Hitam dan merah. Semua bunga yang berada di sekitar Wonwoo hanya punya dua warna. Sebelah kanannya berwarna hitam dan sebelah kirinya berwarna merah, Wonwoo yakin bunga-bunga ini berjenis sama. Mawar. Wonwoo kemudian mendongak melihat langit yang berwarna biru tanpa awan. Wonwoo menutup matanya ketika merasakan angin berhembus menerpa wajah tampannya tapi, angin yang tadinya berhembus dengan lembut itu berubah menjadi angin yang membawa hawa dingin yang bahkan langsung membuat tubuh Wonwoo menggigil. Wonwoo kemudian merasakan tetesan air mulai membasahi wajahnya hingga ia akhirnya menunduk lalu memperhatikan sekitar. Bunga-bunga itu mulai berterbangan dan baru Wonwoo sadar bunga itu berduri, duri bunga mawar itu menggores pipi kanan Wonwoo ketika terbang. Dengan refleks Wonwoo menyentuh wajahnya tapi, sesuatu menarik tangan Wonwoo hingga ia tidak bisa bergerak. Mata Wonwoo melotot ketika mendapati dirinya terikat oleh rantai dan akar berduri, Wonwoo hendak melepaskan diri tapi ketika ia menggerakan tubuhnya duri-duri dan rantai itu melukai tubuhnya. Wonwoo ingin berteriak tapi, sesuatu seperti telapak tangan menutup mulut juga matanya.
Suara Wonwoo seperti hilang hanya karena seseorang menutup mulutnya, ia tidak bisa melihat apapun dan hanya merasakan sebuah terpaan hangat tepat di telinga kirinya dan juga leher sebelah kanannya.
"Wonwoo apa kau akan pergi lagi?" tanya seseorang dengan nada sedih, Wonwoo terlonjak kaget ketika ia merasakan lehernya basah dan hangat. Seperti sesuatu tengah menjilat lehernya dan kemudian mengecupnya lembut.
"Wonwoo apa kau bersembunyi lagi?" tanya seseorang kali ini suaranya berbeda. Di sela-sela 'kebutaannya' Wonwoo yakin ada dua orang di sisi kanan dan kirinya yang sekarang tengah memeluknya dari belakang. Meskipun tidak melihatnya Wonwoo merasa suara dan sentuhan mereka tidak asing. Tapi siapa?
"Wonwoo apa kau ingin meninggalkanku lagi?" Wonwoo mengerutkan keningnya ketika merasakan sesuatu yang hangat merayap masuk ke kemeja putih yang ia pakai dan mengelus perut datarnya.
"Wonwoo apa kau ingin membunuhku lagi?" Wonwoo terlonjak kaget ketika merasakan sakit di leher dimana orang itu tadi menjilat dan menciumnya, ia mengerang tertahan ketika merasakan lehernya digigit dan kemudian di jilat. Wonwoo yakin lehernya terluka dan berdarah sekarang.
"Wonwoo meskipun kau sudah mati ribuan tahun pun aku akan menemukanmu…"
"Wonwoo meskipun dirimu terlahir dengan wujud atau rupa yang berbeda pun aku tidak akan melepaskanmu…"
"Wonwoo kau ini milikku."
Paralyzed by Bola Salju
Main Cast: Seventeen Mingyu x Wonwoo x Jeonghan
Other Cast: ?
Genre: Drama, Romance, Psycho, Mystery, Action, Hurt.
Rating: EhemM!
Warning! Yaoi, Boys Love, Shounen-Ai, Obsessive, Possesive, BDSM, DeathChara, Rape, OOC, Typos.
ALERT! BAGI ANAK DIBAWAH UMUR DAN TIDAK KUAT IMAN SILAHKAN TINGGALKAN HALAMAN INI DENGAN DAMAI!
A/N: Semua cast milik tuhan, keluarga juga agensi mereka, plot cerita milik author.
#Chapter 1
Wonwoo membuka matanya ketika tubuhnya terasa diguncang dan namanya dipanggil berulang kali. Mulutnya terbuka dan nafasnya terengah-engah, ketika ia terbangun hal yang pertama dilihatnya adalah seorang wanita paruh baya yang menatapnya dengan sangat khawatir Wonwoo bahkan bisa melihat air mata yang menggenang di pelupuk matanya. Perlahan Wonwoo mengulurkan tangannya untuk menghapus air mata wanita yang sangat ia sayang itu.
"Apa aku sudah terlihat seperti Edward Cullen yang meninggalkan Bella di hutan eomma?" tanya Wonwoo dengan suara parau khas orang bangun tidur, seolah tersadar eomma Wonwoo memukul kepala Wonwoo pelan.
"Edward lebih tampan darimu, sudah eomma bilang untuk tidak ikut appamu bekerja. Lihat dirimu sekarang tidur dengan berteriak-teriak dan sulit sekali dibangunkan kau ingin membuat eommamu ini mati khawatir Jeon Wonwoo?!" omel eomma Wonwoo, Wonwoo mendengus dan kemudian melihat segelas air yang berada di meja belajarnya dan langsung menunjuknya. Eomma Wonwoo menoleh lalu memberikannya pada Wonwoo.
"Tapi eomma, siapa yang tidak bangga punya seorang appa yang bekerja sebagai detektif. Itu pekerjaan kerennn…." Puji Wonwoo yang langsung di balas desisan eommanya.
"Appamu itu hanya kepala kepolisian bukan detektif, appamu itu memang senang membantu orang lain dan mencari tahu apa saja yang tidak ia tahu. Appamu itu sok tahu makanya ia ingin membuktikan pada eommamu kalau ia tahu segala hal. Itu sebabnya ia mengatakan padamu kalau ia seorang detektif," jelas eomma Wonwoo dengan wajah tidak terima. Wonwoo hanya mengangguk-ngangguk dan menghela nafas lega ketika sudah meminum habis air putih yang eommanya bawakan untuknya.
"Tujuh dari sepuluh kasus yang ia tangani semua berhasil terpecahkan dalam waktu singkat dengan sempurna, appa memang hebat!" puji Wonwoo lagi sambil menunjukkan ibu jarinya di depan eommanya yang langsung di tepisnya.
"Puji terus appamu itu, lagipula masih ada tiga kasus yang belum ia selesaikan apanya yang hebat?"
"Itu karena kasus itu sudah ditutup sebelum appa memecahkannya…" tandas Wonwoo, eomma Wonwoo hanya menggelengkan kepalanya dan beranjak pergi.
"Berdoa sebelum tidur dan jangan lupa untuk menyalakan acmu, suhu panas bisa membuatmu mimpi buruk lagi…" ujar eomma Wonwoo sebelum menutup pintu kamar Wonwoo.
"Baik, dokter." Jawab Wonwoo sambil menyalakan acnya dan mencoba mencari posisi yang nyaman untuk kembali tidur. Tapi kemudian, Wonwoo menyerah dan akhirnya terlentang menatap atap kamarnya yang berwarna biru tua dengan ornamen bintang-bintang yang bersinar di kegelapan.
"Aku hanya ingat bunga, apa karena aku selalu membantu eomma menanam bunga di halaman depan? Mungkin aku harus kabur kalau eomma memintaku menyiram dan mengganti pupuk besok…" gumam Wonwoo dan mengangguk-angguk pelan. Tanpa sadar matanya kembali menutup dan ia pun kembali tertidur, beruntung ia tidak memimpikan apapun kali ini hanya saja ia bisa mencium wangi bunga mawar di mimpinya.
.
.
.
Malam itu salju turun dan membawa hembusan angin berhawa dingin. Tapi meskipun begitu, tidak menyurutkan seorang pria tinggi berpakain serba hitam dengan wajah tampannya untuk melaksanakan tugasnya. Ia memasuki sebuah bar di Seoul. Dengan bangunan seperti kapal pesiar dengan lampu berwarna putih dan papan nama besar bertuliskan PARADISE CLUB. Ketika ia masuk dentuman suara yang dimainkan DJ memekikan telinganya, ia bahkan mengerutkan keningnya karena suara bising dari speaker besar dan para pengunjung yang tertawa atau berteriak kegirangan. Mata hitam memperhatikan sekitar melihat bagaimana lautan manusia itu menari dan bersenang-senang dengan sebotol minuman keras di tangan mereka.
"Oppa apa kau sendirian? Mau main bersama kami?" tanya seorang gadis cantik yang memakai rok mini sambil menggelayut manja di lengan pria itu. Pria itu hanya meliriknya sekilas sebelum ia menyeringai ketika ia melihat seseorang di tengah-tengah lautan manusia itu.
"Tentu tapi nanti di kehidupan berikutnya." Ujarnya dan menodongkan pistol yang ia keluarkan dari saku celananya ke arah kening gadis itu, pistol itu menggunakan peredam suara dan pria itu dengan mudah pergi meninggalkan gadis cantik itu terkapar dengan darah yang mulai mengalir deras dan membasahi lantai yang berwarna hitam itu.
Pria itu memasang earset tanpa kabelnya di telinga kirinya sambil berjalan ke tengah-tengah kerumunan. Dengan gerakan cepat ia melepaskan alat peredam suara di pistolnya dan akhirnya berhenti tepat di belakang seorang pria bertubuh gendut berkacamata yang sedang asyik menggoda para gadis berpakaian mini dengan wajah yang memerah. Pria itu mabuk.
"Target di temukan." Ujarnya sambil mengacungkan pistolnya ke arah kepala pria gendut itu, seorang gadis di sebelahnya menyadari apa yang pria berpakaian hitam itu bawa dan berteriak histeris dan berusaha menjauh dari pria itu. Teriakan gadis itu ternyata menarik perhatian dan membuat pria gendut di hadapannya itu berbalik dan panik. Pria gendut itu bahkan menjatuhkan botol minumannya hingga membuat suara pecahan yang keras.
"Kau tidak menepati janjimu Choi-ssi." Kata pria itu sambil memiringkan kepalanya ke kanan sedikit dan tersenyum memamerkan gigi taringnya. Pria gendut dengan marga Choi itu semakin panik dan mencoba melarikan diri berbaur dengan pengunjung lain yang juga hendak kabur.
"Waktumu hanya lima menit lagi sebelum acara dimulai." Ujar suara dari earset pria itu, pria itu menjilat bibir bagian bawahnya dan tersenyum lebar.
"Bang." Bisiknya sambil menarik pelatuk pistolnya. Peluru yang keluar dari pistolnya mengarah tepat pada sasaran, kepala pria gendut itu tertembus peluru berukuran dua senti dan membuat lubang di belakang kepala juga keningnya. Pria itu seketika ambruk dengan darah yang mengalir deras. Hanya mendengar suara tembakan saja membuat pengunjung sangat panik apalagi melihat mayat di depan mata, pengunjung mulai bertubrukan dan panik mencoba melarikan diri tapi ternyata nasib mereka tidak baik. Dari arah pintu masuk, pintu keluar bahkan pintu darurat orang-orang berpakain serba hitam dengan menggunakan topeng putih bermacam-macam bentuk menghalangi mereka. Yang membuat ngeri adalah bagaimana mereka memegang senjata dengan sengaja memperlihatkan bahwa mereka benar-benar akan membunuh siapapun di hadapan mereka. Dan benar saja. Malam itu PARADISE CLUB penuh dengan jeritan dan juga musik yang sengaja dimainkan salah seorang dari mereka untuk memeriahkan suasana. Para pengunjung PARADISE CLUB terbantai habis.
.
.
.
Desahan seorang pria memenuhi ruangan itu. Rambut sebahunya sudah basah karena keringat dan bahkan menghalangi wajah cantiknya. Pria berwajah cantik itu menaik turunkan tubuhnya dengan cepat sambil memeluk kepala botak pria yang berada di bawahnya. Mulutnya terus terbuka dan bahkan meneteskan salivanya, suaranya serak karena terus menerus mendesah dan berteriak. Wajahnya memerah dan matanya setengah terbuka hanyut dalam kenikmatan dunia.
"Tidak salah aku memilihmu, kau memang ahli jika memuaskan hasrat jiwa yang kesepian…" ujar pria botak itu di tengah-tengah deru nafasnya yang berat, pria berwajah cantik itu tertawa pelan dan menunduk mensejajarkan wajahnya dengan wajah pria yang ia 'tunggangi' lalu menjulurkan lidahnya yang langsung dihisap keras pria botak itu.
Pria berwajah cantik itu menghela nafasnya ketika mereka memutuskan ciuman panas mereka dan beralih ke leher pria botak itu, pria berwajah cantik itu dengan keras menghisap lehernya dan menjilatnya dengan sensual setelah meninggalkan bercak merah keunguan disana.
"Oh tidak, istriku akan melihatnya nanti…" bisiknya dan menjilat telinga pria berwajah cantik itu sambil menggerakan pinggulnya berlawanan dengan pria di atasnya. Pria berwajah cantik itu kontan menggerang keras dan mendesah, ia meremas pundak pria botak itu keras menahannya agar ia tidak bergerak terlalu cepat.
"Ja-jangan…nggg….terla-lu…haaAHHH!" desah pria itu keras, tubuhnya terasa bergetar karena nikmat ketika ia datang dan mengeluarkan cairan kental berwarna putih yang membasahi perutnya dan juga sprei di bawahnya.
"Kau membuatku datang lebih cepat lagi Lee-ssi…" gerutunya dengan nafas terengah-engah, pria botak bermarga Lee itu tertawa dan langsung meraup bibir merah pria cantik yang masih berada di atasnya itu kasar. Menggigit kecil dan mengulumnya.
"Aku harus pulang lebih awal, istriku sangat cerewet kalau aku terlambat makan malam…" ujarnya dan membantu pria cantik itu untuk menyingkir darinya. Pria cantik itu memperhatikan pria botak yang sudah ia puaskan tadi dengan malas. Ia akhirnya berguling di kasur dan berakhir dengan tertidur pada posisi tengkurap.
"Aku menaruh uang mukanya di meja, sisanya akan langsung kutransfer…" ujar pria botak itu setelah mencium puncak kepala pria cantik itu.
"Tentu, kutunggu kunjanganmu lain kali…" jawabnya sambil menjilat bibir bawahnya sensual dan tertawa ketika melihat pria botak itu buru-buru keluar dengan wajah memerah.
.
.
.
Wonwoo menguap ketika ia sedang menyiram bunga milik eommanya, matanya hampir saja menutup dan ia mungkin akan tertidur dalam posisi berdiri kalau saja tidak mendengar suara klakson mobil yang membuatnya terlonjak kaget dan langsung terbangun.
"Sudah kubilang untuk tidak membunyikan klakson mobilmu tuan Jeon! Aku tidak tuli, aish!" Wonwoo tertawa pelan melihat eommanya mulai memarahi appanya yang baru saja pulang dari kantor setelah dua hari terkurung oleh tugasnya itu.
"Aigoo, sayangku aku minta pelukan hangat dan masakan kesukaanku bukan omelan pedasmu. Ini kubawakan makanan pedas kesukaanmu, Wonwoo ayo masuk bantu eommamu dan pastikan setelah itu keruanganku…" ujar appa Wonwoo sambil mengedipkan matanya tanpa sepengetahuan istrinya itu. Wonwoo tersenyum lebar dan langsung masuk ke rumah sambil membantu eommanya membawa karung beras dan sayuran.
Setelah membereskan bahan makanan dan akhirnya makan malam bersama appa Wonwoo mengajak Wonwoo ke ruangannya dan menutup telinganya lalu berlari ketika eomma Wonwoo mulai memarahi mereka berdua.
"Eommamu memang mengerikan Wonwoo, apa saja yang ia makan selama aku pergi?"
"Dia sedang senang spaghetti dan makanan Italy setelah menonton film vampire romantic itu…" jawab Wonwoo dan mendengus geli melihat appanya sedang menenangkan diri dan mengipas-ngipas dirinya dengan kipas kecil.
"Appa tidak memasang ac di ruanganmu?" tanya Wonwoo heran, selama ini Wonwoo menduga kalau appanya itu alergi dingin atau memang menghemat pengeluaran tapi melihat kipas kecil dan jendela besar di belakang meja kerjanya Wonwoo tahu pasti ada alasan lain.
"Ac akan menghilangkan konsentrasiku ketika bekerja karena suara mesinnya yang modern itu Wonwoo, aku lebih senang suara bising mesin kipas angin atau semilir angin di luar sana. Aku bahkan pernah membuka jendela ketika hujan turun dan membuat seluruh dokumenku berterbangan kemana-mana. Tolong jangan ceritakan ini pada eommamu atau ia akan memaku jendelanya nanti…" jelas appa Wonwoo sambil mengelap keringatnya. Wonwoo hanya mengangguk dan tersenyum geli mengingat eommanya yang rajin mengomeli appanya yang kelewat jahil dan kekanak-kanakan itu.
"Wonwoo aku ingin kau membantuku sesuatu…" ujar appa Wonwoo tiba-tiba dengan serius, Wonwoo mengerutkan keningnya dan diam mulai menajamkan pendengarannya.
"Aku tahu seharusnya aku tidak melakukan ini padamu, usiamu masih sangat muda. Eommamu juga pasti akan menceraikanku karena aku melakukan ini pada anak kami satu-satunya tapi, Wonwoo kumohon satu kali ini saja biarkan appamu meminta bantuan padamu…" lanjut appa Wonwoo dengan nada memohon, Wonwoo tentu saja tidak akan menolak apapun yang appanya minta. Bagaimanapun juga appa Wonwoo adalah idolanya.
"Tentu saja appa, sebenarnya apa yang harus kulakukan? Menjadi patnermu?" tanya Wonwoo dengan nada bercanda tapi, appa Wonwoo mengangguk perlahan dan tentu saja membuat Wonwoo shock.
"Aku ingin kau menyelidiki sebuah kasus. Tidak besar tapi mungkin berbahaya," Wonwoo mengangguk pelan. Appa Wonwoo menghela nafas dan mengambil sesuatu di laci mejanya.
"Pergilah ke Seoul, aku sudah bicara dengan bawahanku akan ada orang yang membantuku. Jangan khawatir aku akan mencari alasan pada eommamu, dan masalah tempat tinggalmu aku sudah menjamin semuanya. Yang kuharap adalah kau membawa hasil dan kembali dalam keadaan utuh Wonwoo…" ujar appa Wonwoo menyodorkan sebuah tiket dan paspor yang dengan foto dan identitas Wonwoo di dalamnya.
"Ini pekerjaan yang sangat sulit Wonwoo, tapi mungkin ini akan menjadi sesuatu yang menyenangkan juga bagimu. Aku ingat kau ingin menjadi detektif yang bisa menolong orang banyak, sekarang adalah waktunya. Anggap saja ini sebuah tes dan kuharap kau berhasil melakukannya. Kau adalah keturunan Jeon, kami dikenal cerdas dan seorang pengamat. Ingat itu baik-baik Wonwoo," Wonwoo lagi-lagi mengangguk dan memeluk appanya yang dibalas pelukan erat.
"Aku mengandalkanmu…" bisik appa Wonwoo.
Tanpa tahu bahwa keturunan Jeon mempunyai satu rahasia yang appa dan eomma Wonwoo lupa, Wonwoo pergi dengan tekad untuk membantu appa dan orang-orang yang membutuhkannya. Tanpa tahu bahwa petualangan mengerikannya akan dimulai.
To be Countinue.
Sebagai penambal Incubbus Lullaby kupersembahkan ff abal-abal ini nyahahah. Apakah aku sudah memberikan warning di atas, kuharap kalian membacanya-_- karena akan banyak sexual content di dalam ff ini. Wait! apa sepertinya aku mendengar suara sorak sorai minta nambah adegan ncnya(?) nyahahahahah, nggak janji bakalan banyak banget loh mueheheheh… Wonwoo bakalan jadi detektif ada yang bisa bayangin-_- aku malah bayangin dia pake kacamata harry potter -_- pfft, oke deh sampai jumpa di chap berikutnya '-')/
