Heart Chapter 1
Pair : KyuHyuk, HaeHyuk, DPL #bisa berubah kapan aja~
Genre : Drama?
Rate : T
Summary :
"Saat kau tak bisa memiliki apa yang kau inginkan, apa pilihan mu? Menyerah, atau terus melangkah?"
ps. ini FF percobaan HaeHyuk perdanaku, dan karena aslinya udah tamat di akunku yang lain, mungkin bakal teratur updetnya~ tergantung sinyal juga sih XDa
yah, tergantung sinyal sih, semoga lancar dua-tiga minggu sekali ^^
Author POV
flashback
"Hyukkie, tunggu aku, ne?" seorang namja tampan nampak tersenyum pada sesosok namja lain yang berwajah bak yeoja.
Sang namja berparas dan bersosok langsing bak yeoja itu mengangguk terpaksa dengan air mata yang menggenang di bendungan pelupuk matanya, "Ne! Berjanjilah kau tak akan pergi lama, Hae.."
Nada lirih dalam kalimat terakhir namja yang tadi dipanggilnya Hyukkie membuat kedua lengan kekarnya merengkuh sang namja manis dalam dekapan hangatnya, "Ne, yaksok!"
"Aku pasti– akan selalu menunggumu, Hae.. selalu.."
Air mata yang sedari tadi ditahannya tumpah tak terbendung dalam dekapan erat dan hangat namja di depannya. Satu-dua isakan lolos dari bibir plum mungil merah menggodanya. Sang namja yang bernama Lee Donghae menyentuh lembut dagu namja manis yang tengah meneteskan kristal beningnya, membuat namja bernama Kim Hyukjae itu menatap langsung mata indah miliknya.
Senyum charming yang senantiasa bertengger di wajah tampannya sedikit melegakan hati Eunhyuk. Perlahan wajah Donghae mendekati paras Hyukjae yang basah digenangi butiran asin bening produksi mata cantiknya. Hyukjae yang mengerti menutup kelopak matanya perlahan, bersiap menerima ciuman yang mungkin terakhir dari sang namja chingu tercintanya.
"Berjanjilah.."
Bisikan lembut Donghae tepat berada di telinganya, medayu lembut bersama desiran halus di dadanya.
"Tunggulah aku, Eunhyukkie.."
Senyum Donghae melebar mendapat anggukan kecil imut dari Eunhyuk. Kata katanya kembali dilanjutkan, "Aku berjanji akan menjemput mu.."
"Karena itu, tunggulah aku, Eunhyukkie."
Nafas hangat Donghae terasa di tengkuk leher Eunhyuk. Air mata kian membanjiri paras manisnya mendengar ucapan Donghae.
"Saranghae, Kim Hyukjae."
Dan kedua bibir itu bersentuhan, bertautan dengan lembut namun sarat akan kepercayaan dan kelegaan —tetapi tak luput dari sedihnya perpisahan—. Meski dadanya berdebar sesak, meski nafasnya sedikit tercekat nyeri namun senyum perpisahan terbaiklah yang ditunjukannya pada Donghae.
"Nado.. nado saranghae, Lee Donghae!"
Bunyi bel stasiun memutus dan membuyarkan sesi acara perpisahan dua namja yang saling mencintai itu. Kedua manik indah itu bertemu, saling menenggelamkan akal, fikiran dan ingatan masing masing di dalamnya.
Tak ada kata perpisahan. Ya, karena Kim Hyukjae tak berharap akan berpisah dengan sang terkasih Lee Donghae. Dan begitu pula Lee Donghae, dia tak membutuhkan kata kata perpisahan, karena dia yakin dapat kembali secepatnya untuk sang namja yang begitu dicintainya itu.
Senyum manis itu masih terukir di bibir plum Eunhyuk, mengantar sang terkasih dengan bermodalkan senyum manisnya.
Flash back off
x.x.x
x.x.x
Entah sudah berapa banyak air mata yang terbuang setiap kali pemilik nama lengkap Kim Hyukjae ini mengenang saat saat terakhirnya melihat wajah Lee Donghae tujuh tahun silam. Tak pernah ada surat mau pun kabar dari namja yang membawa segenap hati dan perasaannya itu. Begitu sesak rasanya sampai matanya terasa kering akibat terlalu banyak menangis.
"Hae-ah.."
Kata kata Lee Donghae selalu terngiang dalam fikirannya.
"Saranghae, Kim Hyukjae."
"Hae-ah.."
Terus teringat akan janji yang diikrarkan namja tampan bertubuh atletis pemilik marga Lee itu dalam hatinya.
"Aku berjanji akan menjemput mu.."
Tujuh tahun. Sudah tujuh tahun berlalu sejak kejadian itu. Dan sudah tujuh tahun juga tak pernah ada satu surat pun yang dikirim Hyukjae mendapat balasan barang satu kalimat saja.
"Hae-ah.."
Namja manis yang kini terdiam di depan jendela kamarnya itu terus menjalankan janjinya dulu. Janji untuk terus menunggu Lee Donghae.
Tapi, di manakah namja bernama Lee Donghae yang senantiasa ditunggunya selama tujuh tahun ini?
"Hae-ah.."
"Donghae-ah.."
Lirih panggilannya tak pernah mendapat balas seperti yang diharap.
'Saranghae..'
Terus menyimpan rasa selama tujuh tahun. Terus merindu selama tujuh tahun. Terus teringat padanya selama tujuh tahun. Terus meneteskan air mata selama tujuh tahun. Terus melihat bayangnya selama tujuh tahun. Terus dan terus begitu.
Tubuh ringkih itu bergetar. Bergetar menahan segala rasanya. Bergetar menahan semuanya. Setiap debarannya terasa menyesakan. Bibirnya terus menggumamkan satu nama yang sama.
"Hae-ah.."
Kedua tangannya memeluk tubuhnya sendiri. Dalam hatinya pun nama itu terus terulang, terus dipanggil, terus diingat, terus dikenang, terus, terus, terus dan terus menerus.
Seakan tak pernah lelah. Seolah itulah mantra yang akan mengembalikan Donghae-nya. Cintanya, hatinya, rasanya, hidupnya.
Nafasnya tak teratur. Dekapannya mengerat, lirih racauannya semakin menjadi. Pandangannya mengabur karena rintik air mata yang mengalir tanpa henti dari obsidian kembarnya. Dan tubuh kecil kurus nan ringkih itu limbung dan jatuh terkapar di lantai dengan nafas yang semakin cepat tak beraturan.
BRAK!
"HYUKKIE!"
Pintu kamar Eunhyuk yang terbuat dari kayu asli itu terbuka kasar, menampilkan sosok namja tinggi tegap yang langsung melangkah cepat menghampiri dan membopong tubuh kecilnya ke kasur sedangnya. Ya, namja ini memang ada di balik daun pintu kamar Eunhyuk sedari tadi. Menatap dari balik celah yang terbuka, memperhatikan namja manis berpipi tirus yang tengah terbaring dengan keringat bercucuran dan nafas yang tak teratur di kasurnya.
Dengan segera tangannya yang cekatan meraih air hangat dalam gelas yang ada di meja nakas Eunhyuk dan mengambil selembar sapu tangan dari sakunya, mengusap semua keringat Eunhyuk dan menuangkan sedikit air hangat itu ke sapu tangannya guna membuat kompres darurat untuk Eunhyuk. Tak lupa dia juga memanggil dokter yang memang sudah biasa merawat Eunhyuk.
Maniknya menatap khawatir penuh cemas pada namja manis bermarga Kim di sampingnya. Tangannya terulur membelai surai dan kening Eunhyuk lembut, penuh sayang.
"Hyukkie.." lirih suaranya terdengar pelan. Debaran dadanya terasa menyakitkan. Seperti luka sayatan yang direndam dalam asin air laut.
'Tak bisa kah kau melupakannya?' sorot mata itu menyayu meredup. Dalam hati mengutuki namja bernama Lee Donghae yang dengan tega dan egoisnya membuat Eunhyuk-nya sakit dan menderita selama bertahun tahun.
'Tak bisakah kau melupakan namja sialan itu, Hyukkie?' giginya bergemelutuk, menahan emosinya yang siap meledak kapan saja. Sesak dadanya menahan amarah yang kian menjadi setiap melihat Eunhyuk seperti ini.
Tangannya mengepal erat sampai perlahan buku buku jarinya memutih. Namja bernama Cho Kyuhyun itu melangkah menjauhi Eunhyuk. Berjalan ke arah daun pintu Eunhyuk yang terbuka lebar akibat dorongannya yang terlampau kuat tadi. Nafasnya memberat, dan kepalan tangan itu tersimpan rapi di saku celananya.
Sebelah tangannya menutup pelan pintu kamar Eunhyuk dan kakinya kembali melangkah menuju pintu depan. Bunyi bel rumah berdentang beberapa kali, menandakan sang dokter sudah hadir sesuai panggilannya. Dan daun pintu membuka perlahan, membuat sosok berwibawa sang dokter terlihat dan Kyuhyun pun mempersilahkan dokter bermarga Kim itu masuk.
"Dia ada di kamarnya." ucap Kyuhyun singkat. Sang dokter yang memang sudah mengerti dan terbiasa dengan sifat dan tingkah seenaknya Kyuhyun pun langsung melangkahkan kaki jenjangnya ke kamar Eunhyuk.
"Kau tidak ikut? Tak biasanya."
Bola mata Kyuhyun memutar bosan, "Kupikir kau tau di mana kamar Hyukjae."
Dokter berkepala besar itu mendegus mendengar ucapan ketus Kyuhyun, "Ya, aku tau di mana kamarnya. Jadi kurasa kau cukup diam di sana dan tak perlu menggangguku seperti biasanya."
Dan kini ganti Kyuhyun yang mendegus kesal, "Bersyukurlah kau dokter terbaik yang merawat Hyukkie, Yesung." Kaki kaki namja tampan itu melangkah santai mendahului sang dokter yang di panggilnya Yesung tadi, "Kalau kau butuh aku, aku ada di kamarku."
Ucapan seenak jidat Kyuhyun itu mengalun tanpa menoleh atau menghentikan langkah kaki jenjangnya. Kim Jongwoon yang akrab disapa Yesung itu hanya tertawa hambar sambil mendegus kecil melihat kelakuan Kyuhyun. Sambil menggeleng kecil dan menggumam yang tak perlu Yesung meneruskan langkahnya ke kamar Eunhyuk.
Dan selama Yesung mengecek kondisi dan keadaan Eunhyuk, mari kita lihat namja evil Cho Kyuhyun~
x.x
Setelah sampai di kamarnya yang tak terlalu luas itu Kyuhyun berjalan santai ke arah jendela kamarnya, menatap meja nakas di dekat kasurnya dan menoleh ke arah cermin yang berukuran lumayan besar di sisi ruangan yang lain, tepat di depannya. Matanya menangkap sosok bayangannya sendiri yang juga tengah balik menatapnya.
Senyum khas Cho Kyuhyun mengembang di bibirnya. Sesak di dadanya kembali terasa saat memori otaknya mengulang kejadian yang baru dilihatnya tadi. Perlahan, kepalan tangan yang bersembunyi di balik saku celananya kembali menampakan dirinya. Geram yang sedari tadi ditahannya kembali datang. Dan buku buku jari yang sudah memutih itu semakin bertaut erat, membuat kuku kukunya mulai terasa sedikit menggores telapak tangannya.
Desah nafasnya semakin memberat bersamaan dengan emosi yang kian meluap berkecamuk dalam batin dan hatinya. Gemelutuk gigi gigi putihnya terlihat saat seringaian bak iblis haus darah terlukis dalam bayangan yang terpantul di cermin besar di depannya. Pelan, suara langkah kaki yang berat terdengar sedikit menggema di kamarnya.
Kyuhyun menatap benci pada bayangannya sendiri di cermin. Kepalan tangannya semakin mengerat, buku buku jarinya kian memutih dan tetes tetes darah hangat sedikit terasa di kulit sensitif telapak tangannya.
DRUAK!
Bunyi berdebam terdengar bersamaan dengan jatuhnya beberapa serpihan semen tembok yang sedikit berlubang dan retak.
"Lee Donghae." Gumaman samar terdengar dan aura kelam yang sempat menguar dari tubuh Kyuhyun perlahan menghilang disapu angin.
'Akan kubuat wajahmu seperti tembok ini.' Lanjut Kyuhyun dalam hati.
x.x.x
"Bagaimana keadaan Hyukjae?"
Yesung menoleh ke arah sumber suara baritone yang sudah cukup dikenalnya itu, "Dia terlalu banyak fikiran. Biarkan dia beristirahat dulu."
"Hn. Baiklah." melihat Yesung yang sudah selesai dengan tugasnya Kyuhyun pun berniat membukakan pintu untuk mengantar–mengusir–nya keluar.
"Resep obatnya sudah kuberikan, kan? Kalau-kalau kau lupa, itu ada di atas meja sana." ucap Yesung sambil menunjuk meja di depannya dan berdiri, bersiap siap kembali ke rumah sakit.
"Ne. Aku tau, kepala helm."
Kendutan urat jengkel mencuat di dahi Yesung. Mata sipitnya melirik tajam namja bermarga Cho di sampingnya itu, "Setidaknya berkat aku Hyukkie-mu bisa lebih baik."
Kyuhyun mendegus meremehkan, "Heh, kupikir masih ada dokter lain yang membantu."
Yesung menoleh ke arah sumber suara menyebalkan itu, "Ya, tapi mereka menyerah tentangmu."
Blam!
Dan pintu rumah bercat coklat itu menutup keras dengan tak sopannya tepat di depan wajah Yesung yang sedang mendegus dan menyeringai kecil, puas atas kemenangan tak pentingnya dalam adu mulut dengan cabai iblis Cho Kyuhyun.
Sedangkan namja yang dengan tidak sopannya menutup pintu asli kayu besi itu sedang berdecak kesal dan mendecih bergumam merutuki namja jangkung yang berprofesi sebagai dokter itu. Langkahya terus berlanjut menuju kamar Eunhyuk. Yah, memang letak kamar mereka tak terlalu jauh. Namun jarak antara mereka yang jauh.
Kyuhyun menghela nafas kecil. Sedikit lelah dengan kelakuan namja yang tinggal seatap dengannya ini. Ayolah, memang mereka hanya sebatas teman seatap. Tapi, tak bisakah Hyukjae sadari bahwa–
Ah, jangan diteruskan. Mari kita lihat lagi keadaan namja manis pewaris marga Kim yang sedang terlelap di tempat tidurnya yang nyaman.
"Hyukkie.." lirih Kyuhyun menyebut nama namja manis yang sedang berlayar di alam mimpinya.
Menghela nafas, Kyuhyun memposisikan diri duduk di samping Eunhyuk. Matanya menatap sayu pada namja yang diam diam diperhatikannya ini.
'Menyedihkan.' batin Kyuhyun dengan nada sarkastik yang kentara.
Ya, menyedihkan kan, Cho Kyuhyun?
Menyedihkan. Ya, menyedihkan kau hanya bisa menatapnya seharian –dari balik celah pintu atau pun jarak jauh–, memasakan sesuatu yang mungkin bisa dipakai untuk mengisi perut namja di sampingmu, atau membelikannya makanan, mencarikan obat untuknya, dan hal hal lain yang kau yakin mungkin tak direspon olehnya.
Yah, setidaknya saat dipanggil namanya, namja bernama Kim Hyukjae itu masih menoleh meski jarang sekali merespon balik lebih. Kyuhyun menatap bubur yang nampak sudah mendingin di atas meja nakas Eunhyuk. Menghela nafas sekali lagi, tangannya terangkat untuk menyentuh atau menepuk pelan pundak Eunhyuk. Berniat membangunkan namja itu, menyuruhnya makan barang sesuap saja.
Tepat dua senti dari tubuh Eunhyuk, tangan besar Kyuhyun berhenti bergerak, mengurungkan niatnya. Tangannya berangsur menjauh dari tubuh Eunhyuk, mengepal cepat dan helaan nafas berat Kyuhyun kembali mengalun.
'Tak bisakah kau menatapku?'
Miris. Yaa itu kata yang tepat untukmu, Cho. Mirisnya kau hanya bisa menyimpan rapat rapat, menutupnya rapi, mengemasnya dalam sikap, sifat dan tingkah lakumu. Tanpa bisa mengungkapkannya, karena hal itu terhalang perasaan Hyukkie-mu.
"Hyukjae.." panggil Kyuhyun pelan. Antara iya dan tidak untuk membangunkan namja sang pemilik nama.
Hening beberapa saat. Merasa tak mendapat jawaban, Kyuhyun bangkit berdiri. Hendak meninggalkan sejenak kamar Eunhyuk dan membawakannya bubur hangat baru.
Tap
"Jangan tinggalkan aku.."
Langkah Kyuhyun terhenti dan matanya membulat mendengar ucapan spontan Eunhyuk. Belum lagi ditambah tangannya yang ditahan jemari lentik Eunhyuk. Kepalanya menoleh, mengambil satu langkah, hendak berbalik kembali menemani Eunhyuk.
"Hae.."
Deg.
'Bahkan dalam mimpi, kau masih menyebut namanya, Hyukkie.'
Senyum pahit tak dapat menghindar untuk ambil bagian menghiasi wajah Kyuhyun. Gurat gurat ekspresi yang tak tergambarkan membuat paras sempurnanya yang selalu dipuja puja banyak yeoja nampak begitu—
'Menyedihkan.'
Dan dengan terpaksa Kyuhyun melepaskan tautan tangan Eunhyuk pada tangannya. Meletakan tangan kecil berjari lentik itu di sisi tubuh sang pemilik marga Kim. Lalu bergegas meninggalkan kamar yang tak terlalu luas itu. Meninggalkan Eunhyuk sendirian di sana.
Sreett..
"Hhhh.."
Tubuh tegap Kyuhyun merosot perlahan dan terduduk dengan lutut terlipat di depan dadanya. Seluruh tubuhnya terasa lemas, sampai sampai kedua kaki jenjangnya tak mampu menopang berat tubuhnya. Tangannya lemas tak bertenaga, terkulai di atas kedua lututnya yang merapat.
"Hhhh.."
Senyum pahit kembali bersarang di bibir Kyuhyun. Kepalanya menengadah ke atas, menatap langit langit dengan pandangan kosong. Sesulit itu kah?
'Sesulit itu kah kau melupakan namja sialan itu, Hyukkie?'
Giginya bergemeletuk menahan gejolak perasaannya. Tengkuk lehernya terasa lemas. Senyum miris tersungging di bibirnya.
"Menyedihkan.." gumam Kyuhyun bersamaan dengan kepalanya yang tertunduk dalam di antara kedua lutut dan dadanya. Menyembunyikan paras berantakannya dari apa pun dan siapa pun.
'Ya, kau menyedihkan Cho Kyuhyun..'
TBC
Okee gimana pendapat kalian semua chigu/eon/minna?
Mian ini pendek~ masih dalam rangka coba-coba bikin HaeHyuk meski cuma dibagian sejenis flash back~ soal KyuHyuk-nya juga masih bayang-bayang~ #dibantai
Gimanaa? Manis kah adegan HaeHyuk-nya? Atau malah kurang sreg? Yaa.. ini emang HaeHyuk pertamaku ^^a
Okee, RnR + RnL+C yaa chingudeul, eondeul minna-saann~
Aiyaa~ FF ini bisa dianggep sebagai permintaan maaf Zaky karena telat buanget up date "Me Chapter 13" TwT)v
Salam manis,
ZUM
