Intoxicated
Chapter 1 : Save Me
story by delighted stardust
Disclaimer : Fiksi
Pairing : BTS – Kim Taehyung x Jeon Jungkook
Rate : T+
Genre : Romance, Drama, Angst, AU: College-Life
Warning : BoyxBoy. Mature Language (not really sure). Rating may change, may not. Out of Character.
Summary :
Kim Taehyung yakin dirinya 100% straight. Ia tidak merasa memiliki penyimpangan dalam orientasi seksualnya. Semenjak putus dengan mantan pacarnyaㅡKim JennieㅡTaehyung belum menjalin hubungan dengan siapapun. Ia seolah menutup hatinya rapat rapat. Hingga Jeon Jungkook datang dan mendobrak pintu hati. Disaat itulah, Kim Taehyung kehilangan keyakinannya.
Don't like, don't read. Happy reading!
Story :
KIM TAEHYUNG tidak pernah merasa seputus asa ini dalam hidupannya. Sekian banyak kemalangan yang terjadi padanya tidak membuat Taehyung gentar. Ia selalu menanamkan pemikiran kepada dirinya sendiriㅡtidak ada badai yang berlangsung selamanya. Segalanya akan berangsur-angsur menjadi lebih baik. Setidaknya sebelum hari ini datang, ia mempercayai kalimat itu selama 18 tahun.
Suhu kota Seoul pada malam hari ini mencapai -5°C. Teramat sangat dingin sehingga mengharuskan siapapun yang hendak keluar memakai setidaknya dua lapis pakaian beserta mantel hangat. Tetapi pemuda yang memiliki mata berwarna cokelat gelap ini dengan beraninya menantang keadaan sekitarnya tanpa mengenakan pakaian yang berarti untuk melindungi dirinya dari dinginnya kota Seoul. Ia hanya mengenakan kaus putih polos yang dikombinasikan dengan ripped jeans berwarna hitam. Parahnya lagi, pemuda ini bertelanjang kaki.
Mungkin bagi orang lain, pemuda bernama Taehyung itu sudah kehilangan kewarasannya. Siapapun yang mengenakan pakaian seperti itu dan tidak mengenakan alas kaki, sudah dapat dipastikan tidak akan bertahan selama lima menit. Tetapi tubuh Taehyung seolah kebal dengan udara dingin yang menusuk tulang. Ia pun berjalan menuju bibir pagar pembatas Sungai Han. Ia mencondongkan badannya kebawah, menatap refleksi dirinya pada air. Tak berlangsung lama, Taehyung kemudian mengalihkan pandangannya ke langit yang sedang kosong. Tidak terdapat satupun bintang disana. Ia pun menghela napas kecewa.
"Doyoung-ah, ini aku lagi." ujar Taehyung dengan suara yang bergetar. Ia masih tidak melepaskan pandangannya dari langit. "Aku merindukanmu, Doyoung-ah.."
"Aku tahu aku telah berjanji padamu untuk tetap bertahan meskipun hal-hal buruk menimpaku, namun kali ini aku sudah mencapai batas kemampuanku. Aku lelah, Doyoung-ah. Ketidakhadiranmu disisiku membuat segalanya menjadi lebih buruk." Tanpa sadar kedua bola mata Taehyung mengeluarkan cairannya. Sedikit demi sedikit, kemudian berubah menjadi seperti air keran. Ia sadar ia tak mampu menahan kesedihannya lagi.
"Kau dimana, sayangku? Aku tidak dapat menemukanmu malam ini. Ah, aku sudah tidak sabar untuk menyusulmu.." gumam Taehyung. Kali ini tangisannya sudah berhenti. Ia hanya menatap kosong kearah langit yang malam ini tidak dihiasi dengan hamparan bintang.
Taehyung pun mengangkat kakinya dan segera melompati pagar pembatas jembatan Sungai Han. Tulisan "Jangan akhiri hidupmu, keluargamu menanti dirumah." pada baliho disekitar pagar seolah tak pernah bereksistensi. Diacuhkan tanpa tertoleh sediktpun oleh Kim Taehyung. Ia menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya melalui mulut. Lalu ia memejamkan matanya, perlahan lahan, genggaman tangannya pada pagar pembatas mengendur. Akhirnya ia kehilangan tumpuannya.
Taehyung kira ia akan mati. Tetapi nyatanya setelah ia melepaskan genggaman pada pagar pembatas, seseorang menahannya. Mencengkeram pergelangan tangan Taehyung dengan teramat erat sembari menahan dirinya dengan berpegangan pada pagar pembatas. "Hyung.. Aku tidak mengenal kau tapi sepertinya kau adalah hyung ku. Kumohon jangan seperti ini. Naiklah, aku akan membantumu. Bunuh diri tidak akan menyelesaikan permasalahanmu." ujar pemuda yang datang tepat waktu sehingga perbuatan Taehyung yang idiot ini dapat dicegah.
Taehyung membuka matanya. Kedua bola matanya yang berwarna coklat gelapㅡtipikal asiaㅡitu bersitatap dengan seseorang yang sedang memperkuat cengkeramannya pada pergelangan tangan Taehyung agar ia tidak melarikan diri. "Lepaskan aku." Titah Taehyung dengan intonasi suara yang teramat rendah.
"Tidak."
"Kalau kau bersikeras menceburkan diri dan membiarkan dirimu hanyut dibawa arus, aku akan mengikutimu ke akhirat." jelas pemuda yang bahkan tidak Taehyung kenal namun rela membahayakan dirinya sendiri. Yah, siapa tahu pemuda itu hanya berkelakar.
Kedua bola mata Kim Taehyung saat ini sedang menatap mata pemuda yang menyelamatkannya dengan tatapan penuh kebencian. Taehyung pun mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Taehyung akhirnya kembali naik dengan dibantu oleh pemuda itu. "Bodoh." gumam Taehyung.
"Baguslah kalau kau sadar. Ngomong-ngomong namaku Jeon Jungkook. Aku siswa SMA di Busan. Aku hanyalah pendatang. Kau tentu tidak ingin seorang pendatang ikut mati karena tindakanmu yang apatis, bukan?" Ucapan Jungkook membuat Taehyung memutar bola matanya.
Taehyung yang kesal segera meninggalkan pemuda yang baru saja menyelamatkannya dari maut ituㅡatau mungkin bukan menyelamatkan mengingat Taehyung sendiri yang akan mengakhiri hidupnya. Ia mengacuhkan kata demi kata yang Jungkook ucapkan.
Namun baru beberapa langkah menjauhi Jeon Jungkook, kepala Taehyung terasa pening. Jalannya sempoyongan seperti orang mabuk alkohol. Dunia disekitarnya seolah terombang ambing bagaikan ombak di lautan. Taehyung pun ambruk. Kalau saja Jungkook lambat mencerna perubahan sikap pemuda yang dihadapannya itu, sudah jelas kepala pemuda itu akan menghantam kerasnya aspal jalanan.
Tiba-tiba tubuh seorang Kim Taehyung bergetar hebat. Tubuhnya mengejang, persis seperti orang yang kerasukan makhluk halus. Sekitar 30 detik kemudian, Taehyung bergeming. Kejangnya berhenti.
"Hyung! Hyung, astaga!" pekik Jungkook. Ia memeluk kepala Taehyung sembari menepukkan tangannya ke wajah Taehyung, berusaha mengembalikan kesadarannya. Kulitnya yang membiru membuat Jungkook semakin cemas. Dengan tergesa-gesa Jungkook mengeluarkan handphone dari saku celananya. Ia segera menghubungi ambulans.
Tak lama setelah itu, ambulans datang dan segera membawa Taehyung ke rumah sakit terdekat. Dalam perjalanan napas Taehyung terhenti. Petugas kesehatan di dalam ambulans tersebut memberikan resusitasi jantung untuk mengembalikan sirkulasi pernapasannya. Petugas itu menekan dada Taehyung berkali kali hingga akhirnya terjadi pergerakan. Kim Taehyung telah kembali bernapas. Dengan tergesa petugas itu pun memasangkan selang oksigen pada hidungnya.
"Hyung, bertahanlah. Kau akan baik baik saja. Dengarkan kata-kataku. Jangan pergi. Tetap bersamaku." Mulut Jungkook berkomat-kamit seolah merapalkan mantra kesembuhan bagi Taehyung. Jujur saja, meskipun ia tidak mengetahui siapakah gerangan pemuda ini, ia tetap akan tersiksa apabila pemuda ini meninggal dunia. Ia akan merasa gagal menyelamatkannya.
Syukurlah lalu lintas kota Seoul dini hari ini sangat bersahabat. Biasanya pada akhir tahun seperti ini orang-orang akan berpergian hingga larut. Tetapi jalanan nyaris kosong, hanya terdapat kurang dari sepuluh kendaraan. Mereka pun dapat sampai di rumah sakit sebelum keadaan Taehyung memburuk.
;;;;
Jungkook masih berada di rumah sakit disaat Kim Taehyung akhirnya memeroleh kesadarannya seratus persen. Sejujurnya ia sudah merencanakan untuk pulang sejak tadi, namun hatinya tergerak untuk menemani Taehyung. Setidaknya sampai ia sadarkan diri.
"Taehyung-Hyung? Kau sudah sadar?!"
Taehyung bergumam tidak jelas. Entah apa yang berusaha dikatakannya, Jungkook tidak peduli. Melihat Taehyung yang sudah sadarkan diri, Jungkook bergegas memanggil dokter untuk kembali memeriksa keadaannya.
Pada saat Taehyung pingsan tadi, Jungkook terpaksa harus mengambil dompetnya untuk mencari identitas pemuda itu. Untung saja kartu tanda penduduk Taehyung tak lupa dibawanya. Jungkook setidaknya jadi bisa mengetahui nama pemuda ini. Dan.. mengetahui bahwa hari ini adalah hari ulang tahun pemuda itu.
"Kim Taehyung-ssi, apakah anda pernah mengkonsumsi obat anti-depresan?" tanya dokter yang memeriksa Taehyung dengan intonasi berhati-hati. Sepertinya dokter yang bernama Bae Joohyun pada name tag nya agak terintimidasi dengan tatapan tidak bersahabat Taehyung.
"Ya! Kenapa kau membawaku kesini? Seharusnya kau biarkan saja aku mati di Sungai Han tadi! Lagipula darimana kalian tahu namaku?!" Taehyung geram sekali dengan Jungkook. Ingin rasanya ia mencekik pemuda yang menyelamatkannya itu. Untung saja ia belum berminat menjadi penghuni penjara, lalu diurungkannya niat buruk itu.
"Hyung, aku tadi khawatir soalnya kau ambruk dan kejang-kejang secara mendadak. Aku tidak mungkin meninggalkanmu seperti itu, meskipun aku baru mengenalmu." Jelas Jungkook dengan tenang. Padahal sebenarnya ia sama dengan dokter cantik yang ada disebelahnya ini, ia merasa terintimidasi dengan tatapan Taehyung.
"Eh? Jadi aku tidak tenggelam?"
"Tidak."
Dokter Bae Joohyun pun menginterupsi percakapan mereka. Sepertinya ia kesal karena pertanyaannya diacuhkan oleh Taehyung. "Uhm, Kim Taehyung-ssi.. Saya mendiagnosa anda mengalami overdosis anti-depresan. Kulit membiru, kejang-kejang, sulit bernapas, serta kehilangan kesadaran, sepertinya sudah menjawab pertanyaan yang saya lontarkan sebelumnya."
"Hyung, kau mengkonsumsi anti-depresan?"
Taehyung memalingkan wajahnya tidak suka. Seharusnya aku biarkan saja bocah ini mati tenggelam denganku tadi. Ia mendecak kesal. "Ya. Hanya kali ini. Aku tidak tahu dosis yang tepat, jadi aku langsung memakannya saja."
"Baiklah. Untung saja temanmu ini tepat waktu memanggil ambulans. Akibatnya bisa sangat fatal apabila ia lambat. Anda bisa pulang setelah merasa lebih baik." Jelas dokter itu sambil tersenyum manis dan melangkahkan kakinya meninggalkan Taehyung bersama Jungkook.
Taehyung segera bangun dari ranjang rumah sakit yang menurutnya keras dan tidak nyaman itu. Taehyung mulai berjalan menuju meja administrasi, namun Jeon Jungkook menahan lengannya. "Apa?" Tanyanya dengan intonasi yang dingin.
"Hyung, kau tak perlu memikirkan urusan biaya. Aku sudah menyelesaikannya. Sekarang kembalilah ke ranjangmu dan istirahat." Jungkook tersenyum manis lalu menarik Taehyung dan mendudukkannya diatas ranjang.
"Kalau begitu aku ingin pulang. Minggir." Taehyung mendorong pelan tubuh Jungkook yang menghalangi langkahnya. Namun lagi-lagi Jungkook membuat Taehyung kesal dengan menarik tangannya.
"Ya! Berhenti bersikap kurang ajar, bocah." Ucapan Taehyung tidak digubris oleh Jungkook. Ia justru melepaskan mantel tebal yang dikenakannya. Ia juga melepaskan sarung tangan dan penutup kepalanya. Lalu ia memakaikan pakaian dinginnya itu kepada Taehyung.
"Setidaknya jangan keluar dengan pakaian seperti itu, Hyung. Kau bisa hipotermia."
"Terserah."
Taehyung pun berlalu. Bahkan ia tidak berterimakasih kepada Jungkook yang sudah menyelamatkan nyawanya dan membayar biaya pengobatan. "Hati-hati dijalan dan selamat ulang tahun, Hyung" pekik Jungkook sebelum Taehyung benar-benar jauh darinya.
Taehyung jelas mendengarnya. Ia tidak tuli. Namun ia memilih melanjutkan langkahnya menuju rumah.
;;;;
"Oppa, mianhaeㅡ" panggil sosok perempuan bersurai panjang dengan suara manja yang dibuat buat. Rambutnya itu dicat sedemikian rupa menjadi berwarna cokelat terang. Tipikal gadis populer di Universitas Dongguk.
"Terserah. Aku tidak memasakan perasaanku padamu, Jennie. Jika kau ingin hubungan kita berakhir, silahkan saja. Aku tidak peduli." Ujar Taehyung acuh tak acuh. Ia sudah muak sekali dengan Kim Jennie, pacarnya yang sekarang sudah menjadi mantan pacar ini.
KimKim Couple. Sebutan yang diberikan kepada dua sejoli ini. Mereka termasuk pasangan yang marak dibicarakan oleh mahasiswa di universitas ini. Yah bagaimana tidak? Kedua duanya termasuk pada jajaran mahasiswa most wanted garis keras.
Segalanya berawal kurang lebih dua tahun yang lalu.
Bisa dikatakan pertemuan pertama mereka sangat jauh dari kata baik. Taehyung dan Jennie pada saat itu sedang berada di klub malam. Keduanya sama-sama sedang sendirian. Akhirnya Taehyung pun memutuskan untuk menggoda gadis cantik itu dengan membelikannya chivas. Efek sampingnya? Tentu saja mereka berdua mabuk. Untung saja Taehyung saat itu masih memiliki sedikit kewarasan untuk menelepon jasa supir untuk mengantar mereka. Bisa ditebak, mereka berdua pun berakhir di tempat tidur dengan keadaan mabuk total.
Dulu Kim Taehyung sangat tergila-gila dengan gadis yang memiliki aegyo sangat menggoda itu. Belum lagi harum colonge yang tak pernah tak dipakai oleh Jennie. Wangi bubble gum yang melekat ditubuhnya dapat memabukkan seseorang yang berada pada radius satu meter. Namun sekarang ia mengutuk gadis itu mati-matian. Murahan, penggoda, pelacur. Itu yang ada dibenak Taehyung sekarang.
"Aku minta maaf jika aku menyakitimu, oppa. Aku hanya berusaha jujur kepadamu. Aku tidak ingin kau mendengar kabar ini dari orang lain." Bibirnya dikerucutkan seperti bocah yang merajuk karena permennya diambil. Tetapi Taehyung tidak luluh dengan hal sepele seperti itu. Ia kesal sekali. Perempuan yang telah dipacarinya selama hampir dua tahun itu berselingkuh dengan si brengsek Jeon Wonwoo.
"Persetan. Pergi sana." Taehyung mengibaskan tangannya, menandakan ia mulai tak suka dengan kehadiran Jennie disekitarnya. Baru saja Jennie ingin membuka mulutnya lagi namun kehadiran pria bernama Kim Doyoung menginterupsinya.
"Hyungiee! Ayo kita pergi makan. Aku lapar sekali." Adik kecilnyaㅡKim Doyoungㅡbocah menyebalkan dan manja yang sering kali menganggu momen berduaan Taehyung dan Jennie. Hanya saja kali ini ia bersyukur. Sikap manja Doyoung menyelamatkannya dari gadis ular yang ada dihadapannya.
"Ayo. Kau mau makan apa? Japchae? Kimbap? Tteokbokki? Pilih saja sesukamu. Kita makan sepuasnya hari ini." Ujar Taehyung sambil mengusap rambut Doyoung yang sarat akan afeksi. Ia menunjukkan senyuman kotaknya yang menawan.
Kedua kakak beradik itu pun pergi meninggalkan Kim Jennie yang menatap punggung mereka dengan penuh kebencian. Sandiwaranya kali ini tidak berguna, Taehyung sudah benar-benar tidak peduli dengannya.
"Ya! Hyung! Sudah kukatakan padamu bukan?! Kau saja yang tidak percaya kata kataku." Gerutu Doyoung sambil menarik narik lengan baju Taehyung dengan keras. "Perempuan itu ular! Asal kau tahu, Hyung, ini bukan kali pertamanya menjalin hubungan dengan pria lain sementara ia masih berkomitmen dengan pacarnya."
Taehyung tersenyum kecut lalu melepaskan tarikan tangan Doyoung pada bajunya. Sekali lagi ia mengusap kepala adik kecilnya itu dengan gemas. "Aigoo, kau ini pandai berkata kejam juga rupanya. Sekarang aku percaya kalau kita benar-benar saudara kandung." Mata Doyoung melotot mendengar penuturan Taehyung. Siapa sih yang tidak kesal dituduh anak pungut oleh kakaknya sendiri?
"Brengsek kau, Hyung." umpat Doyoung. Taehyung pun terkikik dibuatnya. Adiknya ini terlalu menggemaskan.
"Sudahlah, Doyoung-ah. Aku tidak peduli dengan Jennie atau siapapun dimuka bumi ini. Mau mereka mengkhianati atau meninggalkanku, aku tidak peduli. Aku hanya menginginkanmu selalu ada disampingku." Taehyung menangkupkan tangannya yang besar ke wajah Doyoung. Hawa panas yang disertai rasa nyaman pun melingkupi wajahnya. "Kau adalah semestaku, Kim Doyoung."
Doyoung terkikik geli. "Tenang, Hyung. Aku tidak akan meninggalkanmu. Kau bisa pegang ucapanku."
Tidak.
Seorang Kim Taehyung tidak bisa tenang.
Entah kenapa.
Kegelisahan melingkupi dirinya.
Membuatnya serapuh porselen.
Yang terjatuh.
Berserakan.
Tak berharga.
Membuatnya berakhir,
di Sungai Han.
tbc
_
Haihaihai! First of all, thank you banget buat yang udah nyempetin baca fanfict fujoshi abal abal aku. ((kalaupun ada yang baca)). Ini adalah fanfict pertama yang aku publish jadi aku minta maaf masih banyak kecacatan dalam penulisan :(( Aku masih noob sekali dalam dunia per fanfict an jadi pls guide me to the right path sunbaenim 3
Much love from,
ds
