Sebuah fanfic yang ditulis karena terinspirasi dari sebuah film, eh malah ini lebih cocok disebut adaptasi ya?

Di sini pairingnya adalah PrussiaxCanada / GilbertxMatthew dan one-side AmericaxCanada / AlfredxMatthew. Ceritanya sudah jelas AU, sisanya misteri...tebak sendiri kalau sudah baca

Warning: AU, Yaoi, OOC, lebay...miss typo...

Discalimer: Aduh...masa iya Hetalia punyaku, secara nggak mungkin gitu lho...

Sincere Love for You

Rasa cinta yang tumbuh tanpa disadari, rasa cinta yang tercipta karena saling mengenal satu sama lain, rasa cinta yang saling membutuhkan, kurasa rasa cintaku tidak bisa dideskripsikan seperti yang kutahu, aku terlahir untuk melindungi dan mencintaimu. Aku tidak membutuhkan alasan untuk mencintaimu, sama sekali tidak perlu. Aku mencintaimu apa adanya. Apapun yang terjadi, aku akan selalu mencintaimu, aku akan terus mencintaimu.

Bahkan meskipun kita tidak bisa bertemu.

IoI

Di sebuah ruangan yang gelap dengan hanya sinar bulan sebagai pencahayaan temaram, duduklah seorang pria di atas kursi kayu dengan satu tangan menggenggam sebuah kertas dan tangan yang lainnya memegang hamburger. Entah bagaimana ia bisa membaca pada keadaan yang begitu gelap, tapi matanya dengan pelan membaca huruf demi huruf yang tertera pada kertas yang dipegangnya.

Sesekali ia akan berhenti membaca dan mengigit hamburger dan mengunyahnya. Dengan telaten, ia terus membaca kertas yang ia pegang, tak ingin melewatkan satu kalimat ataupun satu makna.

Matanya berhenti bergerak seketika dan membelalak saat ia bertemu dengan kalimat yang tak pernah ia kira akan ia temukan sebelumnya. Tangannya bergetar dan hamburger dari tangannya jatuh ke lantai. Ia memandang kertas itu dengan tatapan tak percaya dan membacanya berulang-ulang untuk memastikan bahwa ia tidak salah.

"Tidak."

IoI

Aku tidak pernah bertemu denganmu, karena itu kadang aku sendiri bingung kenapa aku bisa mencintaimu. Tapi, perasaan ini bukan hanya ilusi semata. Rasa cintaku sangat murni padamu. Bukan hanya dorongan insting untuk melestarikan spesies di bumi ini, tapi karena aku tulus menyayangimu dari lubuk hatiku yang paling dalam.

Kau adalah segalanya bagiku.

IoI

Di sebuah supermarket di sebuah kota yang sibuk dan padat, bekerjalah seorang laki-laki. Ia bukanlah seseorang yang special, anehnya ia malah agak tembus pandang bagi orang-orang. Tapi, meski begitu ia selalu menjalani hidup sebaik yang ia bisa. Memang, hingga kini ia masih tinggal bersama dengan neneknya, tapi ia tidak merasa malu akan hal itu.

Ia sibuk menata barang-barang di rak yang memenuhi supermarket itu. Ia lalu menaruh beberapa makanan ke atas nampannya, lagi-lagi makanan-makanan ini salah tempat. Entah ulah siapa ini, tapi ia hampir selalu menemukan barang-barang yang salah tempat di semua rak di supermarket ini.

Ketika ia berbalik, ia terkejut saat seseorang menabraknya. Semua barang-barang, makanan dan juga nampan yang ia pegang serta merta berjatuhan ke lantai. Dengan panik, ia memungutnya satu persatu sembari matanya melirik untuk melihat siapa yang menabraknya.

Seorang laki-laki berambut putih serta bermata merah sibuk membantunya memunguti barang-barang yang berjatuhan di lantai.

"Maaf," gumam laki-laki bernama Matthew cepat, ia merasa bersalah sudah menabrak salah satu pelanggan di supermarket tempat ia bekerja ini. Bagaimana bila nantinya laki-laki di depannya ini melaporkannya ke managernya?

"Oh, tidak apa-apa, santai saja," jawab laki-laki yang ditabraknya.

"Ah!" Matthew terkejut saat menyadari bahwa salah satu onigiri yang jatuh telah terinjak olehnya.

"Aduh, bagaimana ini?" tanyanya kebingungan.

"Apakah gajimu akan dipotong karena ini?" tanya laki-laki di depannya. Matthew dengan malu-malu, mengangguk.

Ia terkejut saat laki-laki berambut putih itu bangkit dan merebut onigiri yang ia injak dari tangannya. Matthew segera bangkit dan mengejarnya. Laki-laki berambut putih itu kini sudah berada di depan kasir.

Ia akan membeli onigiri yang sudah terinjak itu? Demi dia? Apakah ini bercanda?

"Tunggu, kau tidak perlu melakukan itu," pinta Matthew panik, ia melihat laki-laki itu sudah membayar belanjaannya.

Ia menoleh dan tersenyum pada Matthew, senyum yang sedikit usil dan sombong tapi Matthew tahu ia orang yang baik.

"Ah, tidak apa-apa, aku suka kok yang hancur begini," katanya membuat Matthew kebingungan.

"Bohong kok, hehe," tambahnya lagi membuyarkan lamunan Matthew.

Laki-laki itu tertawa dan Matthew pun ikut tertawa malu-malu. Itu adalah pertemuan pertamanya dengan seseorang yang menyisakan perasaan manis di hatinya.

Ia harus memberitahu Alfred segera, bahwa untuk pertama kalinya, ia merasa….telah menyukai seseorang.

IoI

Aku sangat mencintaimu. Apakah itu salah? Aku ingin melindungimu. Apakah itu salah? Aku selalu ingin kau tersenyum, meskipun aku tak bisa melihatnya. Aku ingin kau tertawa, meskipun aku tak bisa mendengarnya. Aku akan melakukan apapun untukmu, apapun.

IoI

Bagi Matthew, bisa berpacaran dengan Gilbert merupakan sebuah keajaiban. Ia tidak percaya, orang macam dirinya bisa bersanding dengan orang seperti Gilbert.

Dari dulu ia sudah tahu, ia adalah orang yang membosankan, pemalu, lambat, tidak menonjol juga introvert. Ia tidak pernah mencicipi asmara sebelumnya, bahkan meskipun umurnya sudah lebih dari 20 tahun.

Tapi, bukan berarti ia tidak bahagia bisa bersama Gilbert. Gilbert adalah orang yang unik. Ia sombong dan sangat membanggakan dirinya, tapi tidak angkuh. Ia justru sangat konyol dalam berbagai arti. Ia juga baik dan ceria. Bersama dengan Gilbert membuat Matthew bahagia. Apakah ini yang namanya cinta? Matthew tidak mengerti.

Tapi, ia ingin bisa terus bersama Gilbert. Karena itu ia berharap Gilbert tidak akan pernah tahu soal penyakit aneh miliknya. Ia tidak ingin dibenci.

Dan seandainya saja Alfred menyetujui hubungannya dengan Gilbert, ia akan jauh lebih bahagia lagi.

IoI

Entah kau mengenalku atau tidak, tapi aku sangat mengenalmu. Aku tahu segalanya tentangmu, bahkan lebih dari diriku sendiri.

Aku sangat mencintaimu, bahkan meskipun kau tidak mencintaiku.

IoI

"Alfred itu siapa sih?" tanya Gilbert kepada Matthew. Kini keduanya sedang duduk di taman yang dipenuhi dengan daun-daun berguguran.

Matthew terdiam dan tersenyum. "Ia adalah sahabat penaku," jawabnya.

"Oh ya?" tanya Gilbert.

"Iya, aku sudah cerita kan, kalau aku yatim piatu. Dulu saat aku masih kecil, aku sangat kesepian dan menulis sebuah surat untuk orang tua ku yang sudah meninggal dan menerbangkannya dengan balon. Lalu, anehnya suratku dibalas oleh seseorang bernama Alfred dan kami terus bersurat-suratan hingga sekarang," jelas Matthew.

Gilbert diam mendengarkannya, sedikit cemburu rasanya mendengar pacarnya ini ternyata dekat dengan orang lain yang tidak ia kenal.

"Memangnya kau sudah bertemu dengannya?" tanya Gilbert lagi.

Raut wajah Matthew berubah menjadi sedikit sedih. "Belum, belum pernah. Aku sudah berkali-kali meminta bertemu dengannya, tapi ia selalu menolaknya dengan berbagai alasan. Katanya, hanya dengan surat menyurat saja sudah cukup," jelas Matthew lagi.

Kini api kecemburuan di dada Gilbert sudah hilang, tergantikan oleh rasa penasaran dan bingung.

"Ia orangnya bagaimana?" tanya Gilbert lagi.

Matthew menoleh padanya dan berpikir sebentar. "Bagaimana ya? Dari surat-suratnya, ia adalah orang yang sangat ceria dan positive-thinking. Ia juga agak payah membaca suasana dan sering salah pengertian. Tapi, ia orang yang sangat baik dan perhatian," jelas Matthew sambil tersenyum.

Gilbert mengangguk paham. Ia lega, ia kira Alfred adalah semacam stalker yang membuntuti Matthew diam-diam.

IoI

Aku sangat mencintaimu, karena itu sakit rasanya karena aku tak akan pernah bisa bertemu denganmu. Setiap hari aku berdoa, agar aku bisa bertemu denganmu. Aku ingin mendengar suaramu. Aku ingin menyentuhmu. Aku ingin melihatmu.

Tapi, itu tidak bisa.

Kenapa tuhan menciptakan jiwa kita begitu rapuh dan lemah?

IoI

Matthew membuka matanya dan dengan segera membelalak. Ia segera bangkit dari tempat tidurnya dan memandangi sekitarnya dengan perasaan bingung. Ia berada di kamarnya, seperti biasa. Tapi, bukan itu. Hanya beberapa detik yang lalu ia sedang berada di taman, berkencan dengan Gilbert dan….Gilbert hampir menciumnya, lalu ia menutup matanya tapi….ketika ia membuka matanya ia sudah berada di kamarnya.

Apa maksudnya ini? Apakah semua itu hanya mimpi? Tidak, Matthew yakin semua itu bukan mimpi.

Tidak salah lagi, pasti terjadi lagi. Penyakitnya…kambuh lagi.

Matthew segera turun dari tempat tidur dan mencari handphonenya. Ia menemukannya di lantai di samping baju-baju yang berserakan. Matthew sedikit bingung, karena ia selalu melipat bajunya dan tidak pernah membiarkannya seperti ini.

Saat ia melihat layar handphone, ia kaget melihat wallpaper dengan foro Gilbert sudah hilang. Ia merasa bingung tapi ia segera menyingkirkanya dan segera mencari nomor handphone Gilbert. Ia ingin tahu apa yang terjadi kemarin, ia takut Gilbert membencinya sekarang.

Mata Matthew kembali membelalak saat ia tidak menemukan nomor handphone Gilbert di handphonenya. Ia segera mengambil kacamatanya di meja dan memakainya lalu mencari lagi nomor handphone Gilbert.

Tidak ada….

Bagaimana bisa? Matthew menggigit bibirnya dengan resah. Aneh sekali….kenapa nomor handphone Gilbert hilang? Apakah terhapus? Lalu wallpaper foto Gilbert juga…terhapus?

Ia harus mengatakan hal ini pada Alfred melalu suratnya nanti.

Bagaimana ini Alfred, penyakitnya kambuh kembali….

IoI

Matthew, untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku benar-benar membenci seseorang. Rasanya sungguh terbalik dengan perasaan cintaku padamu. Aku benar-benar membencinya. Ini adalah suatu perasaan yang tidak bisa dideskripsikan. Aku sangat membenci orang itu. Lebih dari siapapun.

IoI

"Kau tidak ingat?" tanya Gilbert dengan wajah bingung.

Matthew mengangguk dengan wajah murung. Ia merasa sedih dan takut.

"Kenapa bisa begitu?" tanya Gilbert tidak percaya.

"Aku…memang kadang seperti ini. Ada kalanya aku kehilangan ingatanku untuk beberapa saat," jelas Matthew dengan suara pelan.

Gilbert terkesima mendengarnya, bagaimana tidak? Ia menyangka Matthew membencinya, tapi ternyata sang pacar malah tidak ingat? Bahkan dirinya yang awesome ini pun tidak bisa mengerti.

"Memangnya, kemarin aku bagaimana?" tanya Matthew sedikit ragu. Gilbert melirik padanya dengan wajah sedikit merah dan senyum kaku.

"Yah…kau mendadak bilang ingin pulang," jelas Gilbert. Ia tidak mengatakan yang sesungguhnya. Bahwa sebenarnya ketika Gilbert hendak mencium Matthew, mendadak Matthew mendorongnya dengan kasar lalu pergi berlalu setelah memberikan tatapan sedingin es padanya.

"Kukira kau membenciku, karena itu aku tidak berani meneleponmu," jelas Gilbert sembari tertawa nervous. Rasanya bodoh sekali.

"Begitu ya…," gumam Matthew.

"Kau…sudah memeriksakannya ke dokter?" tanya Gilbert lagi.

Matthew mengangguk pelan. "Sudah, tapi….kata dokter tidak ada kelainan kok," jelas Matthew.

"Hm…kalau begini ayo check-up ke rumah sakit pamanku," kata Gilbert bersemangat, ia tidak ingin melihat Matthew terus menerus bersedih karena penyakit anehnya.

"Eh, check-up?" tanya Matthew bingung.

"Iya, tenang saja, pamanku itu ahli otak kok," kata Gilbert menenangkan Matthew yang tampak takut.

Matthew mengangguk pelan. Ia berharap bisa mengetahui apa penyakitnya ini dan bisa menyembuhkannya, ia tidak ingin begini terus.

IoI

Aku tahu, saat aku lahir, aku lahir untukmu, untuk mencintaimu, untuk melindungimu. Aku tidak pernah meminta pamrih padamu, aku melakukan semuanya dengan tulus demi dirimu. Agar kau bahagia, aku akan melakukan apapun. Karena aku sangat mencintaimu.

IoI

Matthew menangis di atas tempat tidurnya. Kenapa bisa begini? Kenapa semuanya jadi begini? Ia tidak mengerti! Tidak…ia sebenarnya mengerti, tapi hatinya tidak mau mengerti. Penyakit kambuh lagi, tepat saat ia check-up di rumah sakit. Ia baru saja sedang di check dokter dan lagi-lagi ia terbangun di tempat tidurnya. Ketika ia menelepon Gilbert, tiba-tiba Gilbert mengatakan bahwa ia tidak mau bertemu dengannya lagi dan hubungan mereka putus.

Ada apa sebenarnya? Apakah Gilbert sudah membencinya karena penyakit anehnya ini?

Matthew bangkit dengan hati berat dari tempat tidurnya. Dengan langkah kaki lemas, ia menuju meja dan duduk di kursi. Ia mengeluarkan secari kertas kosong serta amplop. Yang bisa ia lakukan sekarang hanya mencurahkan semua perasaannya pada Alfred.

Meskipun Alfred selalu menentang hubungannya dengan Gilbert, tapi Matthew masing menyayanginya sebagai sahabat. Ia adalah orang yang tidak bisa tergantikan.

IoI

Untuk pertama kalinya, aku tidak bisa merasa senang saat kutahu kau sangat bahagia. Kenapa? Aku sendiri tidak mengerti. Dadaku terasa sesak dan sakit melihatmu bahagia. Kenapa? Bukankah kebahagiaanmu juga kebahagiaanku?

Dan untuk pertama kalinya, aku merasa senang ketika kau bersedih. Kenapa? Bukankah seharusnya aku menangis bila kau bersedih?

Perasaan apa ini? Tolong jelaskan padaku!

IoI

Sepasang mata dengan lirih membaca kata demi kata yang tertulis pada selembar kertas. Dengan sebuah tangan memegang hamburger yang sudah setengah termakan, ia terus membaca suratnya. Hatinya terasa sesak membaca bagaimana sedih sang penulis surat mendeskripsikan perasaannya saat ini. Tapi, perasaan lain tetap ada, perasaan senang dan puas. Sesuatu yang hingga kini belum bisa ia mengerti.

Ia berdiri dan berjalan menuju sebuah kotak yang berisikan bertumpuk-tumpuk surat. Ia mengambil satu surat yang dilipat rapi di dalam amplop.

Di amplop itu tertulis…

Untuk Alfred

Dari Matthew

Alfred tersenyum, semua ini adalah harta baginya. Surat-surat dari orang yang selalu dikasihinya. Satu-satunya benda yang bisa menghubungkannya dengan orang yang sangat ia cintai. Ia selalu menyimpan semuanya dengan baik, tidak ada satupun yang hilang. Setiap surat akan ia baca, ia ingat dan ia balas. Semua ini sangat berharga baginya.

Karena ia sangat mencintai Matthew, lebih dari siapapun, lebih dari apapun.

IoI

Aku tidak pernah mempunyai niat untuk menyakitimu. Tidak pernah sama sekali aku berniat menyakitimu. Aku melakukan semua itu demi melindungimu, karena aku sangat mencintaimu.

Karena itu….kenapa kau menangis?

IoI

Matthew menyangka bahwa ia sudah terbiasa ditinggalkan oleh orang yang dicintainya. Tapi, ternyata rasa sakit tetap menyerang dadanya ketika ia melihat Gilbert dari kejauhan. Ia sangat mencintainya dan ia mengerti kenapa Gilbert memutuskannya. Tapi, ia tidak mampu menahan rasa rindu dan sakit hatinya.

Hari demi hari ia menangis. Ia tidak peduli apakah ia kini terlihat seperti remaja putri yang baru saja diputuskan pacar pertamanya. Karena ia sangat mencintai Gilbert. Dan menyakitkan rasanya karena Gilbert memutuskannya tanpa memberikan alasan yang jelas.

Kini ia hanya bisa menenggelamkan dirinya dengan bekerja di supermarket dan menumpahkan perasaannya pada Alfred. Seperti biasa, Alfred menjawab semua suratnya dengan penuh kata-kata hiburan dan semangat.

Matthew merasa bersyukur ia memiliki Alfred, tapi ia merasa sedih karena ia tidak pernah bisa bertemu dengan Alfred. Kenapa? Ia tidak tahu, Alfred tidak pernah menjelaskannya secara rinci padanya. Meskipun mereka sudah surat menyurat selama 10 tahun, tidak pernah Matthew bertemu dengan Alfred secara langsung.

Karena itu, Matthew menulis surat pada Alfred bahwa ia sangat ingin bertemu dengannya. Ia akan menunggu di kotak pos di bukit di kotanya. Ia akan menunggu hingga Alfred datang.

IoI

Aku ingin sekali bertemu denganmu. Aku sangat ingin bertemu denganmu. Aku tidak bohong. Andai aku bisa, aku ingin bertemu dengamu Matthew.

Karena itu, maafkan aku. Aku tidak bisa menemuimu. Dan aku tidak pernah bisa memberitahu kenapa. Karena, bila aku memberitahumu, aku tahu kau akan membenciku.

IoI

Matthew menunggu dengan raut wajah murung, sudah berjam-jam dari pagi hingga menjelang petang ia menunggu Alfred di dekta kotak pos berwarna merah di bukit. Ia sangat menyukai pemandangan bukit ini karena itu ia juga selalu mengirim surat untuk Alfred dari kotak pos di sini. Pemandangannya sangat indah dan Matthew sangat ingin melihat pemandangan indah ini bersama Alfred.

Tapi, jam demi jam berlalu, Alfred tidak kunjung datang. Harapannya untuk bisa bertemu dengan Alfred semakin mengecil.

Kenapa? Apakah sesungguhnya Alfred juga membencinya?

IoI

Aku selalu merasa lemah dan tidak berdaya, bila aku tahu kau sedang bersedih namun aku tidak bisa melakukan apapun kecuali menulis surat padamu. Aku ingin menenangkanmu, menghapus air matamu dan memelukmu agar kesedihanmu berhenti. Tapi, semua itu tidak lebih dari angan-angan belaka.

IoI

Alfred menatap pemandangan kota yang ada di bawah kakinya dengan wajah murung. Lampu-lampu yang menyinari kota di bawah langit yang gelap kelihatan begitu indah, tapi semua itu tak mampu membuat hatinya sembuh dari kesedihan.

Ia tahu, seharian Matthew menunggunya di sini, di tempat ini. Dan, ia tidak bertemu dengannya. Ia tahu sepanjang hari Matthew menunggunya dengan hati kelabu, tapi ia tidak mampu berbuat apa-apa.

"Aku juga…sangat ingin bertemu denganmu, Matthew," gumam Alfred. Ia melirik kotak pos merah dimana ia selalu mengirimkan surat untuk Matthew. Ia tahu Matthew sangat menyukai pemandangan dari bukit ini, karena itu ia selalu mengirim surat melalui kotak pos di sini.

Alfred terkejut melihat ada selembar kertas yang diganjal dengan batu di atas kotak pos. Ia tidak melihatnya tadi, karena gelap. Ia mengambilnya, dari warna kertasnya ia tahu ini adalah surat dari Matthew untuknya.

Aku akan menunggumu, Alfred. Aku akan terus datang ke tempat ini dan menunggumu setiap harinya, hingga aku bisa bertemu denganmu. Aku akan selalu menunggumu.

Alfred memandang surat itu dengan pilu. Matanya terasa panas tapi ia menolak untuk menangis.

Matthew, seandainya saja kau tahu yang sebenarnya…

Tentang siapa dirinya sesungguhnya….

IoI

Aku pernah mendengar ungkapan, bahwa batas antara idiot dengan jenius itu tipis. Kalau begitu, apakah hal yang sama juga berlaku untuk 'semu' dan 'kenyataan'? Seandainya saja ya….

Aku tak akan pernah takut untuk memberitahukanmu, siapa aku sesungguhnya…

To Be Continued...


Hayo, bisa nebak nggak Alfred itu 'siapa'? Tahu nggak ini dari film apa? Aku nggak bisa ngasih tahu sekarang, ntar kalau ketahuan bahaya, ehehehe

Review ya, silahkan lanjut ke chapter 2