah pikiran kelima sosok yang tengah mengintip dan menguping sedari tadi dari pintu yang terbuka sedikit itu.

-0o0-

Keesokan hari nya, semua berjalan seperti biasa, hanya sedikit berbeda karena mereka mendapat anggota baru.

Tapi… ada sesuatu yang mengganggu kelima orang di tempat ini.

Untuk mereka, ini cukup mengerikan—tidak, sangat mengerikan.

Seorang Im Jaebum yang mereka kenal sangat—keras—tahan banting—dan lumayan anti bekerja dalam markas—dalam artian dia suka bekerja lapangan—itu tersenyum dan bekerja didalam markas?!

"Sepertinya Jinyoung membuat Jaebum-captain berubah," bisik Bambam.

"Benar perkiraan ku, Jaebum-captain jatuh cinta kepada Jinyoung!" lanjut Youngjae.

"Tapi apa kalian yakin?"—Yugyeom.

"Bodoh! Liat saja kelakuan Jaebum-captain, ckck benar-benar diluar dugaan," sahut Jackson berbisik.

"Tapi setidaknya kita beruntung, dengan datang nya Jinyoung, Jaebum-captain bisa sedikit jinak," ucap Mark datar.

"AKU MENDENGAR KALIAN BODOH, CEPAT BEKERJA!"

Terikan membahana dari seorang Im Jaebum membuat langsung lima makhluk itu beranjak dari sudut ruangan dengan raut wajah panik—

Iya panik, sangat gawat jika Im Jaebum mengamuk dan—

Mengeluarkan sedikit kekuatan nya.

.

Jinyoung mengeryit mendengar suara ribut diluar, dia baru saja selesai mencuci piring sarapan mereka tadi, dia berjalan kearah Jaebum yang berdiri didepan pintu.

"Kak Jaebum, ada apa?" Jinyoung bertanya dengan muka polos.

Jaebum langsung mengalihkan pandangannya ke Jinyoung, dia tersenyum kecil, "Tidak apa-apa, hanya keributan kecil oleh mereka."

Jinyoung mengangguk paham, "Ngomong-ngomong kak, kegiatan apa saja yang dilakukan kelompok ini? aku sangat penasaran!" tanya Jinyoung excited.

Jaebum berpikir sambil mengusap dagunya, mengingat jadwal yang harus ia lakukan hari ini, setelah ingat dia kosong sampai jam makan siang akhirnya dia menyuruh Jinyoung duduk di meja makan mereka saja.

"Jadi, yang kita lakukan seperti biasa, patroli, mengumpulkan makanan dan minuman, bekerja, melawan monster, mengumpulkan informasi—"

"Tunggu kak!" Jinyoung memajukan tangannya, menahan omongan Jaebum, "apa maksudnya melawan monster? Memang ini dunia apa?" tanya Jinyoung.

Jaebum terdiam sebentar, dia memikirkan bahasa yang mudah dipahami untuk seukuran Jinyoung yang kehilangan ingatan.

"Ini adalah dunia yang jika kau beruntung, kau akan mempunyai kekuatan, baik itu sihir, akal, fisik, dan lain sebagainya. Disini yang mempunyai kekuatan dari dulu adalah aku, Mark, Jackson, dan Youngjae," jawab Jaebum, "tapi tentunya, di dunia seperti ini pasti banyak monster, dan kita adalah kelompok yang membunuh beberapa monster yang berani menganggu kedamaian dunia, yang melanggar perjanjian jutaan tahun silam juga—"

"Kak, aku tidak mengerti," Jinyoung merengut, "lalu, berarti Yugyeom dan Bambam tidak punya kekuatan?" tebak Jinyoung.

"Yeah, tapi mereka berlatih bela diri, dan beberapa sihir dasar," Jaebum melirik Jinyoung, "jika nanti kau siap, kau juga akan berlatih seperti mereka."

Jinyoung mengangguk mengerti, "Tapi—ada yang masih aku tidak mengerti," ujar Jinyoung, alis nya berkerut, tengah mengingat sesuatu dengan keras.

"Apa itu Jinyoungie?"

"Aku, sebenarnya siapa aku?"

-0o0-

Jackson dan Mark kali ini bertugas untuk patroli disekitar hutan perbatasan, mata mereka bergerak liar melihat sekitar, menatap tajam sekecil apapun gerakan itu, walau itu gerakan gesekan daun.

Mark mendudukkan dirinya di tumpukan daun kering, "Jackson-a, aku capek," keluh nya.

Jackson menghela nafas, "Kalau begitu beristirahat sebentar lah Mark, aku akan melihat sebentar dulu."

Mark mengangguk pelan, dia menutup matanya dan mengusap dahi yang penuh akan peluh, tadi mereka sempat melawan tujuh monster yang sudah dikalahkan—tentunya.

"Kau masih capek, Markie."

Mark membuka sebelah matanya, mengintip siapa yang berbicara, "Sedikit."

Sambil menyenderkan punggungnya disebelah—ukhum—kekasihnya, Jackson menatap Mark khawatir, "Benar? Tadi kau terlalu mengeluarkan banyak energi."

Mark menghiraukan Jackson sejenak, tangannya mengambil sebuah benda berbentuk tabung pipih kecil, di taruh nya benda itu di tangan, sambil menyatukan kedua telapak nya, mata nya terpejam dan mulutnya terbuka sedikit.

"Healing."

Sebuah cahaya keluar dari tubuh Mark, tidak lama, hanya sekitar lima detik, lalu setelah itu matanya menatap Jackson yang terus saja melihat Mark khawatir.

Dengan tersenyum, Mark berkata, "Aku sudah tidak apa-apa, Mandu~"

.

Bambam menoleh kearah Youngjae, yang entah kenapa terus melihat kearah selatan dari tempat mereka berada.

"Ada apa Youngjae?"

Youngjae melirik, "Memikirkan sesuatu."

"Kau terlalu sering menggunakan otak jenius mu itu," decih Bambam, dia merengut kesal, "aku ingin-ingin-ingiiin sekali mempunyai kekuatan—seperti kalian," desis Bambam, dia bersender ke pohon dibelakangnya.

"Malah," Youngjae menyahut, "aku ingin seperti kalian, Bambam."

"Seperti aku dan Yugyeom?!" Bambam tersentak sedikit, "kenapa? Di dunia kalian itu—lebih nyaman."

Youngjae tertawa hambar, "Nyaman kau bilang? Di mana di dunia ini—ancaman terbunuh bisa datang kapan saja jika kau lengah, apalagi yang tidak memiliki kekuatan," mata sipit nya kembali melirik kebelakang, "berbeda dengan dunia mu, walau penuh kenaifan, kesombongan, dan sifat buruk lainnya—tapi dunia kalian lebih terasa aman dari ancaman monster-monster sialan itu."

Bambam mengangguk, "Prepepsi orang berbeda-beda," sanggahnya.

"Kau masih saja tidak mau kalah, Bambam," Youngjae tertawa, "apa kau berniat kembali, ke dunia mu?"

"Mungkin," Bambam tersenyum misterius, diambilnya sebilah pedang dari punggungnya, kakinya terangkat—berdiri, "setelah waktunya tiba."

Youngjae kembali tertawa, "Kau begitu semangat melihat monster itu Bambam," Youngjae ikut berdiri, menyiapkan beberapa senjata, "waktu akan membunuh mu…" desisnya dingin.

.

Yugyeom—sebagai yang paling muda diantara mereka, setiap dua kali seminggu akan melakukan pekerjaan ringan dan belajar beberapa ilmu, biasanya dia melakukan ini bersama Bambam, tapi sekarang Bambam sedang ada jadwal patlori di daerah tenggara, jadi dia bersama—anggota baru, Park Jinyoung, tidak lupa dibelakangnya ada Jaebum yang entah mengapa membuat Yugyeom agak takut.

"C—captain," cicit Yugyeom, "kenapa—kalian—"

"Jinyoung sama seperti dirimu, Yugyeom," Jaebum memotong kalimat Yugyeom, "jadi dia juga harus mempelajari ilmu di dunia ini."

Yugyeom mengangguk mengerti, "Ta—tapi bukan itu maksud ku, captain—"

Jinyoung menatap bergantian Yugyeom dan Jaebum yang berdebat, Yugyeom yang gemetar ketakutan dan Jaebum melawannya hanya dengan tatapan mengitimidasi dan suara tegas nya.

Apa Yugyeom merasa tidak nyaman jika Jaebum ada disini?

Itulah kesimpulan Jinyoung dapatkan setelah melihat keduanya terdiam selama dua menit.

"Kak, aku rasa jika hanya kami berdua saja untuk belajar—akan lebih baik, apa tidak apa-apa?" tanya Jinyoung hati-hati.

Jaebum tersentak, mata tajamnya melihat Jinyoung dalam-dalam, sebelum akhirnya mengangguk dan melangkah keluar markas. Entah kemana.

"K—kak Jinyoung, kau hebat!" puji Yugyeom tiba-tiba.

"E—eh hebat apa nya?" tanya Jinyoung bingung, "ngomong-ngomong kau membaca apa?"

"Ah, ini tentang sejarah dunia ini, kak. Sampai sekarang aku baru membaca setengah nya, ini sangat tebal," keluh Yugyeom, menunjukkan buku yang ia sengajakan terbiar tergeletak di atas lantai itu—sungguh, ketebalan buku nya tidak main-main!

"Hee—lalu menurut mu aku lebih baik membaca yang mana dulu?" tanya Jinyoung, mengerucutkan bibir nya bingung.

"Lebih baik kau belajar tulisannya dulu, kak," jawab Yugyeom, ia berdiri mengambil beberapa buku dari rak, "ini mungkin bisa membantu, maafkan aku tidak bisa menjelaskannya, tapi jika ada yang ingin ditanyakan bisa bertanya kepada ku, kak," ujar Yugyeom, memberikan lima buku kepada Jinyoung.

Tangan Jinyoung membuka lembaran demi lembaran buku yang bertuliskan angka satu yang familiar bagi dirinya, dan ia juga menemukan huruf-huruf familiar.

"Yugyeom, ini dinamakan tulisan apa? Aku merasa mengenalnya," Jinyoung menunjuk tulisan berbentuk '방' itu.

Yugyeom mendekat, lumayan lama berpikir untuk menjelaskan kepada Jinyoung.

"Ini bernama hangul, kak, tentu saja kakak mengetahui nya karena kau sama seperti aku—hehe," tawa Yugyeom pelan.

"Hangul? Sama seperti kau? Maksud nya?" tanya Jinyoung, dia belum mengerti.

"Emm," Yugyeom berpikir lebih keras lagi, dia bisa merasakan tatapan tajam Jaebum yang mengawasi mereka dari balik jendela luar—sungguh, itu mengerikan! Karena sudah mendapat perintah dari Jaebum, jangan memberi tahu identitas dan sungai itu kepada Jinyoung dulu, biarlah dia mengetahui nya sendiri walau itu memerlukan waktu yang lama. Tapi—tetap saja dia harus menjelaskan apa.

Melihat Yugyeom berpikir cukup lama membuat Jinyoung tidak enak, dia seperti merepotkan orang lain.

"Ya sudah Yugyeom, biar aku pikirkan sendiri saja nanti," putus Jinyoung, menarik kembali buku tadi.

Yugyeom sedikit kaget dengan reaksi Jinyoung, namun setelahnya dia menghela nafas dan memilih kembali kepada kegiatannya—mari—membaca—buku—sejarah—setebal—15—cm—itu.

Jinyoung mengerutkan dahi nya, berpikir keras dengan tulisan familiar di depan nya. Membolak-balik kan halaman untuk menemukan yang bisa ia pahami.

Nihil.

Tidak ada yang bisa ia pahami—dari lima buka yang diberikan Yugyeom.

Walau ada beberapa gambar, tapi tetap saja itu tidak mendukung untuk Jinyoung mengerti.

Jaebum yang melihat itu dari luar menghela nafas, seperti nya harus pelan-pelan.

.

Malam nya, disaat waktu beristirahat tiba, Jinyoung terdiam melihat tulisan-tulisan familiar di buku yang baru saja dia ambil—ada beberapa petunjuk gambar, gambaran tentang makhluk yang bentuk nya sama seperti dirinya.

Kembali mendesah lesu, dia menaruh buku di rak kecil samping tempat tidur, merebah kan diri—namun mata tidak tertutup, dia berpikir … tulisan itu.

'Ini bernama hangul, kak, tentu saja kakak mengetahui nya karena kau sama seperti aku—hehe,'

Perkataan Yugyeom terlewat di pikiran Jinyoung—membuat Jinyoung berpikir kembali.

Sama seperti Yugyeom?

Berarti Jinyoung itu berasal dari tempat yang sama dengan Yugyeom?

Otak Jinyoung kembali berpikir—berpikir—dan berpikir, seakan memaksa sesuatu untuk mengingat.

"Jinyoung, apa yang kau lakukan?"

Jinyoung tersentak, menoleh mencari asal suara—setelah menemukan, kembali kaget melihat Jaebum yang mengintip dari jendela luar.

"K—kak, apa yang kak Jaebum lakukan?" Jinyoung mengontrol paru-paru nya.

"Patlori," jawab Jaebum dari luar, sedetik kemudian sudah ada di depan Jinyoung, "kau mengapa terduduk seperti itu, Jinyoung?"

Jinyoung baru sadar, karena terlalu berpikir keras dia tidak sadar sudah mengambil posisi duduk.

"Aku—berpikir kak, hehehe," Jinyoung tersenyum kaku, "patlori? Apa selalu di lakukan?"

Jaebum mengangguk, "Sudah ada jadwal nya, tapi kau belum mendapatkan nya karena kau masih awal di sini, Jinyoung."

"Aku ingin," Jinyoung tanpa sadar mengembungkan pipi nya kesal, "ah—kak, ada yang ingin ku tanyakan."

Jaebum mengangguk, sebelum menutup mata selama lima detik lalu terbuka kembali.

"Bertanya apa, Jinyoung?"

"Yugyeom itu—sama seperti aku? Aku itu apa? Yugyeom itu apa? Apa berarti Yugyeom tidak sama seperti kalian juga?" Jinyoung bertanya dengan nada polos, mata nya terus menatap mata tajam Jaebum, yang terus menatap Jinyoung seakan menusuk setiap sudut tubuh Jinyoung—namun tidak berpengaruh sama sekali.

Cukup lama, Jaebum terdiam, "Ya."

"Lalu, Yugyeom berasal dari mana?"

"Dia, tepat nya dia dan Bambam juga sama seperti kau, di temukan di tempat kau juga di temukan."

"Eh?"

-0o0-

Pagi nya, Jinyoung menjadi pendiam, bahkan tidak membalas sapaan pagi dari yang lain.

Percakapan Jinyoung dengan Jaebum berhenti begitu saja saat tadi malam, meninggalkan tanda tanya besar di kepala nya.

Bahkan—tadi malam dia kembali bermimpi aneh, tentang seorang anak lelaki yang mirip diri nya tengah—di siksa oleh seseorang berambut panjang dan berwajah norak.

Apa itu?

Mark memperhatikan Jinyoung terus-menerus, matanya fokus dengan setiap gerakan di tubuh Jinyoung, baik itu gerakan raut muka, rambut, tangan, dan lain nya.

Cukup lama, akhirnya Mark menghela nafas, memutuskan kontak nya dengan Jinyoung.

"Captain, kita perlu bicara sebentar," bisik Mark, tepat disebelah Jaebum.

Jaebum yang sedari tadi juga curiga akhirnya mengangguk setuju, meninggalkan anggota lain tetap dalam menikmati sarapan nya. Kedua orang yang tertua di kelompok ini pergi ke arah dapur.

"Dia—mulai mengingat," ujar Mark.

Tentu tidak perlu di tanyakan lagi, siapa itu 'dia'?

"Apa saja?" dengan cepat Jaebum membalas.

"Dia—di siksa oleh seorang perempuan?" Mark berkata kurang yakin, "begitu lah yang ku kira-kira, dia juga memikirkan perkataan mu tadi malam seperti nya."

Jaebum mengangguk mengerti, tidak kaget jika Mark mengetahui kejadian tadi malam walaupun saat itu ia sedang tertidur pulas.

"Kau masih mengingat hangul kan?" tanya Jaebum.

Mark menggeleng, "Tapi kurasa Youngjae masih mengingat nya."

"Beritahu dia, aku perintahkan untuk mengajari Jinyoung seharian ini."

Mark mengangguk, dia menutup mata nya, tidak sampai dua detik, mata nya kembali terbuka.

"Sudah, captain."

.

Jinyoung menatap Youngjae tidak mengerti.

"Hehe," Youngjae tersenyum tidak jelas, "aku di perintahkan captain untuk mengajari mu, Jinyoung~ mungkin melihat kau kesusahan belajar ya," tebak Youngjae.

Jinyoung mengangguk kaku, "Ya, kemarin aku tidak mengerti sama sekali."

Youngjae mengangguk-angguk, dia mengucapkan beberapa kata asing, lalu muncul lah cahaya yang menampilkan huruf-huruf yang familiar bagi nya.

"Kita mulai dari kata dasar—ah pertama, ini adalah hangul, sebuah huruf dari tanah kelahiran kau dan Yugyeom—eh—iya benar," Youngjae berpikir sejenak, "aku sangat yakin kau merasa familiar, 'kan? Sebenar nya juga kita di sini memakai bahasa yang sama—hanya saja tulisan nya beda, bisa dibilang begitu," lanjut Youngjae, masih berpikir.

Jinyoung mengangguk semangat.

Youngjae tersenyum lebar, "Kalau begitu kita mulai—"

.

Keadaan sekarang—sore, sepi, dan hanya Jinyoung di markas, yang lain tengah berpatlori sebentar.

Jinyoung berjalan riang sambil membawa buku karena sudah ada beberapa kata yang sudah ia mengerti, gerak jalan nya tidak menentu. Tiba-tiba—

PRANG.

Tanpa sengaja dia menjatuhkan gelas hingga pecah—cukup lama terdiam dan dengan tubuh gemetar dia langsung berteriak dan menjatuhkan buku yang ia pegang.

"ARGHH—ARGHHH—AKHH—UUGHH—AAAAGGGHH—"

Jinyoung berteriak, kesakitan, meremas surai nya kencang, bola mata nya terlihat hampir terbalik.

"AAAAARRGGHHHHH—"

Dan selanjutnya, Jinyoung jatuh pingsan di atas pecahan-pecahan gelas itu, membiarkan tubuhnya berdarah—mengalir.

|tbc;|

TOLONG JANGAN BUNUH RIN! /SEMBUNYI/

'STOP STOP IT' PASTI RIDA EONNI NANYAIN LAGI, MIANHAEEEE

Terinspirasi dari lagu Reset—OST School 2015 ^_^

Rin memperkirakan ini hanya three-shoot, tenang saja ^_^

Mind to review? Review anda akan sangat membuat Rin bersemangat untuk melanjutkan cerita /smile with Jinyoung/