Yaoi, Shounen-ai, Sad Romance, Fluff, Angst, Drama

Main Cast : KRAY/FanXing/KrisLay

(***) Tanda FlashBack.

KraYeol kembali dengan gendre asli KraYeol, angst tentu saja. (Buat pembaca panggil saya KraYeol saja ok). Baiklah, terima kasih sebelumnya dan silahkan dibaca.

Mempersembahkan~

~Vacillation~

Happy Reading for..

Chapter 1..

.

.

.

Lima tahun bukanlah waktu yang singkat untuk seseorang menjalin hubungan. Butuh kesabaran dan perjuangan agar hubungan itu tetap berjalan dengan baik. Meskipun beberapa pertengkaran sering kali menghiasi hubungan manis itu. Namun, siapa yang sangka kalau hal itu hanyalah kendala kecil jika dibandingkan dengan sebuah hubungan yang tetap bertahan? Bahkan hingga lima tahun?

Pasti orang yang menjalin hubungan seperti itu adalah pasangan yang saling mencintai, saling percaya, dan saling mengerti satu sama lain, sangat. Jika tidak, apa yang membuat mereka bisa bertahan dalam jangka waktu yang bisa dibilang tidak sebentar itu?

Semuanya berawal saat Yifan dan Yixing-yah, itu adalah nama mereka, pasangan manis itu- mulai mengenyam pendidikan di sebuah universitas ternama di Seoul, Seoul Univercity yang merupakan Universitas terbesar di kota tersebut.

Sebelumnya mereka sama-sama berasal dari China, dan itu membuat mereka mengira ini adalah semacam kebetulan karena 'teman' pertama yang mereka dapat di Seoul juga berasal dari negara yang sama. Itu terjadi begitu saja saat pertama kali mereka berkenalan, hingga pada akhirnya, keduanya memutuskan untuk berteman dan sering-sering bertemu.

Karena takut tidak memiliki banyak waktu bertemu jika masa perkuliahan sudah dimulai, Yifan memutuskan untuk mengikuti jejak Yixing dengan memilih jurusan yang sama dengan pemuda manis itu. Dan Yixing... hanya bisa tertawa tak percaya saat itu. Keputusan Yifan sudah bulat dan itu benar-benar konyol yang membuat Yixing bertanya-tanya kenapa pemuda tinggi itu tak ingin berpisah dengannya?

Tunggu, bukankah kata 'berpisah' disini hanyalah sebuah gambaran jika mereka sedang kuliah saja? Setelah itu, mereka bisa menghabiskan waktu bersama lagi kan?

Dan tepat pada saat itu, Yifan juga tersenyum-tolol- sembari menjawab_

"Entahlah.. Akhir-akhir ini aku merasa aku semakin tak bisa berada jauh darimu, Xing. Meski hanya untuk waktu beberapa jam. Ahh.. Ini pernyataan konyol bukan..?" Kemudian Yifan kembali melanjutkan tawanya disaat tawa Yixing lah yang mulai mereda, digantikan oleh sebuah senyuman manis dan tulus.

Ya, itu konyol dan entah kenapa...

...Yixing menyukainya.

Dihari-hari setelah hari itu, keduanya mulai menjalani berbagai aktifitas yang sama disetiap waktu. Dan kedeketan mereka jugalah yang membuat keduanya mulai merasakan perasaan asing yang kerap hadir disaat mereka hanya sedang berdua, atau, contoh kecilnya saja adalah pada saat keduanya melakukan skinship dan bertatapan mata.

Jantung berdebar-debar dan mendadak salah tingkah!

Hey, itu adalah hal yang jelas terlihat wajar bagi seseorang yang dilanda 'cinta' bukan?

Yah, mereka mulai saling jatuh cinta.

Keduanya merasakan hal itu juga terjadi kepada lawan bicara mereka, bukan hanya pada diri mereka saja.

Dan pada suatu waktu, saat Yifan merasa ia mendapat kesempatan yang pas, dia memutuskan untuk mengutarakannya. Mengatakan semua yang ia rasakan dan apa saja yang terjadi pada tubuhnya saat merasakan 'perasaan' asing itu. Singkatnya, Yifan akhirnya berkata gamblang meskipun di dalam hati cemasnya bukan main_

"Aku tak tahu kenapa perasaan ini bisa hadir, Xing. Ini membuatku pusing karena selalu memikirkanmu setiap saat. Aku.. Awalnya Aku yakin ada yang salah dengan diriku, namun ketika aku mencari dimana letak kesalahannya, aku malah tak menemukan itu sama sekali. Oke! Mungkin ini terdengar tidak wajar. Dan tidak akan menjadi masalah jika kau bukan_Emm.. bukan seorang laki-laki! Ughh.. Bagaimana mengatakan ini, aishh! Xing, maksudku_Aku_aku menyukaimu Zhang Yixing, meskipun kau adalah laki-laki dan aku juga laki-laki. Tapi kumohon, jangan merasa jijik denganku karena jika kau menolakku, kita masih bisa tetap berteman." Yifan mengucapkannya dalam satu kali tarikan nafas. Membuat Yixing ikut-ikutan menahan nafasnya.

Keadaan mendadak sunyi setelah itu. Keduanya hanya bertatapan dengan keadaan Yifan yang menggigit bibir bawahnya dengan erat. Menunggu reaksi Yixing.

Dan respon Yixing pertama kali adalah mengangkat satu tangannya lalu mulai menyentuh bibir Yifan. Yifan yang saat itu benar-benar dalam mode gugup-setengah mati- malah bertambah gugup ketika jemari dingin Yixing meraba permukaan bibirnya, sekaligus berucap_

"Kau menggigitnya terlalu kencang, Fan.." Dengan bola mata hazel yang juga menatap kearah bibir Yifan.

Perlahan-lahan Yifan mulai melepas gigitannya. Namun apa yang membuatnya semakin salah tingkah adalah saat Yixing yang melangkah semakin mendekat dengan sebelah tangan yang masih bertengger manis disudut bibir Yifan.

Yixing mendongak dan balas menatap mata Yifan. Seketika Yifan menahan nafasnya kembali. Ia tak yakin untuk menangkap apa ekspresi yang ditunjukkan Yixing saat itu. Jadi apa yang dirasakan Yixing kepada dirinya juga tak bisa ia baca sama sekali. Yifan tetap diam, menunggu, hingga Yixing berbicara_

"Kau bicara sangat panjang dan dengan bodohnya, kau malah menyimpulkan sendiri apa yang akan terjadi padaku.." Yixing tersenyum hangat. "_Bagaimana aku bisa jijik jika aku.._"

Yifan semakin menahan nafasnya. Cepatlah Xing.. Yifan bisa mati jika kau terlalu lama!

"_Juga merasakan hal yang sama..."

Hanya itu!

Dan sebuah kalimat yang tidak terlalu gamblang namun menyimpan sebuah makna itu sudah mampu mengangkat seluruh beban kecemasan yang beberapa saat lalu terasa menghimpit pundak Yifan.

Lega..

Akhirnya Yifan tersenyum manis dengan bahu yang-tampa sadar menegang- perlahan mulai rileks.

"Terima kasih.." Ujarnya benar-benar lega kemudian memeluk Yixing erat.

Manis bukan?

Memang, tak ada yang bisa menebak takdir akan membawa hubungan kita kearah mana. Semuanya berjalan dengan lancar selama lima tahun setelah itu. Hingga keduanya tamat kuliah dan memilih bekerja-juga- di kantor yang sama. Yixing dan Yifan tetap saling mencintai dan perasaan itu semakin bertambah besar setiap harinya. Namun sekali lagi kukatakan_

Tak ada yang bisa menebak takdir akan membawa hubungan kita kearah mana...

Karena tepat sembilan hari sebelum keduanya bisa merayakan kembali hari ulang tahun hubungan mereka yang kelima..

_Yifan mengakhiri semuanya.

Tak ada angin..

Tak ada hujan..

Namun Yifan melakukannya. Sementara Yixing, dia hanya bisa terpaku antara percaya dan tidak dengan keputusan mendadak Yifan.

"Xing, maaf.. Tapi kurasa.. Kita harus berakhir.."

Yixing terdiam. Sekali lagi belum percaya. Ia lantas tertawa aneh sembari berkata_

"Fan.. Ulang tahun kita masih sembilan hari lagi. Dan kau_Kau tidak sedang mengerjaiku kan?"

Yifan menutup matanya dan mengunci bibirnya erat-erat sebelum berkata. "Aku serius, Xing.."

"Apa-apaan ini Fan?!" Yixing mulai dilanda kecemasan. Ini terlalu mendadak untuk Yifan berbicara serius dengannya, terlebih, menyangkut tentang hal yang bisa dibilang tidak main-main seperti ini.

Yifan membuka matanya kemudian menatap Yixing dalam. Meraih kedua tangan pemuda yang lebih pendek kemudian menggenggamnya erat. "Xing, dengarkan aku_"

Suasana ruang kerja Yixing yang sunyi membuat keduanya bisa merasakan detak jantung lawan bicara masing-masing. Detak jantung Yixing yang paling keras. Yixing merasa dunianya berhenti untuk beberapa saat ketika Yifan mengatakan_

"Aku_ Aku menyukai Hyerin. Kau tahu Hyerin kan?"

Ya, Yixing tahu gadis itu. Dia cantik dan dia adalah sektretaris Yifan..

Yifan melanjutkan. "_Entahlah Xing, aku merasa ini semacam anugerah yang diberikan tuhan.."

Yixing menatap mata Yifan nanar. Anugerah? Anugerah apa?

"_Kau ingat kita pernah membicarakan hal ini?"

Kemudian keduanya mulai larut kedalam permainan waktu, tepat ke kejadian satu tahun yang lalu.

.

.

.

Suasana malam, di area kantor Yifan dan Yixing..

"Fan? Aku tidak percaya kalau kita berpacaran.."

Yifan mengerutkan alisnya namun ia tersenyum dan mengangguk. "Aku juga, tapi aku sangat senang.." Yifan dan Yixing yang saat itu tengah berjalan-jalan diarea taman dekat kantor, mulai bercakap-cakap tentang hubungan mereka yang aneh.

Yixing terkekeh kemudian mengeratkan jaket yang membungkus tubuhnya. "Aku laki-laki dan kau laki-laki. Ya tuhan... Kenapa aku mulai memikirkan keanehan ini setelah empat tahun kita berpacaran?"

Yifan ikut terkekeh kemudian meraih jemari lembut Yixing untuk ia tautkan dengan jemari besarnya. Terasa sangat pas. "Kau lucu Xing_" Ucap Yifan sembari mengayunkan genggaman tangan mereka kearah wajahnya dan Yifan mencium punggung tangan Yixing sayang. "_Dan kurasa aku juga baru sadar kalau ini lebih aneh lagi_" Yifan berhenti dan menunduk menghadap Yixing.

Yixing reflek menghentikan langkahnya dan balas menghadap Yifan. Menunggu lanjutan kalimat Yifan.

"_Entah kenapa aku yang 'laki-laki' ini begiiiituu mencintaimu yang juga 'laki-laki', Xing.."

Cup.

Satu kecupan manis mendarat dibibir Yixing.

Yixing terpaku sesaat dan mengerjap beberapa kali sebelum semua kesadarannya kembali. Ia menarik dirinya dan tepat setelah itu, hawa panas mulai menjejali seluruh permukaan pipinya hingga ketelinga.

"I_Ini ditempat umum fan~.." Cicitnya. Terdengar malu-malu. Kemudian satu pukulan ringan didada Yifan membuat yang lebih tinggi tertawa senang.

"Haha.. Kau memerah.."

"Aishh.." Yixing mendengus sebal. Ia mengangkat wajahnya kemudian memukul Yifan sekali lagi. "Ini karena udara sangat dingin!" Belanya. Dan sialnya pipinya semakin memerah saat Yifan memberikannya sebuah kedipan menggoda. Memberi gestur wajah seolah mengatakan 'Ayolah.. Tak usah mengelak' kepada Yixing.

"Ya! Kenapa kau jadi menyebalkan seperti ini? Padahal aku hanya ingin bilang kalau menikah sesama lelaki itu aneh! Kenapa sekarang kau malah mengerjaiku?"

"Apa?!" Yifan semakin tertawa keras. "Kau bahkan sudah memikirkan menikah denganku saja?.. Kau memang mesum Xing..." Goda Yifan lagi.

"Ya!, ya!, ya!, Kalau begitu aku akan menikah dengan perempuan saja! Itu akan terlihat lebih cocok dan serasi dibandingkan menikah dengan laki-laki!" Dengus Yixing berpura-pura sebal. Ia kemudian berjalan mendahului Yifan. Diam-diam mencoba menahan senyumannya.

Yifan berdiri ditempat dan memasang pose berfikir sejenak. "Yah, yah.. Itu akan sangat serasi tapi.." Yifan menyusul Yixing dan merangkul pundak pemuda manis itu. Menunduk dan membisikkan sesuatu ketelinga Yixing. "_Kau itu hanya ditakdirkan untukku Xing! Jadi, kau hanya akan menikah denganku dimasa depan. Titik!"

Yixing tersenyum seraya mencubit pinggang Yifan sayang. "Aku hanya bercanda bodoh. Tentu saja, aku akan menikah denganmu!"

Dan keduanya tersenyum disepanjang waktu istirahat kantor yang singkat itu sembari berangkulan mesra. Yixing melingkarkan tangan kanannya dipinggang Yifan dan Yifan mengukung pundak Yixing dengan tangan kirinya. #bayangkan waktu mereka makan ice cream di airport ya.

(***)

.

.

.

"Kau ingat?"

Yixing menunduk dan mengangguk lemah. Sementara genggaman tangan Yifan ditangannya belum kendur sama sekali. Malah semakin erat.

Yixing tak tahu seperti apa harus ia gambarkan perasaannya saat ini. Berbicara dan bergerak sedikit saja sudah mampu menyakiti suatu bagian didalam tubuhnya. Ia belum percaya ini! Meski ia sepenuhnya sadar dari awal, kalau ini bukanlah mimpi. Ini kenyataan! Sungguh, ini kenyataan saat Yifan meminta...

Berakhir..

Yixing sudah menangis dari dalam, dia hanya belum menunjukkannya..

Tapi yang begitu memukulnya adalah, Yifan terlihat begitu serius dan terlalu cepat memilih seseorang sebagai pengganti dirinya. Bahkan, sebelum mereka benar-benar berakhir_

_Memang_

_Mungkin sebentar lagi..

Yifan menghela nafas gugup sekilas kemudian kembali berbicara. "Xing, aku tahu ini terlalu tiba-tiba untukmu. Tapi, aku benar-benar merasa mulai menyukai Hyerin. Tidak, maksudku.. Aku merasa aku mulai mencintainya dengan normal.."

"..." 'Normal?'

Yifan melanjutkan lagi. "Dan_dan bukankah ini anugerah Xing? Tidakkah kau ingin sepertiku? Mencintai seorang gadis yang cantik, menikah dengannya kemudian memiliki anak? Seperti yang orang lain lakukan dan seperti yang kau katakan saat itu? Ini_ini baik untuk kita, Xing.."

"..." 'Baik untukmu, Fan!'

"Xing.. Ya Tuhan, bagaimana aku harus mengatakannya.." Yifan mendesah frustasi. Masih mempertahankan jemari Yixing yang mulai mendingin di genggamannya. "_Angkat wajahmu Xing, kumohon.." Menggigit bibir bawahnya sebentar kemudian menatap kepala Yixing lembut. "_Xing, aku ingin kau juga secepatnya mencari penggantiku..." Lirih Yifan. Sangat hati-hati, takut melukai perasaan Yixing lebih dalam lagi.

"..." 'Aku hanya menginginkanmu fan~'

Yixing menahan air matanya mendengar itu. Pemuda manis itu mengangkat wajahnya dan menatap wajah Yifan, masih, dengan tatapan nanar dan kosongnya. Ia tak habis fikir, kenapa Yifan begitu bodoh hingga menyimpulkan sendiri perkataan Yixing waktu itu dengan serius.

Yifan masih menunggu dengan perasaan tak karuan. Ia jelas melihat tatapan terluka Yixing terhadapnya. Tapi ia juga tidak berbohong saat ia bilang kalau dirinya mulai menyukai Hyerin.

"Xing.. Tolong, katakanlah sesuatu..."

Yixing akhirnya membalas dengan suara bergetar. "Fan.. Kufikir kau tahu kalau saat itu aku benar-benar hanya bercanda_"

"Aku tahu." Yifan menyela ucapan Yixing. Ia mengambil satu kali tarikan nafas lagi sebelum melanjutkan. "_Aku tahu kau bercanda saat itu, Xing. Tapi setelahnya, aku benar-benar memikirkannya dan_dan kufikir itu ada benarnya. Terlebih untuk saat ini.. Aku sudah menemukan Hyerin dan aku benar-benar... mencintainya.." Desah Yifan. Merasa sulit di akhir kalimatnya.

Yixing semakin dalam menatap wajah Yifan. Kedua matanya mengunci Yifan dan itu terlihat sangat sayu dan redup. Dalam hati, Yifan merutuki dirinya sendiri karena ia lah penyebab hilangnya cahaya itu. Yifan semakin merasa bersalah dan ia ingin sekali memukul dirinya sendiri saat melihat satu bulir air mata turun di pipi putih Yixing.

Yifan hanya terdiam setelah itu. Hingga Yixing kembali angkat bicara, dan yang paling Yifan tak ingin lihat adalah, bibir kaku itu berucap sembari menampilkan senyuman yang-tentu saja- menyimpan sebuah luka_

"Jadi, saat kau bilang aku adalah takdirmu dan aku hanya akan menikah denganmu dimasa depan, juga sebuah candaan?" Yixing tersenyum miris.

Yifan tercekat. Ia tergagap karena tak tahu harus bicara apa. Ia tak menyangka kalau Yixing akan berfikir sejauh itu. Tidak! Dia tak pernah bercanda soal itu dan bagaimana ia akan melakukan pembelaan jika yang ia lakukan saat ini adalah untuk 'meninggalkan Yixing'? Bukankah itu sama saja?

Yifan masih ingin menggenggam jemari Yixing ketika pemuda manis itu menarik lembut tangannya dari genggaman Yifan. Yixing berdiri dan Yifan bersumpah kalau ia melihat air mata kembali jatuh dari mata Yixing, meski pemuda itu berusaha menyembunyikannya.

Apa yang telah ia lakukan!

"Xing~.."

Yixing berdiri dan bersiap keluar dari ruangan kerjanya sendiri. Hendak meninggalkan Yifan setelah mengucapkan satu kalimat lagi, tampa menoleh. "Kau bercanda dengan sangat baik, Fan~ Aku senang akhirnya aku tahu.." Yixing tersenyum pahit. "_Terima kasih banyak telah berpura-pura mencintaiku selama ini. Berbahagialah..."

Yifan jelas merasakan sesuatu yang tak kasat mata langsung memukulnya tepat dihati. Itu tidak benar, selama ini Yifan tak pernah berpura-pura dalam mencintai Yixing. Tapi, Yifan tak bisa melakukan apa-apa selain mengaku karena untuk saat ini, ia merasa benar-benar mulai menyukai Hyerin.

Salahkah dia atas perasaan yang terus mendesaknya?

.

.

.

Yixing bukanlah sosok lelaki yang cengeng. Setidaknya dimata orang-orang atau sahabat-sahabat terdekatnya. Karena siapa yang tahu, kalau di 'dalam' pemuda manis itu terus berusaha keras melawan rasa sakit dihatinya. Sekuat apapun ia berusaha namun yang dikehendaki dirinya adalah menangis. Jadi demi menenangkan perasaannya yang kacau, Yixing meminta untuk cuti kantor selama seminggu setelah hari dia putus dari Yifan.

Bukannya membaik. Yixing yang saat itu pulang ke China merasakan perasaan yang luar biasa kosong karena tak memiliki aktifitas. Dan jika sudah berdiam diri, mau tak mau otaknya akan terus mengulang-ulang adegan buruk itu.

Setelah dua hari keberadaannya di China, Yixing memutuskan untuk kembali ke Korea besoknya agar ia bisa kembali bekerja seperti biasa. Bukan, dia bukan kembali untuk mengemis dan meminta Yifan untuk mengakhiri lelucon ini, Tidak!

Lagipula, Yifan tidak sedang membuat lelucon bukan?

Yixing hanya berfikir kalau menetapnya ia di China-meskipun hanya seminggu- benar-benar tak memberi perubahan apa-apa untuk dirinya juga hatinya. Jadi, Yixing memutuskan untuk kembali ke Korea karena ia ingin, ingin melatih dirinya sendiri agar terbiasa melihat 'Mantan pacarnya' bersama gadis lain.

Yah, Yixing sudah mendengarnya dari teman-teman sekantor, kalau Yifan, sudah resmi berpacaran dengan Hyerin.

Yixing sakit.

Tapi dia bisa apa?

Pada akhirnya, Yixing memilih untuk segera melupakan Yifan, secepat yang ia bisa. Lima tahun kebersamaan mereka terasa begitu berarti dimata Yixing, tapi, entahlah untuk Yifan. Karena jika Yixing berfikir baik-baik, Yifan tak mungkin meninggalkannya begitu saja jika pemuda itu tak memiliki alasan yang kuat.

Jelas, ia mengatakan kau ia menyukai Hyerin, bahkan mencintainya.

Sekali lagi..

Yixing bisa apa?

Dia tak bisa memaksakan perasaan seseoarang yang sudah tidak mencintainya lagi. Untuk itu, Yixing akan mencoba menerimanya meskipun akan terasa sangat sulit.

Seandainya tuhan mau menghapus ingatannya tentang memori selama lima tahun bersama Yifan..

.

.

.

Tak tahu mengapa, Yixing merasa asing saat ia mulai melangkahkan kaki pendeknya kembali kedalam gedung tempat ia biasa bekerja. Dan sambutan pertama yang ia dapat saat itu adalah dari teman seperjuangannya, Luhan, yang bekerja sebagai karyawan biasa disana.

"Heyy? Kau kembali... Ya! Aku merindukanmu Dimp!" Luhan menyambut Yixing dengan gembira. Disusul teman-temannya yang lain. Disana ada Chanyeol, Sulli, Suho dan masih banyak lagi.

Yixing tersenyum dan ia mulai memeluk satu-satu para sahabatnya. Tak terasa waktu tiga hari sudah sangat cukup untuk membuatnya merindukan teman-temannya.

"Ayo semuanya duduklah. Mari mengobrol. Jam kantor masih tersisa lima belas menit lagi. Ayolah Dimp, jangan bengong saja." Luhan, sahabat terdekat Yixing mengajak Yixing untuk segera duduk.

Semuanya duduk dan kembali kepada aktifitas menunggu jam kerja. Tinggal Luhan dan Yixing yang kini terlihat fokus dengan pembicaraan mereka berdua.

Luhan yang memulai...

"Emm...Bagaimana perasaanmu, Dimp?"

"Luhan. Kali ini panggil aku Yixing. Namaku bukan Dimple." Yixing mencoba pura-pura cemberut sambil tersenyum dan memukul ringan bahu Luhan. Meski bersamaan dengan itu, terlihat sangat jelas juga kalau ia belum bisa menutupi aura wajahnya yang suram.

"Baiklah. Yi_Yi_Ahh! Aku tak bisa memanggilmu Yixing! Jadi, aku akan tetap memanggilmu Dimple.." Luhan nyengir sendiri karena merasa candaannya terdengar garing. Namun setelahnya, Luhan tersenyum karena ia melihat Yixing kembali tertawa.

"Ahaha... Kau tahu Lu? Kau seperti laki-laki idiot sekarang. Kuharap kau sadar saat kau menyebut nama asliku tadi.." Yixing terkekeh.

"Ah, benarkah? Kapan?" Luhan kembali memasang wajah bodohnya.

"Bodoh!"

Luhan dan Yixing kembali terlibat dalam suasana percakapan ringan, sesekali juga di iringi dengan tawa Yixing setiap kali Luhan mengeluarkan candaan garingnya, sebelum jam alarm berbunyi, menandakan kalau segala aktifitas akan segera dimulai dalam waktu lima menit lagi.

"Wah, sebentar lagi bekerja. Ah, Dimp, aku ingin bertanya ini dari tadi padamu.."

"Apa itu?"

"Apa yang membuatmu kembali lebih cepat?. Bukankah kau mengambil cuti selama seminggu?"

Yixing menghentikan tawanya kemudian tersenyum kecil kearah Luhan. "Aku hanya ingin, Lu.." Jawabnya.

"Tapi. Kau tahu kan, kalau_"

"Ya, aku tahu_" Yixing mendesah panjang sebelum kembali melanjutkan perkataannya. "_Aku merasa kalau aku harus benar-benar Move On mulai sekarang.." Yixing menunduk, memainkan jari-jarinya yang ia letakkan dipangkuan.

"Bagaimana bisa Move On kalau_"

"Aku sudah memikirkannya." Yixing menyela kalimat Luhan lagi. Ia menatap Luhan dengan tatapan sedih. Luhan balik menatap kedua mata Yixing yang sayu, menatap sahabatnya iba.

"_Aku tidak bisa terus lari dari keadaan. Mau tak mau, aku harus melihat mereka setiap hari Lu.. Aku sangat yakin ini akan banyak membantuku. Setidaknya, lama-kelamaan aku akan terbiasa dan akan_akan melupakannya secepat mungkin.." Lirih Yixing.

"Kau yakin..?" Luhan menggenggam kepalan tangan Yixing.

Yixing menggigit pipi dalamnya kemudian mengangguk. Luhan melihat keraguan dalam anggukan yang Yixing buat. Tapi, sudahlah.. Jika Yixing menginginkan seperti itu, biarlah dia mencoba dulu.

"Baiklah. Aku juga yakin kalau sahabatku ini bisa!" Luhan mengacak-acak rambut Yixing. Memberinya semangat.

Yixing tersenyum hangat. Setidaknya, keberadaan Luhan selalu cukup untuk membantunya melewati hari-harinya yang mungkin akan suram untuk beberapa waktu kedepan. Kedua sahabat itu masih saling melempar senyuman tulus saat sepasang manusia masuki kekantor. Mengundang tatapan sekilas dari penghuni kantor, kemudian, semuanya kembali berkutat dengan urusan masing-masing.

Kecuali, dua pasang mata yang tampa sadar, mengunci tatapan mata mereka tersebut kearah pintu yang baru saja dimasuki.

Itu Yixing dan Luhan, mereka sama-sama melihat siapa yang baru saja masuk.

Yifan dan_

_Hyerin.

"Dimp.." Luhan menyadari keterpakuan Yixing kemudian mencoba menyadarkan kembali pemuda manis itu.

Yixing terkesiap. Kemudian menghela nafas sebentar. Ia tidak sadar kalau ia telah menahan nafasnya beberapa detik yang lalu. "A_Aku akan keruanganku, Lu. Eung_terima kasih untuk hari ini." Yixing tersenyum. Palsu.

Luhan ikut merasakan apa yang dirasakan Yixing saat itu. Jadi, dia hanya mengangguk kecil sembari membisikkan sesuatu untuk Yixing sebelum pemuda itu pergi. "Ini akan baik-baik saja.."

Yixing mengangguk kemudian mulai berjalan menuju lift, untuk naik kelantai dua. Sungguh sial mengingat pekerja yang mendapat ruangan disana hanya dirinya dan..

_Yifan..

.

.

.

Yifan tentu saja naik seorang diri kelantai atas karena Hyerin, sekre_kekasihnya, memiliki tempat kerja dilantai bawah. Yifan melintasi ruangan kerja Yixing dan tampa bisa ia tahan, ia mencuri pandang dari balik dinding kaca yang terdapat disebelah pintu ruangan kerja Yixing. Disana, ia bisa melihat Yixing tengah menunduk dan memegang sebuah pena lalu membubuhkan sesuatu kedalam kertas. Mungkin menanda tangani surat.

Yifan bohong kalau ia bilang ia tak khawatir dengan keadaan Yixing. Pemuda yang merupakan 'mantan pacarnya' itu menghilang tiba-tiba selama tiga hari tampa kabar, dan sekarang? Ia kembali yang keadaan yang-Yifan sangat yakin- terlihat lebih kurus dari biasanya. Apa Yixing merusak pola makannya?

Ya tuhan, Yifan ingin sekali memarahi anak itu tapi..

_Apa haknya?

Tak terjadi interaksi sama sekali antara Yifan dan Yixing hari itu. Mereka hanya sesekali berpapasan saat melewati koridor, atau tanpa sengaja bertatapan selama sedetik saat istirahat makan siang di caffe kantor.

.

.

.

Yixing, Luhan, Chanyeol dan Sulli kini tengah duduk melingkari sebuah meja makan, menikmati makan siang mereka. Dari jarak tiga buah meja dari tempat mereka saat ini, terlihat Yifan dan Hyerin tengah asyik juga dengan dunia mereka berdua. Luhan beberapa kali ingin menceritakan sebuah lelucon dengan Yixing yang pada akhirnya, selalu gagal akibat Yixing yang tak fokus. Chanyeol dan Sulli juga tak mau banyak bicara karena setidaknya, mereka sadar bagaimana dan apa yang tengah dirasakan Yixing saat ini.

Lagian, siapa yang tidak tahu jika dikantor mereka ada sepasang kekasih yang manis karena sudah mampu menjalin hubungan selama lima tahun, lalu kandas begitu saja ditengah jalan karena salah satu dari mereka mengaku telah normal?

Ya. Semua juga sudah tahu kalau pasangan sesama lelaki yang dijalani Yifan dan Yixing itu terlihat tabu namun juga manis disaat yang bersamaan. Bahkan, hampir seluruh sahabat Yixing dan Yifan dikantor menerima hal itu karena mereka fikir, itu terlihat unik dan lucu. Mereka juga serasi karena perbedaan tubuh yang kontras.

Tapi, sekali lagi, tak ada yang bisa menebak takdir akan membawa hubungan kita kearah mana..

Yifan dan Yixing putus setelah lima tahun mereka berpacaran. Putus karena alasan spele jika dibandingkan dengan hubungan dan perjuangan cinta mereka selama lima tahun. Meski disisi lain, alasan Yifan adalah hal yang juga wajar, tapi tetap saja. Itu menyakiti pihak yang satunya. Dan itu Yixing.

Yixing terus mengaduk-aduk makanannya tampa ada niatan untuk dimakan sebelum suara Luhan menginterupsinya.

"Dimp, jika kau tidak ingin makan. Ayo kita kembali kekantor." Sebenarnya Luhan kasihan dengan tubuh kurus Yixing, tapi ia lebih kasihan lagi jika membiarkan Yixing berlama-lama disini dan menonton sepasang kekasih-sialan- yang tengah bermesraan itu. Oke, mereka hanya mengobrol tidak lebih, tapi itu sama saja dengan bermesraan-menurut Luhan- jika hal tersebut berhasil menyakiti salah satu temannya!

Yixing hanya mengangguk kemudian berdiri dari duduknya. Mengiyakan ajakan Luhan.

"Em.. Kalau begitu, nanti kami menyusul." Kata Chanyeol.

"Oppa.. Jaga kesehatanmu. Kau terlihat semakin kurus." Satu-satunya teman wanita Yixing, Sulli, ikut bersuara.

Yixing hanya tersenyum tipis kemudian mengangguk. "Terimakasih." Ujarnya pelan.

"Oke. Tunggu aku diluar, aku akan segera menyusul." Setelah mengucapkan itu, Luhan beranjak meninggalkan Yixing dan kedua orang temannya yang lain.

Yixing mendengar perkataan Luhan. Luhan menyuruhnya menunggu diluar, jadi ia harus keluar sekarang juga. "Chanyeol, Sulli, aku duluan."

"Ne Oppa.. Jangan lupa makan.." Peringat Sulli terakhir.

"Jaga kesehatanmu." Chanyeol ikut menimpali.

Yixing hanya tersenyum kemudian mulai melangkah keluar. Dia membenci dirinya saat itu yang tak bisa menahan untuk tidak melirik kearah Yifan dan Hyerin, walau hanya sekilas.

Yah, mereka memang serasi..

Dan itu belum bisa menyadarkan Yixing dari rasa 'ketidak rela-annya'..

Akhirnya Yixing keluar dengan bahu turun dan tubuh lemas. Ia tak menyadari kalau Yifan juga mencuri tatapan kearahnya. Terlihat mengkhawatirkannya.

Dan Yixing tak henti-hentinya bersyukur memiliki sahabat seperti Luhan, karena Luhan menemuinya setelah tiga menit dengan tangan yang menenteng sekotak makanan dan dua cup kopi sembari tersenyum hangat kearahnya.

Sejujurnya, Yixing benar-benar lapar dan akhirnya ia bisa mengisi perut kosongnya setelah seharian, berkat Luhan. Satu lagi, dia juga benci ketika ia kehilangan selera makan dengan tiba-tiba saat berada di caffe tadi.

Sekali lagi, Yifan melihat itu dengan tatapan yang sulit diartikan. Tatapannya sama persis dengan tatapan ketika ia melihat Luhan menggenggam tangan Yixing dan mengacak rambut Yixing tadi pagi.

Sebuah perasaan yang tidak terdeteksi. Tidak, hanya Yifan yang belum bisa mendeteksi jenis perasaan itu..

.

.

.

Malam harinya..

"Oppa.. jam berapa kita pulang? Ini sudah hampir jam sembilan."

Yifan masih berkonsentrasi dengan kertas-kertas penting ditangannya sebelum seseorang masuk tampa mengetuk terlebih dahulu kedalam ruangan kerjanya. Yifan mengangkat wajahnya, alisnya bertaut." Hyerin?"

"Oppa, ayo kita pulang. Kau berjanji akan membelikanku boneka hari ini."

"Hyerin, aku masih bekerja dan tolong memakai bahasa formal saat kita masih berada di lingkungan kantor."

Hyerin mencibir kemudian duduk dimeja kerja Yifan. "Tidak ada orang disini Oppa."

"Hyerin. Turun!"

"Tidak! Sebelum Oppa mengiyakanku.."

Yifan menghela nafas lelah. Karena sejujurnya, dia memang sudah lelah karena seharian bekerja. Terlebih lagi, sebagian dari fikirannya terus-terusan memikirkan keadaan Yixing yang terlihat kurus. Ah, apa yang ia fikirkan!

Yifan menatap Hyerin. "Besok kita beli, oke?" Bujuknya.

"Tidak, aku mau sekarang!" Rengek Hyerin. Ia lantas menyingkirkan kertas-kertas Yifan kemudian duduk menghadap Yifan. Beruntung karena ia tidak memakai rok mini hari ini.

"Hyerin, apa yang kau lakukan?!"

"Opa~" Hyerin meletakkan kedua tangannya kesisi bahu Yifan. Mengunci pergerakan Yifan.

Yifan menahan nafasnya. Ia lantas melirik sekitar sebelum berkata panik. "Oke. Oke, kita beli hari ini. Sekarang cepat turun sebelum seseorang melihat kita!"

Hyerin terkikik karena berhasil menggoda Yifan. Ia kemudian turun dari meja kerja Yifan dan berdiri disamping Yifan. "Baik, kutunggu dibawah. Cepat ya Oppa.."

Cup.

Mencium pipi Yifan sekilas-yang dihadiahi tatapan malas juga senyuman kecil dari Yifan-.

"Iya.. Iya.." Masih sempat Yifan mengacak rambut panjang Hyerin sebelum gadis itu benar-benar meninggalkan ruangannya.

.

.

.

Masih diwaktu yang sama..

"Apa? Tapi pak. ini sudah malam, bagaimana bisa seperti itu?" Yixing menggerutu dengan ponsel yang menekan erat daun telinganya. "Ah, lalu bagaimana denganku sekarang?" Yixing berkata memelas.

"Ck, teman-temanku sudah pulang semua_" Yixing mendesah pasrah. "_Ya, ya.. Tidak usah minta maaf. Aku akan pulang dengan bis saja, jika masih ada._" Yixing menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. "_Sudah kukatakan untuk tidak minta maaf.. Hm.. Baiklah pak, kututup telfonnya.."

Yixing menarik ponsel nya dari telinga kemudian menatap benda tipis itu lemas sembari menggigit bibir bawahnya lagi, kebiasaan Yixing jika ia sedang merasa gugup ataupun cemas.

"Sial! Bagaimana ini?" Gumamnya putus asa. Baru saja salah satu sopir pribadi-utusan kantor- yang baru-baru ini ditugaskan untuk melayani Yixing jika pemuda manis itu sedang bekerja malam memberitahukan kalau mobilnya memasuki bengkel. Alasannya klise, mogok ditengah jalan. Dan Yixing menyesali dirinya karena belum bisa menyetir mobil sendiri hingga saat ini.

Ini adalah hari pertamanya dalam menyewa pelayanan antar jemput dan ia sudah mendapatkan kendala. Seandainya Yifan masih bersamanya maka semua hal tidak akan pernah terasa sesulit ini.

Arghh... Hentikan fikiranmu tentang pemuda itu Yixing! Yixing ingin sekali menjambak rambutnya sendiri akibat fikiran bodohnya. Kemudian ia terfikir sesuatu_

"Apa aku harus menelfon Luhan?" Yixing menimang-nimang ponselnya sebelum mendesah-frustasi- lagi. "Aishh. Tidak mungkin!" Ujarnya kalut. Ia tidak akan pernah mengganggu waktu Luhan jika sahabatnya baru saja berkata 'Aku duluan Dimp, ada urusan penting yang harus ku urus..'

Yixing memilih bersandar didinding tepat disamping pintu ruangan kerjanya. Memasukkan kedua tangan kesaku jaket kemudian membuang nafas lelah sembari mendongak. Jelas ia tahu kalau tak akan ada bis malam-malam begini. Jadi apa yang harus ia lakukan? Berjalan kaki sejauh lima kilometer?

Ini juga sudah larut untuk menelfon taksi. Sudah jam 22:25 malam. Tapi tidak mungkin juga Yixing akan menginap di kantor kan? Yixing masih bergelut dengan fikirannya sebelum sebuah suara menyadarkan dirinya_

"Butuh tumpangan?"

Yixing tahu suara siapa itu. Jantungnya tiba-tiba berdetak namun ia menyembunyikannya. Setelahnya, Yixing lantas membenarkan posisi berdirinya kemudian menatap orang yang kini berdiri sejauh tiga meter dari tempatnya. "Terima kasih atas tawarannya. Aku bisa pulang sendiri."

Yifan, hanya bisa menatap Yixing lekat saat dirasakannya tatapan pemuda yang pernah mengisi hari-harinya itu terlihat tidak seperti biasanya, bola mata cantik itu tampak masih redup dan dingin. Yifan menyesali itu entah karena apa.

Yixing membenarkan posisi jaketnya sebelum memilih mengambil langkah pelan, mulai menjauhi Yifan.

"Aku tahu kau tidak biasa pulang sendiri, Xing!"

"Aku akan terbiasa.." Yixing tetap melanjutkan langkahnya yang pelan.

"Aku tahu kalau kau tidak bisa melakukan segala sesuatu hal jika 'sendiri'. Aku kenal kau.." Yifan melanjutkan perkataannya, ia terlihat-sangat- mengkhawatirkan Yixing saat itu. Namun tanpa ia sadari, perkataanya itu berhasil membuat Yixing kembali terluka.

Yixing menghentikan langkahnya. Ia tetap tak menoleh, namun berusaha kuat untuk menjawab pernyataan Yifan. "Apa kau baru saja ingin bilang kalau aku tak bisa hidup tanpamu, Fan?" Yixing tersenyum miris. Yixing masih terlalu susah untuk menerima semua kenyataan ini dan ia merasa dirinya seringkali menjadi sensitif beberapa kali lipat dari biasanya.

Yifan terdiam. Ia ingin berkata kalau itu bukan maksudnya. Tapi disisi lain, ia juga ingin sekali berkata 'ya' dan meminta Yixing untuk tidak terus-terusan menghindarinya. Karena Yifan tahu, Yixing masih membutuhkan dirinya dan ia akui, sesuatu didalam dirinya mengatakan kalau ia juga masih membutuhkan Yixing, entah untuk hal seperti apa itu.

"_Maaf, Fan. Tapi sebelumnya yang harus kau tahu adalah, aku tak membutuhkan siapa-siapa lagi untuk terus berada disampingku jika hanya untuk mengasihaniku!"

Dan melalui kalimat itu, Yifan tahu kalau Yixing masih mencintainya. Bisa ia lihat dari cara bicara Yixing yang sinis juga tatapan terluka Yixing jika pemuda manis itu sedang menatapnya. Dan Yifan benar-benar merasa harus bertanggung jawab untuk mengembalikan semua cahaya pemuda itu, karena sebelumnya, ia adalah satu-satunya orang yang merenggut cahaya Yixing, dengan tangannya sendiri.

Yixing kembali berjalan pelan sebelum lagi-lagi perkataan Yifan menginterupsi langkahnya_

"Bagaimana.. Jika aku menawarkanmu sebagai_sebagai_seorang teman? Tidakkah.. kau ingin berteman denganku,.. Xing..?" Yifan berkata setengah terbata. Entah kenapa kalimatnya kali ini terasa lebih berat untuk diucapkan.

Yixing terdiam kaku diatas kakinya sendiri. Benar-benar tak memiliki alasan untuk menolak setelah itu.

Dan disinilah Yixing sekarang, di dalam mobil Yifan, tepatnya dibangku belakang. Karena didepan, Hyerin sudah lebih dulu menempatinya. Gadis cantik itu tertidur nyaman saat Yixing dan Yifan sampai disana. Tak ada pilihan lain, karena saat tiba-tiba Yifan menarik pergelangan tangannya dengan lembut, Yixing juga berfikir kalau tidak apa-apa jika ia menurut saja kali ini. Toh, tak ada yang bisa membantu dirinya disituasi saat itu.

Namun tiba-tiba Yixing merasa menyesal dengan keputusannya. Apa maksud Yifan mengajaknya adalah untuk memperlihatkan betapa dekatnya mereka? Yixing tidak berbohong, ia merasa ingin menangis saat melihat Yifan melepas jas kerjanya kemudian menaruhnya dengan hati-hati keatas tubuh Hyerin.

Yixing memilih untuk tidak melihat itu. Namun siapa sangka saat ia membuang muka, Yifan malah menjangkau tangannya, kemudian menggenggam jemarinya lembut. Hal itu membuat Yixing semakin ingin menangis saja. Apa lagi mau Yifan sebenarnya?

"Xing, kau semakin kurus..Apa kau makan dengan teratur?" Itu adalah kalimat pertama Yifan sejak mereka memasuki mobil. Dan bolehkah Yixing berkata kalau ia sedikit 'senang' mendengar ucapan Yifan yang terselip nada khawatir disana?

"Aku baik-baik saja.." Hanya itu respon Yixing. Ditambah lagi, ia seperti masih enggan menatap Yifan.

Yifan menarik nafasnya sekali sebelum kembali berucap. "Yixing, tatap aku jika kita sedang berbicara, aku tak tahan melihatmu seperti ini! Juga tolong, tolong tatap aku seperti biasa dan jangan melihatku seolah-olah aku adalah pria paling brengsek di dunia..."

"..."

"Satu lagi, jangan pernah mendiamkanku." Pinta Yifan dengan suara memohon.

Yixing menoleh. "Lalu aku harus bagaimana, Fan~?" Yixing akhirnya menjawab, bersamaan dengan kedua matanya yang tampak memerah. Dan benar saja, tepat sedetik setelahnya, satu butir air mata terjatuh dipipi kanannya. Membuat Yifan merasa semakin bersalah dan tidak tega. "_Aku belum 'normal' dan aku membutuhkan waktu untuk Move On.."

"Xing, maafkan aku. Apa aku begitu menyakitimu?" Yifan hendak menghapus air mata Yixing namun pemuda yang lebih kecil cepat-cepat menghapusnya sendiri. Membuat tangan Yifan hanya menggantung di udara.

"Jangan paksa aku. Cukup berikan aku waktu Fan. Aku akan segera melupakan semua hal tentangmu, tentang cinta bodoh kita, Dan setelah itu.. Kita bisa berteman..."

Yifan hanya bisa diam tertegun. Hanya menatap sendu 'mantan pacarnya' yang kini bergerak lemah untuk menyamankan posisinya, meringkuk di bangku belakang mobil, sendirian. Kata-kata 'teman' yang secara langsung ia dengar-pertama kali- dari bibir Yixing entah kenapa begitu 'tidak enak' didengar. Dan itu tiba-tiba meresahkan Yifan entah untuk alasan apa.

Kemudian Yifan hanya bisa menatap nanar pemuda manis yang mulai menutup kedua matanya setelah menggumamkan kata 'bangunkan aku jika sudah sampai' kepada Yifan.

Yifan menatap wajah Yixing lama sekali sebelum ia sadar dengan perbuatannya. Yifan kemudian mengangkat tubuhnya dan memilih bersandar untuk beberapa detik disandaran bangku kemudinya sendiri. Memegang stir mobil erat-erat sambil beberapa kali membuang nafas lewat mulut.

Ia menatap Hyerin dan Yixing secara bergantian. Ia akui ia menyayangi Hyerin. Tapi, bolehkah ia bilang kalau sebagian dirinya mengatakan kalau ia.. juga masih_

_Menyayangi Yixing?

Ya tuhan, kenapa ia tiba-tiba menjadi seperti ini?

Apa Yifan terlihat sangat... egois?

Yifan memilih membuang fikiran itu jauh-jauh untuk sementara ini, kemudian membuka pintu mobil dan berjalan menuju kebagian belakang mobil. Membuka bagasi lalu mengambil sebuah selimut yang cukup tebal dari dalam sana.

Pintu mobil bagian belakang Yifan buka dengan hati-hati, kemudian pemuda tinggi itu duduk sejenak disamping tubuh Yixing.

"Ini membuatku merasa tidak baik saat melihatmu seperti ini, Xing~...Maafkan aku.." Yifan mengusap-usap pelan rambut halus Yixing sebelum membungkus tubuh 'mantan pacarnya' itu dengan selimut tebal. Ia yakin udara malam ini sangat dingin dan penghangat mobil tidak cukup untuk membantu karena ia tahu betul, kalau Yixing tidak bisa terlalu kedinginan.

Yifan juga masih ingat kalau Yixing pernah mengalami sesak nafas tiga tahun yang lalu ketika pemuda itu hanya mengalami kedinginan dan daya tahan tubuhnya yang lemah tidak bisa menampung itu.

Dihari-hari berikutnya, Yixing semakin sering mengalami hal yang sama dan terakhir, ia diberitahu seorang dokter kalau Yixing mengalami asma ringan. Yah, memang hanya asma ringan, tapi itu tak bisa menutupi setumpuk rasa khawatir yang mendadak muncul di hati Yifan. Beruntung ada dia saat itu, jadi ia bisa melindungi Yixing kapan saja saat pemuda manis itu mulai merasa kedinginan.

Intinya, Yifan tak ingin Yixing mengalami hal itu kembali sementara dirinya tak bisa banyak membantu sekarang. Meskipun didalam mobil tidak terlalu dingin seperti cuaca diluar, tapi tetap saja Yifan khawatir.

Yifan keluar dari sana dan kembali kekursi kemudi lalu menjalankan mobilnya dalam kecepatan sedang. Sementara disisi lain, tampa diketahui Yifan, Yixing malah menangis diam-diam namun juga tersenyum disaat yang bersamaan.

Setidaknya ia tahu, Yifan masih 'lebih' perhatian kepadanya.

'Selimut tebal' dan 'Jas kerja' tentu adalah dua buah hal yang jauh berbeda..

.

.

.

Bersambung..

Sekedar pemberitahuan kalo cast Hyerin yang KraYeol pake tu bukan siapa-siapa dan ga ada di girband manapun, awalnya KraYeol pengen make nama personel SNSD tapi takut banyak yang malah benci mereka. Ok bye~

See U next chap~... *lambai tangan*. Salam manis By..

^KraYeol^