Senyuman yang selalu ia pancarkan kini meredup dengan raut sendu yang terlihat. Hey, apakah tidak ada kegembiraan yang selalu ada pada dirimu. Kenapa kini semua sirna? Ada apa dengan bunga yang selalu indah kini tampak suram.
Stand By Me
Naruto © Masashi Kishimoto
Story by KiRei Apple
Pairing : Uchiha Sasuke X Haruno Sakura
Au,typo, ooc, gaje dll
.
.
.
.
D.L.D.R
Chapter 1
oOo
"TIDAKKK!"
"Hah...hah..."
Gadis itu terbangun dari tidurnya. Bulir keringat terlihat jelas membanjiri wajahnya. Pandangannya kosong dengan badan yang bergetar.
'BRAK'
Suara dobrakan pintu tidak membuat gadis yang masih dengan posisinya menoleh. Iris klorofil itu kembali meneteskan cairan bening dari sudut matanya. Selalu seperti ini, setiap kali ia bermimpi.
"Sakura."
Seorang lelaki yang tadi memaksa masuk langsung memeluk gadis yang kini terisak di dalam pelukannya. Ia mengusap punggung gadis itu berharap bisa membuat perasaan gadis itu membaik. Ia menatap sendu punngung yang terlihat bergetar, ketakutan.
"Aku mendengarmu lagi... menjerit." lirihnya terus dengan mengusap helaian soft pink gadis dalam pelukannya.
"A-aku... takut. A-aku bukan pembunuh Onii-chan." gadis itu adalah Sakura. Ia semakin mengeratkan pelukannya. Mimpi itu adalah kisah masa lalunya. Berpisah dari kedua orang tuanya setelah mereka memutuskan untuk menjalani kehidupan masing-masing. Ibu yang membencinya karena kematian sang Kakak yang menurutnya ialah penyebabnya. Apa itu adalah kesalahannya? Terus tersiksa dengan kehidupan ibu baru yang sangat menyayanginya, hanya jika ada Ayahnya.
"Stt...jangan takut. Semua akan baik-baik saja." tenang sang lelaki yang terus memeluk Sakura erat.
"Jangan tinggalkan aku... Sasuke-nii."
"Hn. Aku di sini... untukmu." mantra itu bagai obat ampuh untuk Sakura. Ya, setiap malam itulah kata yang selalu membuatnya kembali tenang.
Flash Back on
Sakura pov on
Waktu di mana aku memutuskan pergi meninggalkan kehidupanku, hujan deras mengguyur kota ini. Aku meringkuk, memeluk lututku berlindung di halte dekat sekolahku.
"Aku harus Kemana." Lirihku.
"Aku lelah Onii-chan." aku kembali memejamkan mataku. Terus seperti itu, masa lalu itu, yang membuatku sesak.
"Kenapa kau menolongku saat itu... Onii-chan."
"Kamu baik-baik saja Nak?"
Pertanyaan dari suara yang sangat lembut membuatku mendongak. Sepasang suami istri yang terlihat sangat baik berdiri di depanku. Aku hanya menggeleng dan merunduk.
Wanita itu berjongkok, mengusap rambutku yang basah dengan sapu tangannya. "Kami baru saja dari sekolah, melihatmu sendirian di sini aku khawatir. Apa kamu baik-baik saja Nak?"
Aku terisak menggeleng. Tidak mungkin aku memberitahukan keadaanku yang buruk kepada orang asing.
.
Aku tersentak saat wanita itu membawaku kedalam pelukannya. Hangat, seperti Ibuku yang dulu. Kenapa kau membenciku Ibu?
"Ceritakan... ceritakan kepadaku apa masalahmu Nak!"
"A-apa aku pembawa sial."
Jelas terlihat, pertanyaan-ku kepada wanita cantik itu membuatnya terkejut. Ini adalah kenyataan dan bukan drama belaka yang memang terjadi kepada diriku
"Anggap aku Ibumu Nak... jika itu membuatmu nyaman. Maka, ceritakanlah!" ujarnya tersenyum lembut mengusap pipiku dan kembali memelukku erat dan aku bisa mendengar ucapannya yang meyakinkanku. "Percayalah, semua akan baik-baik saja."
Dengan perlahan aku menceritakannya dengan isakan yang tidak bisa aku bendung lelah, sangat lelah. Entahlah. Aku merasa nyaman saat berbicara dengannya, melepas semua beban yang selama ini membelengguku.
Ia melepas pelukannya, menghapus air mataku dan tersenyum. "Tinggalah bersama kami, bagaimana Fugaku-kun?" tanyanya dan menoleh menatap suaminya.
Aku menoleh kepada sosok yang kini ikut berjongkok. Mengelus rambutku, ia tersenyum. "Aku ingin kau menjadi putriku."
Dan saat itulah kehidupan baruku dengan keluarga Uchiha di mulai. Mereka sangat baik, memfasilitasiku seperti anak mereka sendiri. Dan saat itu aku tahu sosok itu, sosok yang menjadi malaikatku adalah Kakak kelasku dan kini aku memanggilnya Sasuke-nii.
Sakura Pov Off
Flash Back Off
oOo
Cicitan burung dan sinar matahari membuat gadis yang nyaman dengan tidurnya kini mulai membuka matanya perlahan. Nyaman. Itulah yang selalu ia rasakan setelah sang Kakak yang menenangkannya. Sudah Setahun lebih semenjak kelulusan saat Junior School ia tinggal di kediaman Uchiha.
Kakinya turun perlahan dari ranjangnya. Ia berjalan pelan ke arah jendela, menyibak gorden perlahan. Melangkah keluar ke balkon kamarnya, menghirup segarnya udara pagi dan aroma embun pagi yang menenangkan. Ia teringat kedua orang tuanya kembali. Walau keluarganya kini melarangnya bertemu tapi tidak memungkiri jika hatinya kadang merindukan mereka.
"Pagi selalu menantimu tersenyum."
Perkataan seseorang yang sangat tidak asing bagi Sakura dan itu adalah perbincangannya setiap pagi bersama Kakaknya.
"Kau pintar menggombal Sasuke-nii. Apa itu cara merayumu terhadap Shion?" kekeh Sakura.
Sasuke mendengar nama kekasihnya sejak setahun lalu di sebut adiknya hanya mendengus. "Jangan merusak moodku." ucapnya yang tiba-tiba datar.
Sakura mengeryit alis heran melihat sikap kakaknya yang selalu berubah dingin saat menyinggung nama kekasihnya itu. "Apa kalian ada masalah?"
"Hn. Cepat mandi!" ujar Sasuke pergi meninggalkan balkon dan masuk kembali ke kamarnya.
Sakura menghela melihat sikap kakaknya yang membuat hatinya resah. "Semoga dia baik-baik saja."
...
Sarapan pagi di kediam Uchiha berlangsung tenang, hingga selesai.
"Sakura?" Panggilan sang Ayah, -Fugaku - membuatnya mendongak dan menatap Ayahnya.
"Ya, ada apa Ayah?"
Fugaku tersenyum lembut menatap putri yang ia angkat sejak setahun lalu. Ia sangat menyayanginya seperti putrinya sendiri. "Kau akan di jodohkan."
Sakura menegang mendengar penuturan ayahnya. "S-siapa?"
"Putra dari Kaguya."
Sakura mengeryit alis bingung. "Ta-tapi..."
"Jangan memaksanya Fugaku-kun." kini Mikoto berusaha menengahi kecanggungan yang sangat terasa di ruangan ini. Ia tidak ingin membuat putrinya merasa terganggu dengan keadaan ini
Fugaku mengangguk. "Aku tidak memaksamu. Tapi, berusaha pendekatan tidak apa-apa kan? Kebetulan ia anak kolega ayah yang menginginkan kau jadi menantunya."
Sakura bingung. Ia sebenarnya tidak mau, tapi permohonan Ayah yang selama ini merawatnya membuatnya tidak tega. Mungkin ini yang bisa ia lakukan membalas kebaikan Ayahnya, fikirnya.
"Baiklah."
'TRAK'
Suara sumpit yang di letakan dengan tenaga yang keras hingga menimbulkan bunyi nyaring di dari meja makan berbahan dasar kaca.
Sakura, Fugaku dan Mikoto memandang Sasuke dengan heran. Sasuke seperti tidak menghiraukan sekekliling. Ia meminum air putihnya dan meletakan kembali hingga menimbulkan bunyi yang membuat siapa saja terkejut.
"Kau kenapa Sasuke-kun?" tanya Mikoto memandang cemas putra bungsunya.
Sasuke menggeleng dan berdiri. "Ayo, Sakura!" ujarnya melangkah berbalik pergi.
"Aku pergi dulu Kaa-san, Tou-san." pamit Sakura yang ikut berdiri.
Mikoto mengangguk dan tersenyum. Oh...benar-benar bahagia. Ia memiliki anak laki-laki dan perempuan yang membuat rumahnya sangat nyaman. Ingat tentang sesuatu yang lupa ia sampaikan, ia sedikit berteriak. "Sakura-chan... Jangan pulang telat ya. Itachi-nii akan pulang siang ini."
"Ya Kaa-san." jawab Sakura yang sudah berada di luar namun mendengar perkataan Kaa-san-nya.
Mikoto menghela. Ia membereskan piring kotor di atas meja makan. Teringat sesuatu ia duduk di kursi samping suaminya. "Bagaimana... bagaimana jika mereka menginginkan Sakura-chan kembali Fugaku-kun."
Fugaku menggenggam tangan sang Istri. Ia tahu jika Sakura sudah seperti anaknya sendiri dan ia pun begitu. "Aku tidak akan mengizinkan. Aku tidak ingin melihatnya menderita lagi, aku akan terus berusaha menjaganya."
Mikoto mengangguk senang mendengar penuturan suaminya. Ya, perasaan takut yang ia alami saat memikirkan Sakura. Sakura yang tidak ingin di ubah marga itulah keinginan Sakura. Walau ia di benci keluarganya tapi hanya itu kenang-kenangan yang ia punya dari keluarganya.
oOo
Sakura berusaha mencari Kakaknya di lautan manusia yang berada di gerbong kereta saat ini. Ya, sekolah mereka melarang membawa kendaraan pribadi dan hanya di perbolehkan memakai sepeda.
'BRUK'
"Aw..." rintih Sakura yang terdorong hingga membentur dinding kereta.
"Kau tidak apa-apa?"
Suara itu, suara yang membuat Sakura seketika mendongak dan tersenyum. Ia langsung memeluk orang yang di carinya, "Sasuke-nii."
Sasuke menghela, mengelus surai pink Sakura yang tergerai. "Aku disini. Semua akan baik-baik saja."
Selalu. Kata-kata itu lah yang ia ucapkan kepada Sakura, -adiknya kini. Sakura mendengarnya mengangguk dalam dekapan sang Kakak dan mulai kembali tenang.
...
"Sasuke-kun."
Panggilan seseorang membuat langkah Sakura dan Sasuke berhenti. Sakura berbalik dan tersenyum kepada gadis yang berlari menghampiri mereka, lebih tepatnya Kakaknya.
"Ne... Shion-san."
Shion tersenyum menanggapi sapaan Sakura. Ia langsung bergelayut maja di lengan Sasuke, -kekasihnya.
Sakura melihatnya tersenyum senang. Dan berharap kelak Shion bisa membahagiakan Kakaknya. Sasuke dan shion sekarang kelas tiga, sedangkan dirinya sekarang kelas dua.
Sakura menaikan tasnya dan di sampirkan ke bahunya. "Ne...sebaiknya aku ke kelas dulu Sasuke-nii."
Sasuke menoleh dan menghampiri Sakura mengelus surai pink dengan pelan. "Belajar lah dengan rajin."
Sakura mengerucutkan bibirnya sebal mendengar perkataan Kakaknya. Tersenyum, tangannya memegang tangan besar Kakaknya yang masih di atas kepalanya. "Aku harus berusaha, demi kalian."
Sasuke tersenyum dan mengangguk. "Nanti siang makan denganku!"
Sakura mengangguk. "Baik. Aku pergi ke kelas dulu ya Sasuke-nii, Shion-san."
Shion hanya tersenyum masam melihat interaksi kedua Kakak beradik ini. "Kalian mesra sekali."
Sasuke mendengar perkataan kekasihnya hanya mengeryit alis dan berbalik meninggalkan Shion yang terdiam menatap punggung kekasihnya yang mulai berjalan menjauh.
"Dari dulu...hanya ada dia di matamu Sasuke-kun." ujar Shion lirih dengan meremas tali tasnya. "Tapi, aku akan berusaha agar kau tetap di sisiku" ujarnya dan berlari menyusul Sasuke.
...
Angin musim semi berhembus dengan kisah cinta yang sudah lama tersimpan tiga tahun lalu. Apakah sang takdir akan berpihak kepada mereka yang berjalan di atas kebimbangan? Satu hati sangat tertuju kepadanya, namun satu hati lagi seperti berusaha menghindari sanga takdir karena tidak ingin merasakan kehilangan kembali dalam dirinya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Bersambung
Baru lagi. :") padahal fict Mc banyak banget. :'( ini reqs seseorang tentang kisahnya ^_^
Mind To RnR
WRS
