"Hei Baekhyun".

"Hei Kyungs. Bagaimana keadaanmu?".

"Aku baik".

"Bagus. Lalu Emmoni?".

"Eomma juga baik".

"Syukurlah. Aku sangat cemas pada Eommoni. Aku juga sedih, kau tahu, dan cemas setelah mendengar kabar darimu….. Apa yang akan kau lakukan sekarang?".

"Aku tidak tahu Baek….. Aku merasa sangat kosong sekarang…..".

"Baiklah. Kalau begitu aku akan menutup telpon. Suaramu terdengar lelah, aku yakin kau butuh istirahat. Aku akan meneleponmu lagi besok. Dan jika kau perlu sesuatu, jangan sungkan untuk menghubungiku Kyungs".

"Aku tahu. Terima kasih Baek. Kau teman terbaik".

"Kaulah teman terbaikku Kyungs. Selamat tidur".

Kyungsoo diam-diam menangis di tengah kegelapan kamar. Air mata membasahi bantal yang sedang dipakai untuk merebahkan kepala. Sekarang bahkan bukan malam hari, tapi dia memilih menutup tirai, mengurung diri di dalam kamar yang akan di tempati untuk terakhir kalinya.

Kyungsoo menyayangi kamarnya. Dia sudah menempati kamar ini sejak dia berumur dua tahun. Sudah dua puluh tiga tahun lamanya dan dia tidak percaya ini akan segera berakhir.

Ini salah dia. Jika saja seandainya dia cukup pintar dan lihai, dia tidak akan kehilangan kamar dan rumah keluarganya. Ini salah dia telah memaksakan kehendak untuk mengikuti mimpinya kuliah di jurusan musik, bukan bisnis seperti pilihan Appa.

Namun Appa mendukung pilihan Kyungsoo. Mereka membicarakan baik-baik keputusan Kyungsoo beserta konsekuensi yang akan dihadapi. Appa bilang akan

mencari asisten yang dapat dipercaya atau penerus lain atau menjual perusahaan dan uangnya dapat digunakan untuk masa depan kedua orang tua Kyungsoo.

Tapi sungguh tidak terduga tiba-tiba saja Appa meninggal dunia tanpa sempat mempersiapkan surat warisan. Kecelakaan mobil. Siapa yang menduga kalau Appa yang sehat dapat pergi dengan cara seperti itu.

Kyungsoo sebagai anak tunggal dituntut untuk melanjutkan kewajiban Appa dalam mengelola perusahaan asuransi milik keluarga. Kyungsoo yang nihil tentang bisnis dan keuangan berusaha semampunya memimpin perusahaan.

Tapi tingkat kematian dan penyakit meningkat akibat bencana alam. Bursa saham juga tidak berjalan bagus. Ini semua mengakibatkan perusahaan yang dipimpin Kyungsoo selama dua tahun harus berakhir buruk dengan penyitaan dari bank akibat hutang yang menumpuk.

Tidak hanya kehilangan perusahaan, rumah dan mobil sport kesayangan Kyungsoo terpaksa harus dijual untuk membiayai keluarga. Dengan uang seadanya, mungkin hanya bisa bertahan selama empat tahun jika mereka hidup dengan sangat hemat.

Kyungsoo menyayangi mobil sport yang sudah bersama dengannya sejak kuliah, tepatnya sudah tujuh tahun lamanya dia mengedarai mobil itu. Mobil sport warna merah merk Audi. Banyak kenangan yang telah dilaluinya bersama mobil itu.

Yang paling dia ingat yaitu saat dia melakukan sex di kursi belakang mobil sport miliknya, dengan pacarnya saat kuliah dulu.

Dulu mengartikan kalau mereka sudah berpisah. Mereka putus tiga tahun yang lalu. Setelah Kyungsoo lulus dan mulai kerja di sebuah agensi di bagian musik, Kyungsoo menjadi sangat sibuk. Mereka berakhir karena tidak ada waktu yang dapat mereka luangkan untuk bersama.

Tapi Kyungsoo tidak memungkiri kalau dia masih mencintai sang mantan kekasih. Pria itu adalah yang pertama bagi Kyungsoo dalam segalanya. Cinta pertama, pacar pertama, ciuman pertama dan sex pertama. Bahkan hampir semua tempat memiliki kenangan bersama sang mantan, hingga Kyungsoo tidak bisa berhenti untuk tidak teringat masa lalu. Hubungan yang dijalani empat tahun sudah pasti meninggalkan banyak kenangan.

Kyungsoo bahkan masih menyimpan semua barang pemberian mantan, foto-foto, tiket nonton, bon belanja, bon restoran, resep masakan dari Eomma sang mantan yang menjelaskan cara membuat makanan favorit sang pacar, baju pasangan mereka, bungkus kondom saat pertama kali mereka bercinta, dan berbagai macam lainnya. Kyungsoo menyimpan semuanya dalam sebuah kotak besar dan kotak tersebut terus dibawanya, meski dia akan tinggal di rumah kecil nanti setelah mereka pindah.

Kyungsoo selalu merindukan sang mantan dan saat ini dia sangat ingin bertemu. Dulu jika dia merasa sedih, sang pacar akan langsung menghibur dia. Sangat disesalkan setelah putus mereka tidak pernah bertemu dan berhubungan lagi. Mereka benar-benar berpisah seperti mereka tidak pernah menjalin hubungan sebelumnya, seperti dua orang yang tidak pernah saling mengenal.

Sebuah telpon masuk ke ponsel Kyungsoo. Dia mengambil ponsel, segera menghapus air mata setelah melihat nama Eomma pada layar.

"Ya, Eomma?".

"….. apa kamu sedang menangis Nak?".

"Tidak".

"….. begitu. Maukah kamu turun? Ada yang ingin Eomma bicarakan".

"Baik. Tunggu sebentar".

Kyungsoo pergi ke kamar mandi untuk mencuci wajah guna menghilangkan sembab. Dia tidak berhasil mengelabui Eomma. Beliau telah mengetahui kalau Kyungsoo tadi menangis. Setidaknya dia perlu menunjukkan wajah yang segar agar kekhawatiran Eomma memudar.

Eomma sedang menderita sakit tua. Eomma mudah kecapekan, lemas, mudah demam, bahkan tidak bisa naik tangga rumah mereka. Kyungsoo tidak ingin membuat Eomma khawatir dan memperburuk keadaan beliau.

Kyungsoo turun ke lantai bawah. Dia melihat Eomma sedang duduk di sofa ruang keluarga. Wajah beliau terlihat lebih lesu dan pucat dari sebelumnya.

Kyungsoo menghampiri. "Eomma. Kenapa tidak tidur di kamar?".

Eomma tersenyum lelah. "Aku tidak bisa".

"Kenapa?".

"Eomma…. Eomma sedang memikirkan sesuatu".

Kyungsoo menghela napas. Mereka baru saja membicarakan masalah ini kemarin. "Eomma. Sudah kubilang kan, Eomma tidak perlu memikirkan masalah keluarga kita? Aku akan mengurus semuanya".

Eomma menggeleng. "Bukan itu yang kupikirkan. Aku memikirkanmu, Kyungsoo".

Kyungsoo duduk di samping Eomma. "Aku? Kenapa dengan aku? Aku baik-baik saja".

Eomma menatap ke arah putra semata wayang. Eomma seperti mencoba membaca pikiran Kyungsoo, ingin menemukan sesuatu di dalamnya. Beliau berhasil, tetapi dia menyadari kalau hal ini sangat berat. Eomma menggeleng lagi, lalu menundukkan kepala.

Ini membuat Kyungsoo cemas. "Eomma, ada apa sebenarnya?",

"Kyungsoo….." lalu berhenti. Eomma terdiam cukup lama. Beliau menghirup napas dalam-dalam sebelum melanjutkan dengan tergesa-gesa, "Kyungsoo….. Eomma tahu kamu memikirkan masalah keluarga kita. Tidak usah berbohong. Eomma tahu kamu panik, dan juga Eomma sedang sakit, dan Kyungsoo…." Eomma menatapnya kembali. "…..ada cara yang bisa kamu lakukan untuk menolong kita…..".

Mata Kyungsoo melebar. "Apa itu Eomma? Apa yang dapat kulakukan? Aku akan melakukan apapun!". Harapan Kyungsoo naik.

"Ada….. ada seorang pria datang ke rumah kemarin, saat kamu pergi ke bank…..Dia bilang, dia akan menolong kita. Dia akan membiayai untuk seumur hidup kita".

Kyungsoo curiga. "Itu….. berlebihan... apa….. apa dia minta sesuatu dari kita?".

"Iya…..".

Benar dugaan Kyungsoo. Tidak mungkin ada orang sebaik itu tanpa maksud tertentu. Tapi jika dia bersedia membiayai seumur hidup….. "Apa yang dimintanya hingga dia berani memberi penawaran seperti itu Eomma?",

"Dia minta…..". Mendadak Eomma menangis. Kyungsoo punya perasaan tidak enak mengenai hal ini.

Kyungsoo memeluk Eomma. Menepuk-nepuk punggung beliau untuk memberi kekuatan, untuk menyampaikan kalau tidak apa-apa, Kyungsoo ada disini. Kyungsoo akan kuat mendengar apapun jawaban dari Eomma.

"Dia minta….. jadi bagian keluarga kita. Dia minta izin untuk….. menikahimu, Kyungsoo".

Jiwa Kyungsoo serasa lepas dari tubuh. Jantungnya sakit akibat shock yang dialaminya. Hidupnya terasa runtuh seketika dan dia serasa mati.

Kyungsoo….. dia….. dia tidak tahu harus bagaimana.

Menyadari Kyungsoo yang terdiam, tangisan Eomma menjadi. Dia merasa sangat bersalah pada sang putra. Eomma melihat Kyungsoo dengan penuh permohonan.

"Eomma minta maaf Kyungsoo! Sungguh, sungguh minta maaf! Eomma tidak memberi jawaban apapun! Eomma bilang semua keputusan ada samamu! Eomma tidak bohong!".

Kyungsoo tersadar setelah mendengar suara histeris dari Eomma. Dia kembali memeluk Eomma yang menangis di dadanya.

Kyungsoo berpikir. Dia memang bilang dia akan melakukan apapun. Tapi jika dia harus menjadi seorang suami dari pria tidak dikenal….. itu sangat berat. Dan lagi, dia masih mencintai orang lain.

"Kenapa aku, Eomma? Kenapa dia memilih aku?" tanya Kyungsoo nanar.

"Dia bilang, dia mendengar kabar tentangmu, tentang keluarga kita, tentang perusahaan kita, dan dia ingin menolong. Dia tidak punya keluarga. Eommanya, satu-satu keluarga yang dimiliki, meninggal dua tahun lalu. Dia sendirian. Dia menginginkan pasangan hidup. Dan dia memilihmu…..".

"Tapi, kenapa aku? Kenapa aku, seorang pria? Dia bisa memilih seorang perempuan, yang sangat cantik di negeri ini. Dengan kekayaan yang dia miliki, aku yakin semua perempuan akan jatuh hati padanya".

"Dia gay. Sama sepertimu. Dia bilang sulit menemukan pria gay yang sesuai dengan kriteria dia. Dia tahu banyak tentang dirimu. Dia tahu kalau kamu bisa mengandung. Dia tahu gelarmu. Yang paling utama, dia tahu kamu bisa memasak. Dia bilang dia makan dengan lahap, karena itu dia butuh seorang pria yang pandai memasak. Dia memilihmu dan bersedia menolong kita".

Kyungsoo sungguh kebingungan. Apa yang harus dilakukannya? Pria ini sepertinya terdengar cukup baik. Dia menginginkan keluarga dan meminta izin menikahinya. Itu hal yang sopan. Kyungsoo yakin pria itu tidak jahat, dia hanya kesepian, sama sepertinya dirinya sendiri.

Bedanya hanya Kyungsoo telah mencintai orang lain. Sementara pria itu, calon suaminya, tidak diketahui apakah ada orang lain atau tidak di dalam hatinya.

Kyungsoo sudah berusaha membuka hatinya untuk orang lain. Tapi selalu gagal. Dulu saat dia masih bekerja sebagai pencipta lagu, Kyungsoo membuat lagu untuk seorang penyanyi pendatang baru. Lagu itu sukses yang menaikkan nama penyanyi tersebut dan Kyungsoo meraih keuntungan besar. Tetapi keuntungan itu telah habis untuk perusahaan.

Merasa bersyukur, penyanyi tersebut mengajaknya berpacaran. Dia bilang karena mereka sering bertemu dan mengobrol saat membuat lagu bersama, membuat dia jatuh cinta pada Kyungsoo. Penyanyi itu tidak ingin hanya terlibat dalam pekerjaan tetapi juga asmara. Kyungsoo memang bilang dia berusaha membuka hati untuk orang lain, tapi dia menolak karena sudah menganggap si penyanyi sebagai partner kerja.

"Dia bilang dia akan memberikan Eomma sebuah rumah luas tanpa lantai dua. Dia akan menyewa seorang suster untuk menjaga Eomma sementara kamu tinggal di rumahnya, sebagai suaminya. Dia juga akan membiayai segala pengobatan Eomma dan biaya hidup sehari-hari. Karena dia telah kehilangan Eommanya, dia tidak mau kehilangan mertuanya".

Setelah mengetahui betapa baik calon suaminya dan betapa dermawan, masih bisakah Kyungsoo menolak di saat hidup dia dan Eomma genting seperti ini?

"Eomma tahu, kamu masih mencintai mantanmu…..".

Kyungsoo melirik heran. Bagaimana Eomma bisa tahu?

"Tapi kamu tahu Kyungsoo, kamu tidak bisa terus terjebak masa lalu. Kamu harus bangkit. Meski tidak dengan cara pernikahan paksa seperti ini, setidaknya kamu harus tetap memiliki seseorang. Eomma tidak selamanya bisa bersamamu….. Jika Eomma harus pergi, maka kamu…..".

"Eomma. Jangan berkata seperti itu. Eomma tidak akan pergi, tidak sekarang….. Eomma akan pergi setelah Eomma benar-benar telah bahagia…. Setelah Eomma melihat pernikahan cucu Eomma…..".

Eomma melepaskan pelukan. Wajah Eomma terlihat kebingungan.

Kyungsoo tersenyum simpul. "Aku akan menikah….. dengan pria yang bersedia menolong Eomma….. Aku akan menikah….." ucap Kyungsoo meyakinkan dirinya sendiri.

"Kamu yakin, Kyungsoo? Kamu….. kamu….. Jangan sampai kamu menyesal Nak".

"Aku tidak akan menyesal. Aku membentuk sebuah keluarga. Bagaimana mungkin aku akan menyesal?".

"Kamu tidak mencintainya…..".

"Cinta akan datang dengan sendirinya. Aku yakin itu. Cinta akan datang dengan sendirinya…..".

Meski dalam hati Kyungsoo tidak benar-benar yakin.

"Kamu benar-benar yakin? Jika iya, kamu akan menikah besok….Kalian tidak akan bikin pesta. Hanya mencatat nama di kantor sipil…..".

Oke, mereka menikah semudah itu.

"Tidak apa-apa. Lagipula dengan keadaan seperti ini, aku juga akan merasa tidak nyaman jika kita membuat pesta. Tidak apa-apa Eomma. Tidak apa-apa".

Kyungsoo menepuk kembali punggung Eomma. Jika Eomma yakin kalau calon suaminya baik, maka Kyungsoo juga yakin. Dia yakin perkataan Eomma akan menjadi sebuah kebaikan.

Dia akan menikah. Besok.

Tidak apa-apa. Semua akan baik-baik saja. Dia yakin itu.

Kyungsoo mengenakan blazer hitam dengan dalaman kemeja putih. Dia memakai celana kain hitam dan sepatu pentofel. Dia juga menyemprotkan sedikit parfum. Dia memang tidak mengadakan pesta, tapi setidaknya dia harus tampil menarik di hari pernikahan, meski hanya di kantor sipil.

Kyungsoo membolak-balik badan di depan cermin. Memastikan dia sudah terlihat rapi. Kyungsoo menatap dirinya sendiri sambil dia menarik napas dalam-dalam

Saat Kyungsoo turun ke bawah, dia melihat Eomma telah menunggunya di bawah tangga. Beliau mengenakan gaun selutut berwarna kuning dan rambut disanggul.

Eomma menyapukan bedak tipis pada wajah untuk menutupi wajah pucat, tapi tetap saja beliau masih terlihat pucat. Dan meski sederhana, bagi Kyungsoo Eomma tampak sangat anggun.

"Kamu siap Kyungsoo?".

Siap tak siap, dia tetap akan melakukan pernikahan ini.

"Iya Eomma".

"Kalau begitu kita pergi sekarang. Ada supir yang telah menunggu di luar".

Oh. Baik sekali calon suaminya mengantarkan jemputan bagi mereka. Mungkin dia takut Kyungsoo melarikan diri?

Kyungsoo segera menepis pikiran jahatnya. Dia tidak boleh begini. Ini adalah calon suaminya. Dia tidak boleh berpikiran buruk terus-menerus.

Kyungsoo berpikir, jika seandainya dia dan mantannya tidak putus, bagaimana mereka sekarang? Apa mereka akan menikah? Apa pesta pernikahan mereka akan meriah dengan dihadiri para kerabat?

Mungkin saja mereka akan berdiri di pelaminan, menari di tengah kerumunan orang dan menjadi pusat perhatian, memakan kue pernikahan, bersulang wine, menyalam para tamu, terlihat bahagia….. mungkin…..

"Kyungsoo, kita sampai" Eomma bersuara tiba-tiba.

Sudah sampai? Bukankah dia sedang berada di pesta pernikahan dia dengan sang pacar garis miring mantan?

Oh, dia hanya berkhayal yang terasa seperti nyata tadi.

Kyungsoo turun dari mobil. Dia menggandeng Eomma masuk ke dalam kantor sipil bagian pencatatan pernikahan. Kyungsoo tidak bisa lari lagi sekarang. Dia sudah di ujung.

"Itu dia calon suamimu Kyungsoo".

Kyungsoo mengikuti arah jari telunjuk Eomma. Seorang pria tinggi dengan bahu lebar baru saja membalikkan badan melihat kepada mereka berdua.

Kyungsoo menarik napas tertahan. Dia tidak percaya kalau calon suaminya sangat sialan sangat tampan bagaikan seorang idola! Sebelumnya dia bahkan tidak menebak-nebak bagaimana wajah sang calon suami!

Kyungsoo dan Eomma berjalan mendekat. Mata Kyungsoo tidak lepas menatap kepada si pria.

Kulitnya berwarna cokelat sehat bagai dicium sinar matahari. Rambutnya lurus dan tertata terlihat berotot. Semua yang ada pada calon suaminya menjeritkan satu kata yaitu seksi.

Dia mengenakan jas hitam panjang selutut yang sangat pas membungkus tubuh panjangnya. Dalaman kemeja putih. Celana kain dan sepatu pantofel hitam.

Mereka tidak berjanji, tapi entah bagaimana pakaian keduanya hampir sama, beda di jas dan blazer saja. Mereka seperti pasangan yang telah lama bersama, mungkin begitu pikiran orang di sekitar yang melihat mereka.

"Annyeonghaseyo Eommonim. Bagaimana kabar Anda? Anda sehat?".

Eomma tersenyum pada sapaan sopan tersebut."Saya merasa sangat sehat di hari pernikahan putra tunggal saya, Kim Jongin-ssi".

"Tolong, berhenti memanggil saya dengan resmi. Saya akan menjadi menantu Anda. Cukup panggil nama saya atau Jong-sabang".

"Jong-sabang, sangat cocok".

Eomma melirik Kyungsoo yang dari tadi masih terdiam. Eomma bingung melihat Kyungsoo yang terus terpaku menatap calon suaminya. Eomma tidak yakin bisa mengatakan apakah Kyungsoo sedang jatuh cinta atau tidak.

"Kyungsoo, ini calon suamimu. Namanya Kim Jongin".

Tangan Kyungsoo bergerak sendiri "Senang berjumpa denganmu. Aku Do Kyungsoo", tetapi matanya tidak lepas dari Jongin.

Jongin tersenyum kecil, membalas uluran. "Hai Do Kyungsoo. Aku harap kau telah siap menjadi suamiku. Mengurus hidupku untuk sisa waktu ke depan. Bersama denganku selamanya".

"Aku siap" jawab Kyungsoo cepat. Dia tidak mengerti kenapa.

Dengan mencatatkan nama, tanda tangan, dan tanda tangan dari saksi, mereka resmi menikah.

TBC

Follow my twitter : justhanafiction

Follow my Ig : justhanafiction

Wish you have a happy life everyday!