LETS NOT
Puzzle satu
Genre : Romance , Hurt/Comfort, Drama.
Rate : T
Pairing : KyuMin (Kyuhyun X Sungmin atau Kyuhyun X Taemin ?* Tentukan Sendiri!
Warning : Genderswitch, abal, geje, aneh, Ooc, Typos, Author baru yang ga ngerti banyak hal, dan paket lain yang membuat fic ini jauh dari kata sempurna.
Disclaimer : Super Junior milik SME, Karakter milik diri mereka sendiri, Lhyn hanya pinjem nama untuk fiksi dari imajinasi Lhyn tanpa bermaksud mengambil keuntungan materi dalam bentuk apapun. Not alowed to bashing the cast or other, please! DON'T LIKE DON'T READ!
.
"TAEMIN!"
Namja itu terbangun dengan napas terengah, keringat dingin mengalir perlahan dari pelipisnya, turun menyusuri pipi berkulit pucatnya hingga bermuara di dagu dan jatuh meresap di selimut. Masih terengah dengan pandangan yang berputar membuatnya pusing.
"Taemin," ujarnya lirih, kali ini dengan kesadaran penuh.
Terbangun dari mimpi buruk tentang putri kecilnya, Kyuhyun segera beranjak dari tempat tidurnya.
Mimpinya… mimpi itu benar-benar buruk, sangat buruk dan Kyunhyun benar-benar tak ingin hal buruk sekecil apapun menimpa putri kecilnya.
Kyuhyun keluar dari kamar dan berlari kecil menyusuri koridor Cho manor itu, turun dengan cepat di tangga dan menyebrang langsung keruang makan.
"Taemin," panggilnya pelan. Dan sekejap kelegaan membasahi dadanya saat menatap yeoja kecil berambut pendek dan berponi itu tengah menikmati sarapannya.
Namun kelegaan itu hilang saat mata bulat yeoja kecil itu menatapnya dengan hujaman dingin. Yeoja kecil itu meletakkan sarapannya dan meminum susunya seteguk sebelum bangkit, memutari meja dan mengecup pipi seorang yeoja di sana.
"Minnie berangkat dulu, Umma," ujarnya pelan, lalu berjalan tanpa menatap Kyuhyun sedikitpun. Melewati Appanya seakan dia hanya debu kecil yang tak kasat mata.
Hati Kyuhyun meringis sakit.
"Minnie, kau belum berpamitan pada Appa," ujar Sungmin agak keras mengingat jarak putrinya yang telah agak menjauh.
Kyuhyun tahu, tanpa melihatpun dia tahu bahwa putri kecilnya akan lebih memilih berpura-pura tak mendengar peringatan Ummanya dari pada harus berbalik lagi walau sekedar untuk memandang Appanya.
"Kau mengajarinya dengan baik," desis Kyuhyun, dingin. Menatap iris kelinci itu dengan tajam dan benci.
"Kyu, aku—"
"Berhentilah membual! Kau benar-benar wanita licik. Maracuni pikiran polos putriku untuk membenciku! Kau—" Kyuhyun kehilangan kata-katanya. Dia benar-benar benci pada yeoja di depannya.
Yeoja itu… Lee Sungmin… Isrinya.
Lee Sungmin. Cih! Sampai kapanpun Kyuhyun tak akan pernah sudi menyematkan nama Cho di depan namanya meski kenyataannya mereka memang telah menikah delapan tahun yang lalu.
Yeoja itu hanya merusak hidupnya. Merusak kebahagiaannya. Kyuhyun masih berusia tujuh belas tahun saat yeoja itu datang dan di kenalkan sebagai calon istrinya oleh sang Appa. Dia baru saja lulus Senior High School saat dia diharuskan menikahi yeoja dengan pandangan mata yang terus saja membuatnya muak itu.
Dia masih ingin hidup bebas, masih ingin menikmati masa mudanya dengan bersenang-senang dengan kekasihnya. Berkencan, hang out, berbuat nakal, mabuk, dan apapun itu yang normal di lakukan oleh namja seusianya saat itu.
Namun karena pernikahan itu, dia harus melepaskan semuanya. Dia harus serius kuliah dan bekerja memimpin sebuah perusahaan besar di saat yang bersamaan. Dan yang paling membuatnya membenci yeoja itu adalah… saat dia harus meninggalkan kekasihnya –Seohyun, yang kecewa saat mengetahui status Kyuhyun.
Jangan salahkan Kyuhyun. Namja itu tak pernah bisa menolah perintah otoriter Appanya. Salahkan saja Lee Sungmin, karena posisi yeoja itu lebih menguntungkan untuk menolak perjodohan mereka saat itu. Dan apa yang dilakukannya? Cih! Jangankan menolak, berusaha menghindar atau mengulur saja tidak. Bahkan saat Kyuhyun harus berlutut di depannya dan meminta yeoja itu untuk membatalkan perjodohan mereka. Yeoja itu menolak.
Meski pada akhirnya Kyuhyun tahu bahwa yeoja itu tak menolak karena itu adalah permintaan terakhir Appanya. Hal itu tak sedikitpun membuat kebencian Kyuhyun sekedar mengendur.
Kyuhyun benci! Teramat benci pada yeoja itu. Yeoja yang telah menghancurkan kata bahagia dalam kamus Kyuhyun.
Meski tak dapat dipungkiri bahwa Kyuhyun merasakan sebuah kebahagiaan yang begitu besar saat putri pertama mereka lahir. Saat pertama kali mendengar tangisnya, saat pertama kali melihat aegya merah itu, saat pertama kali kulit pucatnya menyentuh kulit tipis itu… Kyuhyun merasakan kebahagiaan yang teramat besar. Tapi tetap saja…
Pemikiran itu datang…
Seandainya bukan Sungmin yang melahirkan malaikat kecil ini, seandainya saja itu… Seohyun.
.
Kyuhyun pernah berpikir naif. Berpikir untuk mencoba mencintainya, mencintai Lee Sungmin yang sangat di bencinya. Karena bagaimanapun, bila dia mengesampingkan rasa benci itu dia akan melihat… seorang Lee Sungmin di depannya.
Sungmin bukan pilihan yang buruk, karena bagaimanapun juga dia seorang yang dipilih oleh Appanya, oleh seorang Cho. Dia cantik, manis, dengan wajah sempurna seorang yeoja, iris kelinci dan bibir plum pink yang menggoda. Dia juga seorang istri yang baik, memasak, membersihkan rumah, dan memperhatikan, memastikan kebutuhan Kyuhyun –suaminya– dengan sempurna.
Dia yeoja yang sempurna. Kalau saja dia datang dengan cara yang lebih sempurna.
Kyuhyun pernah memikirkan itu. Dia bahkan pernah memakai baju yang disiapkan Sungmin di pagi hari alih-alih menyuruh housekeeper untuk menggantinya dengan yang lain. Tapi pemikiran itu musnah dengan mudahnya. Semudah Kyuhyun membenci Sungmin di pertemuan awal mereka.
"Kyu," suara yeoja itu bergetar dan iris foxy itu telah mengeluarkan permatanya. "Aku benar-benar tidak pernah melakukan semua itu," gumamnya lirih.
Kyuhyun mendesis. Dia benar-benar benci pada yeoja ini, yeoja yang dengan mudahnya mengeluarkan air mata suci itu demi untuk menutupi kebohongannya. Licik.
"Aku semakin yakin bahwa dengan membawa Seohyun kerumah ini adalah keputusan tepat. Dia akan menjadi sosok Umma yang lebih baik dari pada kau," Kyuhyun berujar sinis tanpa memandang yeoja itu. Dia lebih memilih menatap gelas diam di atas meja dari pada yeoja itu.
"Andwae! Andwae Kyu… jebbal… jangan bawa yeoja itu kerumah ini."
Kyuhyun sedikit tersentak saat merasakan sesuatu menggelayuti kakinya. "Ya! Apa yang kau lakukan! Lepaskan kakiku!" bentak Kyuhyun, dengan menendang-nendang Sungmin, berusaha melepaskan kakinya dari dekapan lengan Sungmin.
"Jebbal… jangan bawa yeoja itu kesini. Akan kulakukan apapun, tapi jangan bawa dia kesini Kyu, Jebbal."
Kyuhyun mendesis dalam hati. Apa yeoja itu pikir dia akan terbujuk dengan ucapan itu? 'Melakukan apapun'… kenapa tidak mati saja dari dulu?. Desis hati Kyuhyun.
"Aku akan tetap membawanya tinggal di rumah ini, kalau kau tidak suka. Kau boleh pergi dari rumah ini," Kyuhyun menendang kasar tubuh yeoja itu hingga dia terjatuh kebelakang dan melepaskan kakinya.
Mengantisipasi, Kyuhyun melangkah mundur agar yeoja itu tak bisa menyentuhnya lagi.
"Kyu~"
"Kau boleh pergi! Tapi jangan pernah sekalipun mencoba untuk membawa Taemin ikut bersamamu. Dia putriku! Milikku!" seru Kyuhyun keras. Dan dia segera berbalik meninggalkan yeoja itu.
Dia baru sadar, bahwa dia masih memakai piama coklatnya dan belum mandi atau sekedar menggosok gigi. Dia benar-benar lupa karena mencemaskan Taemin.
Hubungannya dengan Taemin memang tengah memburuk akhir-akhir ini dan semua itu karena pengaruh yeoja itu. Taemin anak yang baik, sangat imut, lucu dan penurut. Dia selalu bisa membagi waktunya untuk Kyuhyun ataupun Sungmin. Karena dari dulu baik Kyuhyun dan Sungmin tak pernah bersama meski mereka tinggal serumah.
Tapi belakangan Taemin mulai jarang meminta Kyuhyun menemaninya bermain, dia tak pernah lagi menemui Kyuhyun di ruang kerjanya, tak pernah lagi mendatangi Kyuhyun saat akan tidur. Yeoja itu membuat Taemin membencinya perlahan. Bahkan sebulan terakhir Taemin tak pernah memandang Kyuhyun. Membuat dada Kyuhyun berdenyut sakit karena perlakuan putri kecil kesayangannya itu.
Kenyataan yang buruk ha! Tapi mimpi semalam benar-benar buruk. Jauh lebih buruk dari pada hari-hari belakangan yang tanpa sapaan renyah dari yeoja imutnya.
.
.
Dengung AC menjadi satu-satunya nada pengisi ruang mewah itu sementara Si penghuni masih duduk menopang dagunya dengan raut muram. Kyuhyun masih memikirkan mimpi mengerikan itu, mimpi yang membuatnya terus memikirkan yeoja kecil kesayangannya. Dia sudah berkali-kali menelepon Taemin meski hasilnya tetap saja sama, yeoja kecil itu tak menjawabnya. Membuat Kyuhyun dengan terpaksa menelepon driver pribadi Taemin.
Mimpi itu terus menyesakkan dadanya. Seakan ada penyesalan yang mencekiknya. Padahal, demi apapun Kyuhyun tak dapat mengingat mimpi itu sedikitpun. Setiap kali mencoba mengingatnya, hanya bayangan gelap yang perlahan menenggelamkan Taemin ke dalamnya.
Kyuhyun tak mampu mengingat mimpi apa itu, hanya rasa sesak dan penyesalan yang dalam yang hadir setiap kali dia berusaha mengingatnya.
"Sedang memikirkan apa Chagi?"
Sebuah kecupan lembut di pipi Kyuhyun menyentak namja itu. "Seo? Ah… aniya, aku hanya memikirkan Taemin," jawab Kyuhyun sembari mengarahkan yeoja itu untuk duduk di pangkuannya.
"Dia masih bersikap buruk padamu, eoh? Sudah kubilangkan, jauhkan dia dari Ummanya. Kalau mereka dekat, mereka akan semakin mirip. Bukan hanya fisik, tapi juga sikap dan mentalnya. Kau mau punya anak dengan sikap tak tahu diri seperti istrimu, eoh?" yeoja itu berkata lembut dengan mengusap-usap dagu tirus Kyuhyun.
Sementara Kyuhyun mengangguk-angguk mendengar saran yang telah dia dengar berulang kali ini. Masalahnya, Sungmin-lah yang terus berada di rumah bersama Taemin. Kalau saja dia bisa, dia pasti lebih memilih membawa Taemin bersamanya ke kantor.
Untuk itu dia membutuhkan seseorang yang bisa menjadi contoh yang lebih baik bagi putrinya di rumah. Dan Seohyun adalah satu-satunya kandidat yang paling tepat. Seohyun jelas memiliki sikap dan mental anggun dan elegant. Sikap yang mengagumkan dan mental yang membanggakan.
"Kau sudah bersiap untuk tinggal di rumahku?"
Seohyun membulatkan matanya. "Aku jadi tinggal disana? Apa yeoja itu mengijinkannya? Aku tak mau tinggal dengan yeoja yang tak menerimaku," ujarnya dengan menggembungkan pipinya.
"Aniya. Aku sudah menyuruh Sungmin pergi kalau dia tak suka."
"Jinjayo? Ah, aku jadi merasa tak enak pada Sungmin-ssi," Seohyun kembali menggembungkan pipinya. Membuat Kyuhyun tertawa dan mencubit pipi itu.
"Jangan merasa seperti itu, itu rumahku dan apapun milikku adalah milikmu. Lagi pula, Taemin membutuhkanmu, kau harus membimbingnya agar bisa jadi yeoja sepertimu, arra?" ujar Kyuhyun lembut sembari mencubit ujung hidung yeoja dalam pangkuannya.
Seohyun mengerucutkan bibirnya sesaat, menatap Kyuhyun dengan menggoda, kemudian tersenyum dan mengangguk manis. "Arraseo, yeobo."
Kyuhyun terkikik mendengar panggilan itu. "Sudah tak sabar kunikahi, eoh? Bersabarlah, aku sudah tak peduli bila Appa mengutukiku, aku akan menceraikannya sebentar lagi. Untuk itu, bersabarlah sebentar lagi," pinta Kyuhyun lembut dengan mengecup kening Seohyun penuh kasih.
Yeoja itulah sebagian kebahagiaannya dan yang sebagian lagi ada pada Taemin. Untuk itu dia ingin menggabungkan keduanya, menjadi sebuah kebahagiaan utuh untuk hidupnya. Tak peduli pada yang lain, tak peduli anggapan orang lain. Dia sudah cukup menderita, dia sudah cukup terluka selama delapan tahun menikahi yeoja bernama Lee Sungmin itu.
.
.
"Taemin…," panggil Kyuhyun, namja itu menaiki tangga sembari melonggarkan dasinya menggunakan tangan kiri sementara tangan kanannya menjinjing sebuah tas plastik berwarna putih.
"Minnie chagiya~ Appa pulang Chagi dan Appa membawakan sesuatu untukmu," panggil Kyuhyun lagi, kali ini dengan mengetuk sebuah pintu bercorak biru langit yang cerah. Karena tak ada jawaban, Kyuhyun mencoba meraih kenop pintu dan mengintip sedikit.
Kamar itu terlihat kosong. Kyuhyun mencoba memasukkinya dan… ternyata memang kosong. Kyuhyun menghela napas gusar. Dia kesal setiap kali mendapati kenyataan bahwa Taemin tengah berada di kamar Sungmin. Ya. Di kamar Sungmin karena sekali pun, dia dan yeoja itu tak pernah sekamar.
Ah! Hanya sekali… delapan tahun yang lalu, dimalam pertamanya… di saat dia mabuk berat.
'Brak!'
Kyuhyun menendang sesuatu saat dia hendak melangkah keluar. Dia memandang kebawah dan terkejut saat mendapati tong sampah dengan isinya yang telah menghambur kemana-mana. Tidak akan jadi masalah, tidak akan membuatnya kesal, tidak akan membuatnya kecewa kalau saja isi dari tempat sampah itu bukan barang-barang pemberiannya untuk Taemin. Oleh-oleh yang selalu Kyuhyun sempatkan untuk membelinya setiap sepulang kerja.
Kalau saja.
Dengan emosi yang meluap Kyuhyun berjalan cepat kearah kamar Sungmin yang berada di lantai bawah, dia menuruni tangga dua-dua dan melompati tiga pijakan terakhir. Dia kesal, dia kecewa, dia marah! Memang terlihat sederhana, tapi membelikan barang-barang itu setelah kerja bukanlah hal mudah. Kyuhyun harus benar-benar menahan rasa lelahnya atau godaan kasur yang menunggunya di rumah untuk membelinya. Demi putri kecilnya.
"Aaahahaha… Umma! Umma hentikan! Umma geli!" tawa ceria itu menghentikan langkah Kyuhyun yang hampir mencapai ambang pintu.
Lama sekali. Sungguh rasanya sudah sangat lama dia tak mendengar tawa renyah itu. Dia merindukannya… merindukan tawa putrinya itu.
"Itu hukuman karena kau tak mau mengatakan alasannya pada Umma," kali ini suara Sungmin. Terdengar kesal yang di buat-buat. "Sekarang kau mau mengatakan kenapa kau bersikap buruk seperti itu pada Appa? Atau Umma gelitikki sampai pagi? " kali ini nada yeoja itu terdengar serius.
Kyuhyun berjalan mengendap untuk semakin mendekat dan dia bisa melihat melalui celah pintu yang tak tertutup itu. Putrinya tengah menunduk dalam. Ada apa ini? Apa yang tengah mereka bicarakan?
"Minnie… kenapa kau bersikap seperti itu pada Appa?" suara Sungmin lebih mendesak sekarang.
"Minnie benci Appa," lirih. Sangat lirih yeoja kecil itu bicara, tapi telah mampu membuat jutaan jarum menancap tepat di ulu hati Kyuhyun. Putrinya, putri yang sangat di sayanginya… Membencinya?
"Kenapa?" pertanyaan Sungmin sama persis dengan pertanyaan di hati Kyuhyun. "Kau tidak boleh seperti itu Minnie, dia Appamu dan Appa sangat menyanyagimu."
Sekali ini, Kyuhyun membenarkan ucapan Sungmin. Dia sangat menyanyangi Putrinya.
"Minnie sudah besar Umma. Minnie tahu… Appa… benci Umma—"
"Minnie!" Sungmin terpekik.
"Minnie tahu dan semua teman-teman Minnie juga tahu. Appa tidak menggandeng Umma saat penerimaan raport, Appa tidak datang dan pulang bersama Umma tapi bersama Ahjumma itu." Sungmin membekap mulutnya sendiri dan terisak, sementara yeoja kecil itu telah membanjiri pipinya dengan air mata. "Teman-teman mengejek Minnie. Dan dirumah, Minnie malah mendapatkan yang lebih buruk… Appa memperlakukan Umma dengan buruk. Appa bilang Appa tidak mencintai Umma, Appa bilang Umma bukan istrinya, Appa bilang—"
"Cukup Minnie, cukup. Kau tidak boleh mengatakan itu, andwae chagiya… andwae," dengan terisak, Sungmin mendekap tubuh kecil yeoja di depannya.
"Appa bukan Appa Minnie! Namja yang tidak mencintai Umma bukan Appa Minnie. Dia tidak mengakui Umma berarti tidak mengakui Minnie. Minnie benci Ap—"
"Hajima!" pekik Sungmin dengan membekap mulut Taemin. "Andwae! Dia Appamu, Minnie dia appamu!"
Kyuhyun tak tahan! Dia segera bertolak dari tempat itu, melangkah cepat dengan mengusap sesuatu yang mengganggu di pipinya. Dadanya terasa terkoyak. Perih, sakit dan kecewa.
Lee Sungmin! Semuanya karena Lee Sungmin! Yeoja itu membuat dia tampak buruk di hadapan putrinya sendiri. Yeoja itu membuatnya terlihat seperti manusia tak berperasaan di hadapan darah dagingnya sendiri.
Lee Sungmin. Dia benar-benar benci yeoja itu!
Kyuhyun meraih ponselnya, dengan cepat dia menekan speeddial nomor satu dan menempelkan benda kotak itu di pipinya.
"Seohyun, kau sudah bersiap-siap? Kau pindah kerumah ini besok pagi-pagi sekali."
.
.
Pagi yang cerah, setidaknya begitu menurut Kyuhyun. Dia telah menjadwalkan untuk bangun pagi-pagi sekali hari ini. Namja itu tersenyum, dengan menikmati sajian suasana pagi yang lenggang jalanan kota Seoul dari balik kaca jendela mobilnya.
Dia senang pagi ini, karena sebuah perubahan baru akan di mulai hari ini. Dan dia bersumpah akan mengingatnya, pagi di tanggal satu Juli tahun ini sebagai tanggal bersejarah. Tanggal dimana dia membawa Seohyun yang kini duduk manis dengan menebar senyum untuk tinggal di Cho manor.
Dia yakin. Yeoja itu akan mengajarkan dan menjadi contoh yang terbaik bagi putrinya. Mengajarkan hidup sebagai seorang putri yang sesungguhnya. Seorang princess, karena kenyataannya Taemin memang seorang Princess di kerajaan Cho.
Kyuhyun mengendarai mobilnya memasuki halaman Cho manor yang begitu luas dan menampakan bangunan utama bertingkat tiga yang begitu kental dengan gaya Eropa Klasik, Victorian.
"Sekian tahun menjadi kekasihmu, baru kali ini aku melihat langsung tempat dimana seorang Cho Kyuhyun tumbuh besar," ujar Seohyun pelan.
"Mianhe, aku tak mungkin membawamu kesini saat Appa tinggal disini," ujar Kyuhyun sembari membuka seatbeltnya.
"Jadi kalau Appamu tidak pindah ke New York, aku tidak akan ada disini saat ini?"
"Aniyo, aku akan tetap membawamu kesini, untuk Taemin," balas Kyuhyun, kemudian namja itu keluar dari mobilnya setelah seorang guardnya membukakan pintu. "Bawa masuk semua kopernya, taruh di kamar tepat di samping kamarku," perintah Kyuhyun pada guardnya itu.
Sang guard mengangguk sementara Kyuhyun berjalan cepat memutari moncong mobilnya dan meraih tangan Seohyun yang juga telah keluar dari mobil.
"Dan kau," Kyuhyun menunjuk guardnya yang lain yang telah membukakan pintu untuk Seohyun. "Bawa semua penghuni rumah ke Hall center lantai dasar."
"Arraseo Sajangnim," ujar guard itu patuh.
"Mari Chagiya, kuperkenalkan pada seluruh penghuni rumah." Kyuhyun dengan meraih tangan Seohyun lembut. "Mungkin kita perlu berkeliling dulu sebelum semua orang berkumpul."
Kyuhyun membawa yeoja itu berjalan melalui pintu utama, masuk lurus hingga menemui ruang tamu bundar yang luas. Namja itu terus menggandeng tangan yeoja itu, tersenyum dikulum saat melihat tatapan takjub dari mata si yeoja. Terus membimbing yeoja itu masuk, menyusuri lorong-lorong megah Cho manor, hingga akhirnya tiba di kebun belakang.
"Omo~ Daebak~" seruan pertama muncul saat yeoja itu menatap kebun mawar milik Umma Kyuhyun.
"Itu punya Umma, umma sangat menyukai mawar dan selalu merawat kebun itu dengan tangannya sendiri dan tak mengijinkan siapapun untuk menyentuhnya. Tapi, mungkin sekarang Yardman yang merewatnya, entahlah, aku tak terlalu memperhatikannya." Ujar Kyuhyun.
Sebenarnya, Kyuhyun tak pernah memperhatikan rumahnya, bukan hanya kebun itu saja. Memang apa yang bisa Kyuhyun lakukan? Dia punya tiga yardman, lima housekeeper, seorang chef, tiga driver, dan entah berapa banyak guard juga securitynya. Merekalah yang bertugas memperhatikan manor ini, memperhatikan kebersihan, keamanan hingga memperhatikan perut penghuninya.
"Oppa…, boleh aku memetiknya satu?"
"Petiklah seberapapun kau inginkan, chagiya."
.
Perjalanan mereka berujung pada sebuah pintu ganda besar yang merupakan pemisah antara lorong dengan sebuah Hall pribadi milik keluarga Cho. Kyuhyun membukanya perlahan dan suara terbukanya pintu tampan menarik perhatian sekitar dua puluh orang yang telah berkumpul di sana. Semuanya berdiri kecuali dua yeoja yang terduduk di sebuah sofa besar dengan saling berangkulan.
Sedikit rasa tak suka muncul di dada Kyuhyun saat menatap lengan kecil yang melingkar di pinggang Sungmin. Ada tatapan melindungi namun juga membutuhkan di matanya, mata angel kecilnya.
"Minnie, berdirilah… sambut pendatang baru di rumah ini—"
"Kyu!"
"—dengan baik karena…" Kyuhyun memutar matanya, menatap satu-persatu mata terkejut itu. Dan dia, sengaja tak memperdulikan mata kelinci itu, pemilik bibir yang sempat menyalangkan protes itu, "…dia akan menjadi Ummamu, nanti."
"Kyu! Kau tak bisa melakukan itu!"seru bibir pouty itu dengan suara dan tubuh bergetar.
"Aku sudah memberimu pilihan, Lee Sungmin."
"Kyu kau—" yeoja itu kehilangan kata-katanya. Tampak tercekat di tenggorokan sementara air mata membanjir di pipinya. Pemandangan membosankan bagi Kyuhyun.
Yeoja itu menyamping, menatap tubuh Taemin yang tampak ketakutan. "Minnie… mianhe… Umma… Umma tak sanggup lagi Chagi," ujarnya dengan menahan isak tangis yang semakin keras.
Tak dapat di pungkiri, Kyuhyun sedikit terkejut dengan keputusan yeoja itu. Dia pikir, Sungmin akan keukeuh di manor besar ini karena setahunya, yeoja itu tak memiliki keluarga lagi. Ummanya meninggal sejak dia kecil dan Appanya juga telah meninggal beberapa bulan setelah pernikahan mereka.
Kyuhyun sediri tak tahu apakan dia punya teman atau saudara lain. Tapi… CUKUP! Seharusnya Kyuhyun tak perlu memikirkan kemana yeoja itu akan pergi. Bukankah itu bagus? Yeoja pengganggu itu pergi, dia bahkan tak mencoba bertahan lebih lama walau demi putrinya… See… yeoja tak menyanyangi Taemin seperti dia menyanyangi putri mereka.
"MINNIE IKUT! MINNIE IKUT UMMA, MINNIE IKUT!" seruan keras mengembalikan Kyuhyun ketempat tubuhnya berdiri sekarang.
Kini, dilihatnya seorang yeoja bermata kelinci yang mencoba meyakinkan angel kecilnya untuk melepaskan tangannya.
"ANDWAE! ANDWAE UMMA, JANGAN TINGGALKAN MINNIE! MINNIE KUT UMMA!"
"Minnie, kau harus disini… temani Appamu arra?" Sungmin memberi pengertian, dengan air mata yang menganak sungai, yeoja mencoba melepaskan genggaman tangan kecil itu.
"Aniyo! Minnie benci Appa, Minnie tak punya Appa!"
"TAEMIN!" bentakan keras Kyuhyun menggemma di seluruh Cho Manor. "Security! Tahan dia, biarkan Sungmin pergi!"
Seluruh pekerja di Cho manor saling berpandangan sebelum dua diantara mereka maju dengan ragu dan menahan kedua lengan Taemin. Membiarkan Sungmin berbalik dan berjalan menjauh.
"UMMA! UMMA MINNIE IKUT! Park jussi, Jung jussi, lepaskan Minnie… jebbal… lepaskan Minnie, Minnie mau ikut Umma!" dia memberontak, mencoba lepas dari cengkraman lengan-lengan kekar itu, sementara sosok Ummanya semakin jauh dan semakin jauh dalam lorong megah Cho manor.
Kyuhyun geram. Namja itu berjalan cepat kearah Taemin yang menangis meraung dalam tahanan empat lengan kekar yang memenjarakannya. Matanya telah berbanjir luka menatap sosok Umma yang telah menghilang di ujung koridor.
"Cho TAEMIN! Dengarkan Appa. Ini adalah hal yang terbaik untukmu, bersama Seohyun kau akan menjadi kebanggaan Appa."
"Kau!" mata hitam yeoja kecil itu memandang sengit kearah Kyuhyun, sempat menggetarkan kyuhyun dalam ketakutan tanpa ujung. Kebencian telah menyelimuti iris cantiknya, membuat dada Kyuhyun berdenyut sakit. Dia tak terima, dia tak suka dengan pandangan itu. "Namja jahat yang menyakiti Umma! Kenapa kau selalu menyakiti Umma? Kenapa kau selalu membuat Umma menangis! Jahat! Jahat!"
"CHO TAEMIN! Seperti itu Ummamu mengajarkanmu ha? Menjadi seorang yeoja bar-bar dan bertindak tidak sopan di depan Appamu sendiri?"
"KAU BUKAN APPAKU!"
"CHO TAEMIN! BAWA DIA MASUK KEKAMARNYA DAN JANGAN ADA YANG BERANI MENEMUINYA KECUALI UNTUK MEMBERINYA MAKAN!" Cho Kyuhyun kalap! Dia berteriak kencang dengan menatap marah kearah apapun yang bisa di jangkau iris coklatnya. "CEPAT!"
"Lepaskan Minnie… Ahjussi lepaskan Minnie… Minnie mohon…" yeoja kecil itu meratap. "Lepaskan Minnie. Di rumah ini tak ada yang sayang Minnie, Park ahjussi tak sayang Minnie, Jung Ahjussi tak sayang Minnie, Shim Ahjussi, Shim Ahjumma, kalian semua tak sayang Minnie," ratap yeoja itu, tubuhnya telah lemas dalam seretan dua namja kekar di kanan kirinya.
Detik berikutnya. Kedua namja berbadan besar itu menghentikan langkahnya. Kemudian berlutut, mensejajarkan tingginya dengan yeoja kecil itu.
"Itu tidak benar Chagi, kami sayang Minnie—," suara seraknya seakan menggambarkan kepedihan hatinya. Berbadan kekar, namun berhati lumpuh untuk menghadapi yeoja kecil dalam cengkramannya.
"Tapi—"
"Pergilah Chagi, susul Ummamu."
Kyuhyun terbeliak mendengar ucapan dua guard di hadapannya dan makin membulat saat memandang langkah kecil itu berlari cepat meninggalkannya.
"Ya! Apa yang kalian lakukan! Kalian kupecat!" Kyuhyun berkata geram pada dua guard di depannya.
Secepat kilat dia berlari menyusul langkah angel kecilnya. Sial! Jaraknya dengan Taemin telah cukup jauh.
Dia berlari… tahu pasti bahwa tujuan yeoja kecilnya pasti kearah gerbang depan. Menyusuri lorong-lorong besar Cho manor dengan langkah dan napas terengah. Seharusnya tak sulit untuk menyusul langkah yeoja kecil itu kalau saja dia memiliki paru-paru sehat sesehat paru-paru angel kecilnya itu.
"TAEMIN!" teriaknya saat melihat yeoja kecil itu tengah berlari melintasi ruang tamu.
Dia masih mencoba mengejarnya… namun jelas, paru-paru 'sial'nya membuat kekuatan langkah kaki panjang itu berkurang sedikit demi sedikit.
"TAEMIN BERHENTI!" Kyuhyun kembali berteriak saat yeoja kecil itu melewati gerbang tinggi yang telah terbuka, kemungkinan Sungmin tidak menutupnya lagi tadi. Namun, yeoja kecil itu sama sekali tak berhenti bahkan untuk sekedar menoleh pun tidak.
Mereka terus berlari… saling mengejar. Dengan napas yang terengah, keringat yang mengalir dan saling meneriakkan panggilan pada mereka yang dikejar.
"UMMAAA~"
"TAEMIN BERHENTI!"
Kyuhyun masih berteriak, keduanya telah keluar dari area perumahan mewah itu dan mulai memasuki keramaian jalanan kota Seoul.
"UMMAAA!" Taemin kembali berteriak. Kyuhyun ingin kembali berteriak, namun dadanya telah terasa sesak kepalanya juga telah berputar pelan.
Dan namja itu sedikit bernapas lega karena Taemin telah menghentikan larinya, bukan karena akhirnya dia mendengarkan perintah Kyuhyun, tapi karena yeoja kelinci yang menjadi tujuannya telah terlihat mata. Yeoja kelinci yang sempat terkejut saat menatap Taemin, namun jauh lebih terkejut saat melihat keberadaan Kyuhyun.
Kyuhyun masih terengah dengan kaki yang terasa bergetar saat menatap adengan drama di depannya. Dimana Sungmin berlari cepat kearah Taemin dengan mata yang berlinang dan berteriak…
"KYUHYUN!"
Mwo?
Kyuhyun mengerjap bingung. Karena alih-alih memeluk Taemin, yeoja itu masih berlari… kearahnya, melewati Taemin yang juga menatap bingung. Apa maksudnya? Apa dia berpikir Kyuhyun disini untuk mencegahnya pergi ha?
"KYU!" sebuah pekikan keras… dan… dorongan yang begitu kuat hingga namja bertubuh kurus itu terdorong beberapa meter, terhuyung dan terjatuh di atas trotoar dengan mata yang terbelalak lebar menatap adegan live tepat di depannya.
Scene itu… tampak seperti sengaja di buat slow motion. Tampak sangat jelas… sangat detil… saat Sungmin dengan wajah penuh ketakutan mendorongnya sekuat tenaga… lalu tersenyum saat kyuhyun telah terhempas dan…
'BRUHG!'
Tubuh itu terpental…
Jauh….
Menyisakan sebuah mini truk di depannya dan pekikan melengking ngeri.
"UMMAAAA!"
_TBC_
HAPPY SEXY, FREE & SINGLE! I'M Ready to Binggo! *haha... itu lah yang Lhyn denger dari Tasernya, ga tau nanti lyric aslinya gimana* SEXY, FREE & SINGLE! I'M Ready to Binggo! Holla-holleoooo~ *abaikan teriakan gaje ini*
Ehem... dan...Happy Birtday Uri Leader... haha... saking EXCITEDnya ama 6jib Suju ampe lupa ama ultah Teukie Oppa... Happy B'day Oppa...muga makin muda... langgeng ama Appa Kangin... sukses selama Wamil... and wish averything the best for U Emmuach!
YUP! Lhyn comeback bersamaan dengan comebacknya Suju… setelah dimanjakan dengan teaser2 awosome selama sekian hari sejak tanggal 21 Juni, akhirnya… SUJU's Back! YEAH! Dan ini adalah Fic euphoria dari Lhyn. Agak aneh sih menggambarkan kesenangan dengan fic Sad gini… hihi….
Untuk Ending boleh request deh… mau Sad ato Happy… mengingat Lhyn masih kena virus Sad ending dan sebagai yeoja normal suka Happy ending. Fic ini pendek kok… paling jauh 3chap aja, sebagai penjeda sebelum fic selanjutnya kluar.
Adakah yang berkenan Rifyu? Yang rifyu nanti Lhyn kasih cipok deh…. *dibakar*
