Araelf Mizuchi Malter
.
First Kiss
.
Ada yang bilang cinta itu seperti menunggu bus.
Kadang yang datang bukanlah yang selalu kau harapkan.
"Shit."
Pria yang menggunakan jas berwarna hitam dengan wajah tampan dan mata sehitam arang itu mengumpat. Kaki berbalut sepatu pantofelnya menendang ban mobil miliknya dengan keras.
Dan dia menyesal setelahnya. Ini benar-benar sakit. Tapi walaupun kesakitan wajahnya tetap menunjukkan ekspresi datar, hanya kening yang berkerut satu-satunya ekspresi yang ditunjukkannya.
Dalam hati mengumpati nasibnya yang benar-benar sial hari ini.
Mobil mewah yang dikendarainya sepulang dari tempat pertemuan bisnis tiba-tiba saja mogok ditengah jalan. Sialnya dia sama sekali tidak mengerti apapun tentang mesin. Supir? Dia tidak suka disupiri, itu membuatnya lebih repot.
Lelaki tampan bernama Kim Kibum itu bergidik kedinginan. Ini pertengahan bulan desember dan salju sedang turun dengan lebatnya, otomatis suhu udara disekitarnya juga jadi semakin dingin.
Mengusap kedua lengannya untuk mengurangi rasa dingin, Kibum sekali lagi mengumpati nasib sialnya. Handphone nya mati dan dia lupa men-charge nya. Kalau tidak kan dia bisa menghubungi bawahannya untuk menjemputnya. Dia juga sudah berdiri disana selama 37 menit dan tidak ada satupun taksi yang lewat.
Hah. Sepertinya dia harus pulang dengan naik bus saja. Walaupun sedikit menurunkan image nya tapi itu lebih baik daripada dia harus tetap disini mati membeku karena kedinginan dan memberikan kesempatan para wartawan brengsek itu untuk menulis artikel tentang kematiannya yang sangat tidak elit.
'Presdir Kim Corp ditemukan meninggal dimobilnya karena kedinginan.'
'Tragis. Kim Kibum meninggal terkena hipotermia ditepi jalan.'
Aish. Membayangkannya saja sudah membuatnya merinding.
Dengan menggunakan jaket tebalnya, Kibun melangkah guna mencari halte terdekat. Meninggalkan mobil mewahnya setelah sebelumnya mengunci dan mengambil barang-barang keperluan kantornya didalam mobil. Biarkan saja mobilnya disana, toh nanti dia bisa menyuruh bawahannya untuk mengurus itu.
Halte bus terlihat cukup sepi. Hanya ada beberapa orang yang terlihat disana. Mungkin itu karena jam pulang kantor yang masih lama dan udara dingin menjadi alasannya. Pengusah muda yang sukses itu mendudukkan dirinya seraya menggosok kedua telapak tangannya untuk mengusir dingin yang menyerang.
Tak berselang lama bus yang ditunggunya datang. Dengan tidak sabar Kibum menaiki bus dan menghembuskan napas lega karena suhu di bus itu cukup hangat.
Kibum duduk dikursi barisan kedua dari belakang. Bus ini ternyata cukup ramai oleh anak-anak sekolahan. Mungkin karena ini memang jam pulang sekolah.
Bersandar pada sandaran kursi, Kibum mulai memejamkan matanya untuk mengusir lelah yang mendera. Dia semalam tidak tidur karena sibuk mengurus keperluan rapat hari ini ditambah tumpukan dokumen yang harus diperiksanya. Seharusnya Kibum dulu menolak saat ayahnya menyuruhnya menjadi penerus perusahaan. Sekarang dia baru menyesal.
Padahal rasanya baru beberapa detik yang lalu matanya terpejam tapi Kibum harus membukanya lagi saat telinganya mendengar suara seperti errr... tangisan? Dan suara itu berasal tepat disamping tempat duduknya. Kibum menoleh. Seorang siswa berseragam SMA dengan rambut ikal coklat dan jaket tebal berwarna senada sedang duduk disampingnya. Kibum tidak bisa melihat wajahnya yang tertutup poni karena remaja itu sedang menunduk.
Awalnya Kibum tidak yakin jika suara tangisan yang didengarnya dari siswa itu, tapi dilihat dari bahunya yang bergetar mungkin saja itu benar.
"Hei, Kau baik-baik saja?" Err seharusnya bukan begini cara bertanya. Tapi jika Kibum yang melakukannya entah kenapa semuanya jadi datar.
Kibum itu sangat buruk dengan yang namanya bersosialisasi. Dia lebih memilih tenggelam dalam lautan dokumen daripada harus menghadapi bocah labil yang sedang menangis. Mungkin patah hati.
"Yak! Bocah. Kau kenapa?" Kibum berbisik seraya menyenggol lengan si bocah dengan jari telunjuknya.
Bukannya menjawab tapi suara tangisan itu malah menjadi sedikit lebih keras. Hanya sedikit memang, tapi itu sukses membuat beberapa orang yang duduk didekat mereka menatap Kibum tajam, seolah dia tersangka yang membuat bocah disampingnya ini menangis.
Kibum mengumpat pelan. Sudah berapa kali dia mengumpat hari ini, hm? Dengan berat hati Kibum menundukkan kepalanya hingga berhadapan dengan bocah tengil -dalam kamusnya itu. Bocah itu memejamkan matanya erat tapi air matanya tetap saja bisa lolos dan mengalir dipipi chuby itu. Bibir bawahnya digigit hingga tampak bengkak, mencoba meredam tangisnya sendiri. Kibum akui bocah ini terlihat cukup manis walaupun sedang menangis. Tapi dia tidak akan mengatakannya.
"Hei, ka-" Bus yang direm mendadak membuatnya tidak bisa menyelesaikan kata-kata.
Mata hitam itu terbelalak begitu juga dengan bocah didepannya. Tidak ada lagi suara tangiaan tertahan. Kibum sekarang dapat melihat mata yang tadi tersembunyi dibalik kelopak mata itu. Dia bahkan dapat melihat refleksi dirinya di mata bulat jernih yang sewarna lelehan caramel. Dan Kibum terpesona. Apalagi dengan bibir tipisnya yang bersentuhan langsung dengan bibir pink bengkak itu. Terasa sangat pas dan bibirnya dapat mencecap rasa manis dari bibir didepannya.
Tapi sepertinya waktu memang tidak berada dipihaknya karena sesaat kemudian orang yang dipanggilnya bocah itu tiba-tiba tersadar dan berteriak sekencang-kencangnya denga suara bass yang entah kenapa terdengar sedikit cempreng.
"Huwwwwwwweeeeeee"
Berakhir dengan Kibum yang tuli mendadak.
.
Araelf
.
Pemuda manis berambut ikal itu mengusap air matanya kasar. Tangisnya sudah reda hanya isakan-isakan kecil yang tersisa. Bibir plump itu terus menggumamkan kata 'dasar orang tua sialan' 'itu ciuman pertamaku' 'mesum' 'pedophile brengsek'.
Kibum tersedak ludahnya sendiri. Bocah SMA disampingnya ini benar-benar membuatnya speechless. Dia tidak masalah dikatai orang tua karena umur mereka memang jauh berbeda. Tapi kata pedophile dan mesum sedikit mengganggunya.
Hei, itu hanya kecelakaan. Dia juga tidak mau mencium bocah SMA kurang pengalaman ini -walapun tadi dia cukup menikmatinya. Jika bisa memilih dia lebih suka mencium orang berpengalaman yang bisa mengimbangi ciumannya. Oke, sepertinya ini sudah cukup jauh melenceng dari topik awal.
Setelah insiden ciuman tidak sengaja di bus tadi Kibum segera menarik -jika tidak mau dibilang menyeret tangan siswa SMA yang ternyata bernama Cho Kyuhyun -Kibum tau dari name tag didadanya itu untuk turun dari bus. Walaupun agak sedikit susah karena bocah ini memberontak dan masih saja menangis. Dan disinilah mereka sekarang. Ditaman didekat halte bus.
"Berhentilah menangis. Kau terlihat seperti wanita." Niat Kibum sebenarnya hanya untuk menyuruhnya berhenti menangis tapi entah kenapa mulutnya malah mengatakan hal lain.
Kyuhyun menatap Kibum dengan death glare andalannya. "Kau bisa setenang itu karena kau tidak tau perasaanku."
"Memangnya siapa yang peduli dengan perasaanmu." Kibum mengedikkan bahunya tak peduli.
PLAKK!
Tangan kurus itu sukses mendarat dikepala Kibum. Membuat si empunya kepala mengerang kesakitan sekaligus merasa pusing.
"Itu ciuman pertamaku, brengsek. Dan kau sudah merebutnya dariku." Sungguh. Kyuhyun terlihat seperti gadis perawan yang keperawanannya direnggut secara paksa. Tapi itu memang benar, hanya saja keperawanan bibirnya yang terenggut disini.
"Yak! Berapa umurmu?" Tamparan bocah kurus ini dikepalanya benar-benar sakit. Tangan itu hanya terdiri dari tulang dan sedikit daging. Membuatnya harus mengusap kepala untuk mengurangi sakit. "Aku 17 tahun. Memangnya kenapa?"
"Aku 28 tahun. Jadi aku lebih tua 11 tahun darimu."
"Lalu? Kau ingin apa? Kau ingin aku memanggilmu om-om pedo?" Mata caramel yang memerah karena menangis itu menatap sengit dan dibalas tidak kalah sengit oleh si pemilik mata hitam.
"Begini kah caramu memperlakukan orang yang lebih tua?"
"Tidak. Aku selalu bersikap baik dengan orang lain. Tapi tidak untuk orang tua mesum dan pedofil sepertimu."
"Aish. Berhentilah memanggilku pedophile. Aku bukan pedophile dan aku juga tidak tertarik denganmu." Kibum mulai out of character. Dia yang biasanya tidak akan mau berbicara panjang lebar apalagi untuk meladeni bocah labil.
"Apa kau bilang tadi? Ciuman pertamamu? Hell, dengan usiamu yang sudah 17 tahun itu seharusnya kau sudah mencium banyak orang." Oh, sepertinya Kibum sedang membicarakan masa lalunya sendiri.
"Aku bukan orang sepertimu. Sekali lihat saja aku tau kau itu playboy mesum." Suara bass yang sedikit cempreng itu kembali berteriak disamping telinganya. "Ciuman pertama itu seharusnya dilakukan dengan orang yang kita cintai. Itu yang ibuku katakan. Tapi sialnya aku malah melakukannya denganmu. Menjijikkan." Pipi chubby Kyuhyun menggembung dan bibirnya terpout sempurna.
"Lalu apa kau juga bercita-cita ingin menikah dengan cinta pertamamu? Apa itu juga yang ibumu katakan. Memangnya apa itu cinta. Seperti kau mengerti saja." Kibum tersenyum mengejek kearah Kyuhyun sebelum akhirnya bibir itu mengeluarkan erangan kesakitan. Tangan kurus itu kembali mendarat dikepalanya. Kali ini rambut hitamnya yang menjadi korban tarikan tangan maut itu.
"Rasakan. Ini hukuman karena kau sudah mengambil first kiss ku dan juga mengejekku." Kyuhyun menggigit bibirnya gemas. Mata caramel itu seolah memancarkan kobaran api seperti di komik-komik yang pernah dibacanya.
"Yak! Lepaskan bocah." Tenaga bocah kurus ini ternyata sangat kuat. Kibum jadi menyesal karena tadi meremehkannya.
"Kalau aku tidak mau kau mau apa, hah?"
Ck. Berani sekali bocah ini menantanganya.
Kibum melirik ke sekelilingnya. Untung saja taman ini sedang sepi kalau tidak harga dirinya pasti sudah jatuh. Mata hitam itu menatap Kyuhyun dengan tatapan mengancam. "Aku akan menuntutmu atas tindakan kekerasan."
Kyuhyun mendengus mendengar ancaman bodoh itu. Hei, dia bukan orang yang bisa kalah begitu saja. Bahkan dia tidak akan mau mengalah untuk anak kecil sekalipun.
"Aku juga bisa melaporkanmu atas tuduhan pelecehan seksual terhadap anak dibawah umur, Tuan pedo." Kyuhyun menyeringai saat pria disampingnya ini terdiam. "Lagi pula jika kau menuntutku, apa kau tidak malu karena dianggap kalah bertarung dengan bocah SMA sepertiku?" Kyuhyun menekankan kata 'bocah' untuk mengejek orang yang daritadi selalu memanggilnya bocah.
Sialan. Bocah ini sangat pintar membalikkan kata-katanya.
Tarikan dirambutnya yang terasa semakin kencang membuat Kibum harus memutar otak jenius nya dengan cepat. Takut jika lebih lama lagi akan membuatnya jadi botak .
Apa yang biasanya anak SMA sukai?
Masa SMA Kibum dulunya sangat membosankan, selalu dipenuhi dengan kegiatan belajar tentang management ataupun membantu ayahnya mengurus perusahaan. Jadi dia tidak terlalu paham dengan apa yang disukai anak SMA.
Kibum harus mencoba peruntungannya. Setidaknya itu lebih baik dari pada diam dan membiarkan rambut dikepalanya rontok satu persatu. "Aku akan memberikanmu uang jika kau melepaskanku. Bagaimana?" Ini bukan sogokan, tapi tawaran ala Kim Kibum.
Bukannya lepas tapi tarikannya malah semakin kencang. Sepertinya Kibum harus mencatat baik-baik bahwa tidak semua orang bisa disogok dengan uang. Percobaan pertama GAGAL.
Peruntungan yang kedua. "Bagaimana dengan handphone canggih? Arrrgh." Oke, ini juga GAGAL.
Kibum mulai kehabisan ide. Sepertinya dia harus meragukan otak jeniusnya kali ini.
"Hmm. Es krim?" Kibum agak ragu mengatakan ini sebenarnya karena mana ada siswa SMA yang masih menyukai es krim. Tapi ternyata cukup berhasil. Walaupun bocah itu tidak mengatakan apa-apa tapi tarikan dirambutnya sedikit berkurang. Jadi bisa dibilang ini 30% berhasil, kan?
Kibum jadi teringat keponakannya yang berumur 7 tahun. Kibum biasanya juga membujuknya dengan es krim karena dia sangat menyukainya. Apalagi jika sambil bermain game.
Tunggu. Game?
"Jika kau melepaskanku, aku juga akan membelikanmu game baru. Bagaimana?" Dan berhasil.
Tarikan dirambutnya terlepas dengan sempurna. Tapi belum sempat dia bernapas lega sekarang giliran tangannya yang ditarik.
"Kau mau membawa ku kemana?" Kibum bertanya tapi kakinya tetap melangkah mengikuti tarikan tangan Kyuhyun.
"Tentu saja membeli game untukku. Setelah itu kita juga harus membeli es krim, paman." Kyuhyun terus melangkah tetapi matanya menatap berbinar kearah Kibum. Senyum manis tersungging dibibirnya. Membuat Kibum entah kenapa tidak bisa menolak.
Dan apa tadi Kyuhyun memanggilnya paman?
Aish. Kenapa rasanya dia seperti sedang bersama keponakannya. Apa benar bocah didepannya ini siswa SMA? Kenapa terasa sangat meragukan.
.
Araelf
.
Kibum bangkrut.
Ternyata keputusannya untuk membawa bocah SMA ini untuk membeli game sangat salah. Bocah ini sukses membuat tagihan Credit Card nya membengkak.
Bagaimana tidak?.
Awalnya Kibum mengira bocah ini akan membawanya ke toko game biasa tapi ternyata bocah ini malah membawanya ke Mall yang kebetulan dekat dari taman. Mereka bergandengan tangan sepanjang jalan masih dengan Kyuhyun yang menyeret Kibum.
Memaksa Kibum mengelilingi Mall yang luasnya entah seberapa hektar dan masuk dari satu toko game ke toko lainnya. Dari lantai dasar sampai lantai 7 -lantai teratas Mall.
Kyuhyun benar-benar tidak menyia-nyiakan kesempatan. Setiap memasuki satu toko, Kyuhyun selalu memaksa Kibum membelikannya game terbaru mulai dari PSP, PS4, Nitendo, StarCraft bahkan hingga LEGO sekalipun. Jangan lupakan kaset game yang entah sudah berapa jumlahnya. Sepertinya Kibum harus bekerja lebih giat lagi untuk membayar ini semua.
"Paman. Kau yakin tidak mau es krim?"
Kibum melirik Kyuhyun dengan ekor matanya. Mereka sekarang sedang berjalan berdampingan. Kibum kebagian tugas membawa semua barang belanjaan Kyuhyun yang sangat banyak ditambah lagi barang-barang keperluan kantornya. Sedangkan Kyuhyun malah enak-enakan memakan es krim coklat kesukaannya. Hah. Dia jadi merasa seperti gantungan tas berjalan.
"Tidak." Dia tidak terlalu suka sesuatu yang manis.
"Paman yakin? Es krim nya sangat enak."
Kibum menggeleng. "Untukmu saja. Cepat habiskan dan setelah itu kita pulang."
Kyuhyun mengangguk dan tetap memakan es krim nya sambil berjalan. Mereka sesekali berbicara. Kyuhyun yang lebih sering berbicara sebenarnya sedangkan Kibum hanya sesekali menanggapi.
Namun saat mereka melewati salah satu restaurant mewah di Mall itu Kibum tiba-tiba menghentikan langkahnya. Sedangkan Kyuhyun yang masih asik dengan es krim nya tidak menyadari itu dan masih saja terus berjalan.
Mata hitam arang itu menatap intens pada satu meja di restaurant itu. Mencoba melihat apakah itu benar-benar orang yang dia kenal atau bukan.
Dan sebuah telukan di bahu membuatnya terkejut.
"Kenapa paman masih disini. Kau tau, aku terlihat seperti orang gila karena bicara sendirian." Kyuhyun mempoutkan bibirnya yang belepotan noda es krim. "Seharusnya paman bilang jika ingin berhenti."
Tak ada tanggapan dari Kibum. Matanya masih fokus menatap kedepan -kearah restauran. Kyuhyun yang melihat itu pun akhirnya bertanya. "Apa paman lapar?"
Kibum menggeleng. "Lalu kenapa paman berdiri disini?"
Kesal karena sedari tadi diacuhkan, Kyuhyun pun mengikuti arah pandangan orang yang dipanggilnya paman ini.
Tak ada yang aneh disana. Yang ada hanya para tamu yang sedang makan dan dua orang pria dan wanita yang sedang makan sambil mengobrol. Mereka sepertinya sepasang kekasih dilihat dari betapa sok mesranya mereka dengan si wanita yang sedang bergelayut manja dilengan pria satunya.
Kyuhyun bergidik. Itu sangat menjijikkan menurutnya. Tapi kenapa Kibum sangat betah melihatnya. "Paman kenal mereka?" Kyuhyun menunjuk pada sepasang kekasih itu. "Apa mereka temanmu?"
"Bukan." Kibum menjawab dengan datar. "Tapi yang wanita itu adalah calon tunanganku."
Ya. Calon tunangan karena mereka dijodohkan, bahasa lainnya pertunangan untuk bisnis antar keluarga.
Kyuhyun mengangguk. "Oh. Calon tunang-. Eh?" Caramel itu menatap horror pada Kibum.
Bagaimana mungkin orang ini masih tetap tenang padahal dia melihat sendiri kekasihnya sedang bermesraan dengan orang lain. Kyuhyun sepertinya salah presepsi. Kibum tadi bilang itu calon tunangan bukan kekasihnya.
"Sudahlah. Ayo pergi."
Kibum menarik tangan Kyuhyun, agak susah sebenarnya karena tangannya saja sudah penuh dengan barang-barang Kyuhyun. Tapi ditarikpun bocah ini masih saja tidak mau bergerak. Dia malah melepaskan tangannya.
"Paman tunggu disini. Oke."
Kyuhyun mengedipkan sebelah matanya pada Kibum kemudian masuk kedalam restorant itu dengan cup es krim yang masih tersisa setengah ditangannya. Kibum sendiri hanya memperhatikan apa yang akan Kyuhyun lakukan dari luar. Entah apa lagi yang akan bocah itu lakukan.
Seringaian Kyuhyun merekah, dia berjalan santai ke arah calon tunangan Kibum. Kemudian berhenti didepan mejanya dengan senyum manis.
"Permisi Tuan dan Nona. Saya ingin mengganggu waktu kalian sebentar." Di awali dengan sopan -.
"Ya. Ada ap-."
Cup es krim Kyuhyun mendarat tepat dikepala wanita calon tunangan Kibum. Cairan cokelat itu mengalir mengotori wajah penuh make up tebal itu.
"YAK! APA YANG KAU LAKUKAN?"
Seringaian Kyuhyun semakin mengembang saat wanita itu meraung. Mereka sekarang menjadi pusat perhatian disana.
"Kau tidak bisa melihatnya? Haruskah aku mengulangnya lagi?" -dan diakhiri dengan kurang ajar.
Dipungutnya cup es krim yang terjatuh itu dan Kyuhyun kembali melemparkannya ke arah wanita itu. Kali ini tepat mengeni wajah, membuatnya kembali meraung.
"Paman. Apa kau pacarnya?" Kyuhyun bertanya pada pria yang sedang membantu membersihkan wajah penuh es krim itu dengan tissue.
"Iya, aku pacarnya. Kau siapa?"
"Apa paman orang kaya?"
Bukannya menjawab Kyuhyun malah balik bertanya. Dia ikut mengangguk saat pria didepannya ini mengangguk mengiyakan.
"Aku ingin memberikan paman saran. Hati-hati dengan penyihir ini." Kyuhyun dengan sesuka hatinya mengganti nama orang dan menunjuk-nunjuk wajah wanita penyihir itu. "Dia itu penipu."
"APA MAKSUDMU, BOCAH?"
Kyuhyun tidak mempedulikan teriakan itu, tatapannya masih terfokus pada pria didepannya.
"Paman tau. Dia itu calon tunangan paman ku, tapi ternyata dia malah berpacaran denganmu. Padahal pamanku sangat mencintainya."
Kyuhyun itu sok tau. Tau dari mana dia kalau Kibum mencintai wanita ini? Suka saja belum tentu. Dan sejak kapan Kibum jadi pamannya Kyuhyun.
"Dia juga mata duitan. Dia mengencani pamanku karena pamanku kaya. Aku juga pernah melihatnya bersama pria kaya lainnya."
Selain sok tau, ternyata Kyuhyun itu punya mulut besar, pintar bohong juga.
"Benarkah itu sayang?"
Kyuhyun menyeringai saat pria didepannya terlihat terpengaruh dengan kata-katanya. Sepertinya dia punya bakat untuk menjadi penipu ulung.
"Tidak. Itu tidak benar, sayang." Wanita itu menatap tajam pada Kyuhyun. Dia jadi terlihat jelek apalagi dengan cokelat diwajahnya. "Memangnya siapa pamanmu itu? Akan kuhajar dia karena sudah menfitnahku."
"Aku." Kibum berdiri disamping Kyuhyun, menatap datar pada sepasang kekasih didepannya. "Aku pamannya." Dia mengulang perkataannya lagi.
Kyuhyun menyeringai, digandengnya tangan Kibum kemudian tersenyum congkak. "Benar. Dia pamanku."
Tapi ngomong-ngomong dimana barang belanjaan Kyuhyun tadi. Kenapa Kibum datang dengan tangan kosong? Awas saja kalau hilang, dia akan minta ganti dua kali lipat. Kyuhyun sepertinya tidak sadar, yang beli kan Kibum, pakai uang Kibum juga jadi terserah Kibum mau dia apakan barang-barang itu.
Wanita itu mulai gelagapan, dilepaskannya genggaman sang kekasih yang menatap bingung padanya.
"Jangan mendekat. Jauh-jauh dariku."
Kibum kembali berbicara saat wanita itu berjalan mendekatinya. Dia terlihat seperti mengusir anjing, apalagi ditambah dengan gerakan tangannya.
"Kibum. Aku bisa jelaskan."
Kibum masih tetap memasang wajah datarnya. "Jangan bicara denganku. Jangan muncul lagi dihadapanku atau aku akan menghancurkan perusahaan milik keluargamu. Perjanjian pertunangan kita batal."
Mata caramel Kyuhyun menatap memuja pada Kibum. Dia sekarang terlihat sangat keren dimata Kyuhyun. Persis seperti di drama-drama yang ditonton ibunya, saat seorang pria memutuskan wanitanya begitu saja.
Kyuhyun diam saja memperhatikan Kibum saat paman tampan itu menarik tangannya keluar dari restorant. Meninggalkan sepasang kekasih yang sedang bertengkar. Kyuhyun yakin wanita penyihir itu pasti akan diputuskan lagi. Putus dua kali dalam sehari, seperti minum obat saja.
"Paman." Kyuhyun baru berbicara setelah mereka melewati pintu keluar dari Mall itu. "Mana barang-barangku?"
Kibum berhenti -mau tidak mau Kyuhyun juga harus berhenti. Dia berbalik menghadap Kyuhyun. "Aku meninggalkannya diluar restoran." Dan mengucapkannya dengan wajah datar tanpa ada rasa bersalah sedikitpun.
.
Araelf
.
Mata hitam Kibum menatap pada rumah mewah didepannya kemudian beralih pada Kyuhyun.
"Ini rumahmu?" Kyuhyun menggeleng. "Lalu kenapa kau menyuruh supir taxi itu untuk berhenti disini?"
Mereka memang pulang naik taxi, mobil Kibum kan sedang rusak jadi tidak bisa dipakai. Jadi Kibum mengantar Kyuhyun dulu baru setelah itu pulang kerumahnya sendiri dengan taxi.
Cengiran lima jari Kyuhyun terkembang. "Ini memang bukan rumahku tapi rumah orang tuaku."
Tangan Kibum menepuk kepala Kyuhyun sekali. Dia jadi gemas sendiri dengan bocah ini. Kalau ini rumah orang tuanya otomatis ini juga rumahnya kan. "Sudah sana masuk."
"Aku akan meneleponmu nanti, paman."
"Kau kan tidak punya nomorku." Kibum menyerngit yang dibalas Kyuhyun dengan seringaian. "Karena itu aku mengatakannya. Anggap saja basa-basi"
"Kalau begitu, aku berharap agar kita tidak pernah bertemu lagi."
"Bagaimana jika suatu saat kita bertemu lagi?"
"Aku akan mencincangmu hidup-hidup saat itu juga."
Bibir Kyuhyun berdecak, dia baru tau kalau Kibum itu sadis. "Hei, mana bisa begitu, paman. Bagaimana jika kita taruhan?"
"Taruhan denganmu pasti tidak akan menguntungkan bagiku."
"Tentu saja." Bukannya tersinggung Kyuhyun malah tersenyum bangga. "Paman kan orang kaya jadi tidak perlu keuntungan dariku."
"Kau juga kaya, bocah."
Kibum mengingatkan Kyuhyun, tapi bocah itu sangat pintar membalas kata-katanya.
"Yang kaya itu orang tuaku, aku tidak punya apa-apa, paman."
Kibum memutar bola matanya -malas meladeni bocah ini, lidahnya benar-benar licin. "Baiklah apa taruhannya?"
Kyuhyun tersenyum aneh. "Liat saja nanti. Aku akan memberitahumu saat kita bertemu lagi." Kemudian mendorong-dorong Kibum agar kembali masuk kedalam taxi. "Sudah pulang sana."
Setelah masuk kedalam taxi, Kibum menurunkan jendelanya dan kembali menatap Kyuhyun. "Aku penasaran, kenapa kau tadi menangis?"
"Ternyata paman bisa penasaran juga?"
"Sudahlah aku pergi."
Kyuhyun tertawa, menggoda Kibum itu menyenangkan baginya. Dia masih tertawa sambil melambaikan tangannya saat taxi yang ditumpangi Kibum melaju menjauhinya.
"AKU JUGA AKAN MEBERITAHU ITU SAAT KITA BERTEMU LAGI. SAMPAI BERJUMPA PAMAN."
Dia berteriak seperti orang gila setelahnya.
~TBC~
Mian, fanfic yang kemaren itu salah publish XP
Ini yang seharusnya dipublish kemaren..
Hope you like it
