—Unspoken Love (無言の愛)—
Kuroko no Basuke (黒子のバスケ) Fanfiction
Kuroko no Basuke©Fujimaki Tadatoshi
.
Seorang gadis bersurai coklat tua tengah berlari terengah-engah di koridor Teikou Academy. Deru nafasnya memburu tak karuan. Bisa-bisanya ia telat pada hari pertama di sekolah pindahannya ini, pikirnya.
Beberapa kali ia berusaha merapihkan helai rambutnya ke belakang telinga. Dipandanginya papan informasi di depan ruang guru. Iris ruby-nya mencari-cari namanya disana. Ah, ketemu!
Seira Akari 2-B
'2-B!' gumam gadis itu—Seira. Ia melangkah kebelakang—menjauhi papan informasi—tanpa menyadari bahwa ia sudah menabrak seseorang. Mungkin karena pikirannya sudah terfokus pada keterlambatannya hari ini. Seira langsung berlari ke arah tangga yang berada tak jauh dari papan informasi. Seingatnya, kelas 2-B berada di lantai dua—begitu kata salah seorang temannya yang bersekolah disini.
SREKK..
"Sumimasen deshita" ujar Seira. Seorang wanita paruh baya yang tengah berdiri di depan kelas pun menatap kehadirannya.
"Ara, Seira Akari kah?" tanya wanita—yang bisa dipastikan bahwa beliau adalah wali kelasnya—itu dengan ramah.
"Hai. Maaf atas keerlambatan saya"
Seira membungkukkan badannya. Dalam hatinya, ia meruntuki diri atas kecerobohannnya yang kenapa harus kumat tadi pagi.
"Maa maa, silahkan perkenalkan dirimu dahulu"
Sesi perkenalan diri pun dimulai. Seira menuliskan namanya di papan tulis. Kemudian ia juga menjelaskan beberapa hal tentang dirinya dan alasan mengapa ia pindah ke Teikou Academy. Dipandanginya Yukari—teman semasa SDnya—yang duduk di pojok belakang kiri kelas.
"Akari-san, kau bisa duduk di bangku kosong yang ada di depan Sakura-san. Sensei akan memulai pelajaran hari ini"
"Hai! Arigatou gozaimasu"
Pelajaran pertama yaitu Sejarah Jepang berlangsung dengan tenang. Para murid fokus memperhatikan penjelasan dari guru sembari mencatat beberapa hal di buku tulis mereka. Seira menoleh kebelakang, ia tersenyum kecil kepada Yukari sebelum kembali menatap ke arah papan tulis.
Dua jam pelajaran telah berlalu. Pergantian pelajaran.
"Sekarang jam olahraga. Ayo kita ke gedung olahraga"
Seira mendapati Yukari sudah berdiri disampingnya sedang tersenyum ramah sama seperti Yukari yang dulu dikenalnya. Seira mengangguk untuk membalasnya. Diikutinya Yukari yang berjalan menuju ruang ganti.
Setelah selesai mengganti seifuku dengan baju olahraga, para murid kelas 2-B segera menuju ke gedung olahraga. Seira sedikit terkejut ketika melihat banyaknya murid disana. Sebagian dari mereka rasanya bukan merupakan murid kelas 2-B.
"Jam olahraga kita dicampur dengan kelas 2-A" bisik Yukari yang seolah tahu apa isi pikiran Seira.
"Souka... Lalu mengapa hanya yang laki-laki saja yang di lapangan err basket? Yang perempuannya ngapain?" tanya Seira. Yukari tertawa kecil mendengarnya.
"Nonton. Kita nonton doang"
"Heeeee?"
"Sudahlah, ayo duduk"
Seira mengikuti Yukari duduk di salah satu bangku yang ada di tepi lapangan. Gedung olahraga tersebut sangat luas, tapi sepertinya gedung ini dikhususkan untuk basket saja. Iris ruby Seira menatap sisi demi sisi gedung.
'Banyak sekali lapangannya. Pasti tim basket disini sangat kuat' batin Seira.
"Lihat, pertandingannya sudah dimulai"
Yukari menunjuk ke arah lima murid masing masing dari kelas 2-A dan 2-B yang mulai memasuki lapangan. Disaat itu pandangan Seira seolah tersihir pada kehadiran salah satu pemain yang ada disana.
Selama pertandingan berlangsung, Seira tak henti-hentinya memandangi sosok itu. Pemuda dengan rambut merah cerah serta mata heterokom merah-kuning keemasan yang sedang men-dribble bola basket sambil sesekali memberikan arahan taktik kepada rekan setimnya.
"Keren!" ujar Seira saat melihat sosok tersebut berhasil men-shoot bola masuk kedalam ring.
"Dia itu kapten tim basket sekolah kita. Seijuurou Akashi. Kelas 2-A. Kalau melawan dia sih sudah pasti kelas kita kalah" jelas Yukari.
"Eh?" Seira kaget sekaligus malu ketika mendengar penjelasan Yukari.
"Dia sudah jadi kapten tim basket sejak masih SMP dan selama dalam kepemimpinannya, tim yang ia pegang itu selalu tak pernah kalah"
Seira baru ingat kalau Teikou Academy ini mencakup SD, SMP, serta SMA. Berarti pemuda yang sedari tadi ia pandangi bukanlah orang awam dalam dunia basket.
"Tapi Seira," Yukari menepuk pundak teman lamanya itu. "Jangan pernah mencari masalah dengannya loh. Memang dia terlihat keren dan begitu perfect tapi tak sembarang orang bisa berbicara dengannya. Salah-salah kau bisa bertemu dengan gunting merah kesayangannya.."
Seira memutar pandangannya kembali pada figur Seijuurou Akashi yang masih bertanding di lapangan.
Seijuurou Akashi. Kapten tim basket. Keren, menawan, dan begitu perfect. Jangan mencari masalah dengannya. Bertemu gunting merah kesayangannya.
Itulah yang ada di pikiran Seira sekarang. Ia melirik Yukari yang sedang berbicara dengan siswi lain. Ada rasa takut yang mulai menyusup ke dalam hatinya.
'Aku tak mau mencari masalah dengannya'
"Seira, cepat! Kita harus kembali ke kelas" teriak Yukari yang sudah berada di luar gedung olahraga.
"Sebentar"
Seira membenarkan posisi uwabaki-nyakarena merasa tidak nyaman. Langkah kakinya segera berlari mendekati Yukari.
"Seira Akari"
Seira menghentikan langkahnya serta membalikkan tubuh ketika mendengar suara monotone memanggil namanya. Ekor matanya menelusuri siapa pelaku yang memanggil nama lengkapnya tadi. Seharusnya belum banyak yang mengetahui nama lengkapnya mengingat ini hari pertamanya.
"Kau..."
Seira terkejut bukan main. Sekitar satu meter dibelakangnya berdiri disana sang kapten tim basket, Seijuurou Akashi.
"Minta maaf lah"
"Hah?"
"Minta maaf!"
Akashi menaikkan beberapa oktaf nada bicaranya.
"Seira, apa yang sudah kau lakukan?" tanya Yukari khawatir.
"Aku tidak tahu, Yukari!" jawab Seira. Ia masih bingung untuk memproses semua kejadiaan ini.
"Kau tidak mencari masalah dengannya kan?"
"Tidak"
Manik ruby Seira kembali beradu pandang dengan manik heterokom Akashi.
"Aku tidak melakukan kesalahan apapun, untuk apa aku minta maaf padamu!" ujar Seira kepada Akashi.
"Oh.."
Akashi melangkahkan kakinya. Jarak antara dirinya dan Seira pun semakin berkurang.
"Tidak mau mengaku ya?"
"Aku memang tidak melakukan—"
CKRISH
Sebuah gunting melayang dan hampir saja mengenai wajah Seira. Beberapa helai rambutnya terjatuh karena terpotong oleh gunting tadi.
"Ap—"
"Kau tidak sadar sudah melakukan kesalahan, eh?"
Seira masih mematung. Ia masih membayangkan betapa dekatnya tadi gunting yang meluncur ke arahnya. Apa orang itu tidak takut kalau ia bisa saja melukainya?!
"Kau tidak ingat sudah menabrak seseorang di dekat papan informasi?"
Perkataan Akashi tersebut lantas membuat Seira kembali berpikir. Menabrak seseorang?
Ah! Ia ingat merasakan sebuah benturan kecil. Tapi kan, hei itu Cuma benturan kecil. Namun merasa ada aura aneh yang memancar kuat dari sekeliling Akashi, Seira tidak berani mengatakan hal seperti itu.
"Etto.. Gomennasai. Aku tidak menyadarinya saat itu"
"Kau pikir minta maaf seperti itu cukup untuk menebus kesalahan yang sudah kau perbuat?"
"Hah? Tapi tadi kan kau bilang sendiri un—"
CKIRSH
Kembali untuk kedua kalinya, sebuah gunting hampir saja mengenai wajah Seira.
"Mengingat kau tidak mengakui kesalahanmu tadi, semua itu tidak cukup"
"APA?! Hei! kau pikir kau—"
Perkataan Seira terhenti saat seseorang berambut hijau cerah menghampiri Akashi.
"Akashi, kesampingkan dulu perkaramu yang ini. Pelatih memanggilmu nanodayo" ujar orang itu.
"Hm"
Tanpa mengatakan apapun lagi kepada Seira, Akashi pergi bersama pemuda hijau tadi.
"Seira, kau tak apa?" tanya Yukari setelah Akashi menghilang dari jarak pandangan mereka.
"Aku sangat mengagumi kemampuannya, tapi aku tak menyangka kalau ia sangat dingin dan menyebalkan seperti itu" gerutu Seira. Akhirnya selama perjalanan mereka menuju kelas, Seira terus saja menggerutu tentang sikap Akashi yang oh sangat menyebalkan sekali baginya.
Satu minggu pun berlalu. Seira bersyukur karena ia tidak bertemu dengan si kepala merah menyebalkan itu belakangan ini. Kini di jam makan siang, gadis bermarga Akari tersebut tengah mengisi PR matematika yang lupa ia kerjakan. Walaupun lupa, ia menolak untuk melihat hasil kerja teman sekelasnya.
"Seira, tak mau istirahat dulu?" tanya Yukari. Disebelah Yukari ada sang sekretaris kelas, Hana.
"Iya. Ayo kita makan dulu" timpal Hana. Seira menggelengkan kepalanya, kemudian ia tersenyum tipis ke dua teman baiknya di kelas itu.
"Kalau aku makan sekarang bisa-bisa aku di penggal saat jam matematika nanti" jawabnya.
"Penggambaranmu terlalu mengerikan" komentar Hana. Ia dan Yukari melambaikan tangan kepada Seira yang kembali berkutat dengan buku catatan matematikanya. Helaan nafas panjang pun terdengar.
"Untung saja hari ini klub menulis tidak ada pertemuan. Jadi tinggal klub musik lalu pulang deh setelah ini" gumam Seira.
Akhirnya jam pulang sekolah yang ditunggu-tunggu oleh Seira datang juga. Seira merenggangkan tubuhnya sesaat sebelum merapihkan buku-bukunya. Ia merasa sangat lelah hari ini. Semoga di klub musik nanti aktivitasnya tidak membosankan, batin Seira.
"Sei, ada yang mencarimu tuh" ujar Hana. Ia memberikan gestur menunjuk ke pintu kelas.
"Hah?" Seira memutar pandangannya ke pintu. Ia penasaran siapa orang yang mencarinya.
Tepat saat ia keluar dari kelas, sosok pemuda hijau yang tak asing bagi Seira pun menghampirinya.
"Kau yang waktu itu memanggil Akashi kan? Ada apa?" tanya Seira. Ia membatin semoga saja tidak ada hubungannya dengan sang kapten tim basket.
"Akashi menyuruhku untuk memanggilmu ke perkumpulan tim basket nanodayo"
Tuh kan, benar saja dugaannya. Bencana apalagi yang akan menimpanya kali ini. Firasat Seira mulai tidak enak.
"Tapi hari ini aku ada—"
"Tenang saja, Akashi sudah meminta izin untuk ketidak hadiranmu hari ini di klub musik nanodayo"
Dalam sekejab, Seika mematung mendengar ucapan pemuda hijau yang kini ia keahui bernama Shintarou Midorima—dilihat dari name-tag yang dikenakannya.
"Ba-bagaimana bisa?" tanya Seira sambil menatap Midorima tak percaya.
"Tak perlu kaget seperti itu nanodayo jika yang sedang kita bicarakan sekarang ini adalah Seijuurou Akashi. Sudah, lebih baik segera ambil tasmu! Aku tak mau dilemparinya gunting karena telat membawamu nanodayo"
Seira menggembungkan kedua pipinya—hendak protes. Tapi ketika mendengar 'aku tak mau dilemparinya gunting' dari mulut Midorima, berarti mau tak mau ia bertanggung jawab atas satu nyawa seseorang saat ini.
"Tunggu sebentar"
Seira masuk ke dalam kelasnya dan menggambil tas selempang miliknya dari meja. Ia juga menyapa Yukari dan Hana terlebih dahulu sebelum mengikuti Midorima menuju gedung olahraga.
Midorima melangkah memasuki gedung olahraga diikuti oleh Seira dibelakangnya. Seira melihat tidak begitu banyak anggota disana.
"Disini hanya ada tim utama nanodayo" jelas Midorima yang disambut 'oh' dari Seira.
Midorima melangkahkan kakinya menuju empat orang yang ada di tengah lapangan. Seira merasa mengenali salah satu dari mereka. Tapi, setelah dilihat-lihat kembali tak ada Akashi disini.
"Dimana Akashi?" tanya Midorima pada pemuda berambut kuning.
"Ah, Midorimacchi! Akashicchi sedang menemui pelatih sebentar ssu. Kau bersama siapa, Midorimacchi? Pacarmu kah ssu?" respon si pemuda kuning. Seira mengenali pemuda itu. Dia kan seorang model di majalah fashion remaja yang pernah Seira lihat. Ryouta Kise.
"Mana mungkin dia punya pacar, Kise!" timpal pemuda berkulit tan serta berambut dark blue.
"Kise-chin bodoh" komentar pemuda lainnya yang mendekati kerumunan Midorima, Aomine, dan Kise.
'Tinggi sekali!' batin Seira sambil menatap pemuda bersurai ungu yang sedang membawa snack kripik kentang.
"Mau?" tawarnya dengan nada malas-malasan.
"Ti-tidak. Terima kasih" tolak Seira takut-takut. Rasanya seperti berhadapan dengan raksasa!
"..Seira-san?"
Seira menoleh mendengar ada yang menyebutkan namanya. Suaranya tidak begitu asing baginya.
"Tecchan?!" pekiknya riang saat melihat Tetsuya Kuroko—teman dekatnya semasa TK.
"Hisashiburi"
"Hisashiburi, Tecchan!"
Seira langsung memeluk Kuroko. Berhubung tinggi mereka hanya berbeda 3 cm, Seira dan Kuroko terlihat seperti saudara kembar yang terpisahkan selama beberapa tahun.
"Ah, jadi gadis yang tidak tahu sopan santun ini adalah teman lamamu, Tetsuya?"
Seira mengenal suara itu. Suara yang menyebalkan itu! Pasti Akashi!
"Iya, Akashi-kun. Kenapa Seira-san bisa berada disini?"
Kuroko menatap kaptennya yang baru saja memasuki gedung olahraga dengan penuh tanya. Sementara Seira yang mengetahui kehadiran Akashi hanya bisa cemberut.
"Tentu saja untuk memberi gadis itu hukuman karena telah menentangku" jawab Akashi dengan santai.
"Aku tidak pernah—"
CKRISH
"Oh maaf, tanganku terpeleset"
Seira mengutuk Akashi dalam hatinya. Ini sudah ketiga kalinya si kapten itu membuatnya jantungan.
"Apa maksudnya Akashi-kun?" tanya sang phantom player pada Akashi. Tentunya ia merasa sedikit penasaran teman Tknya ini bisa berurusan dengan kapten tim basket Teikou.
"Dia akan menjadi pembantu persiapan Kiseki no Sedai mulai dari sekarang.."
"APA?!"
Seira membelalakan kedua matanya tak percaya. Apa maksud dari ucapan Akashi ini? Tentunya, Seira belum sadar. Kejadian inilah yang akan memulai segala hubungan antara dirinya dengan Kiseki no Sedai.
-tsuzuku-
Hajimemashite, setelah sekian lama cuma jadi reader (dan silent reader) di fandom ini akhirnya saya memberanikan diri untuk publish salah satu ff saya disini. Mohon bantuannya kepada para senpai disini. Mohon maaf kalau Akashi sangat OOC disini.. Maafkan saya.. *dilemparin gunting*
Segala apresiasi dari kalian semua saya hargai. Saya menerima masukan demi perkembangan tulisan saya. Hanya saja saya masih belum berani untuk menerima flame (_ _)
Cover yang saya pakai itu hasil edit di photoscape. Gambar Akashi saya ambil dari sementara yang perempuan itu adalah art karya PeachPit-sensei. Saya sama sekali tidak memiliki hak apapun atas keduanya.
Bagi yang mau bertanya tentang beberapa hal yang tidak mengerti saya akan mengundang para chara untuk nimbrung(?) menjawab bersama saya~ Sebagai contoh...
(Momoi: Aku! Aku!)
Momoi-san? Ada pertanyaan apa?
(Momoi: Kenapa Tetsu-kun memanggil Seira-san dengan nama kecilnya? Biasanya kan Tetsu-kun selalu memanggil dengan nama marga)
Oh, kalau itu karena Kuroko dan Seira kan sudah kenal sejak TK, dan saat TK Seira yang melarangnya untuk memanggil Seira dengan nama marganya
(Momoi: Curang! Aku juga mau—)
Yap, pokoknya seperti itu contohnya. Sekian A/N panjang dari saya.
Mohon bantuannya, senpai-tachi~
