Haaai…! Pa kabar? (pertanyaan gaper… -_-)
Oia, ini fic q buat untuk permintaan maaf, soalnya yg pertama ancur banget, ehehe… (nyengir kuda)
Makasih yach, yang udah mau baca fanfic gaje dan ooc ini. Benernya, apa ooc dalam fanfic itu mengganggu?
Hanya ingin tau doank! BTW, semoga fanfic ini menjadi lebih baik daripada yg sebelumnya, haik!
Warning : OOC, gaje, super abal, ancur, typos tidak terhitung saking banyaknya, GJL, aneh, amatiran, dan one thing! Jika ingin memberi kritik, sertakan kekurangan fic ini dan jangan berisi tentang pengejekan couple/chara!
Disclaimer (tulisanxa gini khan?) : Seandainya q yg jadi Masashi Kishimoto, anime Naruto bakal menjadi comic genre romantis/persahabatn! –plak-
Chapter 1
Genre : Romance/ Hurt/ Comfort
Couple: Ga tau, ehehe.. - plak-
.
.
.
Reuni berlangsung dengan mengharukan. Semua yang berada di aula luas tersebut saling melepas rindu antar sahabatnya. Bahkan, ada adegan yang menyedihkan disana. Saat mengetahui jika cowok idamannya telah bertunangan dengan sahabatnya sendiri. Bukankah itu menyakitkan? (author mangut2 sok dewasa –timpuked sandalest by readers)
Hinata pun begitu. Hatinya serasa pedih pas tahu jika Naruto, cowok yang diidamkannya sejak kelas 1 SMP, kini tengah melamar Sakura, sahabatnya, tepat di saat acara reuni, dan diakhiri dengan kisu mesra antar Sakura dan Naruto.
Hinata yang tidak kuat melihat adegan itu, segera keluar dari aula. Dia tidak kuasa melihatnya. ' Dasar bodoh kau Hinata! Harusnya kau itu se-nang! S-e-n-a-n-g! Senang saat melihat kedua orang yang kau sayangi berbahagia! Ayolah Hinata, fokuslah terhadap tugasmu sebagai seorang pewaris UTAMA Hyuuga! Kau harus bisa!' batin Hinata sambil berusaha mati-matian menahan tangisannya.
Dari dalam, terdengar riuh tawa dan isakan terharu. Bahkan, acara reuni itu tampak seperti acara lamaran pernikahan, bukan lagi acara reuni. Naruto tampak sangat bahagia, berbanding balik dengan Sakura yang tersipu malu saat digodai oleh Ino, sahabatnya. Apalagi, pelamaran tersebut disaksikan oleh Karin. Bisa habis nasib Sakura. Dia yakin 100 %, nanti malam pasti dia akan di-sms oleh Karin dengan beribu-ribu kalimat tertera dalam smsnya.
" Oh ya, kau lihat Hinata? Dari tadi aku nggak melihat dia. Kalian liat nggak?" Tanya Sakura, menyadari jika sahabat indigonya dari tadi tidak terlihat. Ino mengangkat bahunya menandakan dia tidak tahu. Sakura hanya menghela nafas, dia tahu jika Hinata menyukai Naruto. Sakura jadi merasa bersalah.
Pesta berlangsung hingga tengah malam, jam 23.00. Sakura yang sedikit pusing dengan bau beer yang menguar dari aula itu segera keluar dari sana. Dia segera keluar menuju halaman utama gedung mewah tersebut.
Saat Sakura berkeliling di taman bunga-bungaan, tanpa sengaja dirinya mendengar isakan kecil dan gumaman-gumaman yang tidak jelas. Sakura yang penasaran segera berjalan menuju sumber suara tersebut.
Dilihatnya Hinata yang terisak sambil terduduk di jalanan paving taman tersebut. " Ka-kami sama, kau… hiks… tidak a-adil… hiks… aku, aku… me-nyukai Naruto-kun.. hiks… ta-tapi… " Hinata terus terisak sambil mengelap air matanya. Dia tampak benar-benar sedih, kecewa, dan hancur.
Sakura yang melihatnya, serasa juga ingin menangis. Dia benar-benar merasa bersalah. Dia menatap sendu Hinata. ' Apa… sebaiknya aku merelakan Naruto untuk Hinata? Tapi, aku juga tidak rela… apa? Apa yang harus kulakukan? Apa? Kami-sama, tolong Bantu aku! Aku benar-benar butuh bantuanmu!' batin Sakura, sambil berjalan menjauhi taman itu.
.
.
.
" Apa yang kau pikirkan, Sakura-chan? Kenapa kau tiba-tiba berkata seperti ini?" tanya Naruto sangat terkejut dengan pernyataan jika Sakura tidak rela dengan kondisi Hinata. Sakura hanya menunduk, lalu menjawab, " Habisnya, Hina-chan tampak sangat tersiksa! Dia… dia itu sangat mencintaimu, Naruto! Aku melihatnya sendiri! Saat dia… menangis, aku melihatnya!" jawab Sakura. Naruto hanya tersenyum kecil, lalu menjawab, " Percayalah padanya, Sakura-chan. 2 minggu lagi dia akan tampak sangat bahagia… aishiteru, Sakura-chan." Bisik Naruto sambil mengecup pelan bibir Sakura.
.
.
.
Hinata tampak tersenyum bahagia, melihat sahabatnya Sakura, dan sosok yang disukainya, Naruto, akhirnya sah menjadi suami-istri. Hinata sendiri, entah mengapa seperti orang yang paling bahagia di acara suci tersebut. Hinata yang berhasil mendapatkan bunga melati dengan selipan bunga mawar yang dihias dengan indah itu, tampak sangat bahagia.
Entah apa yang membuatnya bahagia, tapi tetap saja. Terbesit rasa pedih di hatinya. Sakura yang menyadari jika senyum Hinata itu dipaksakan, semakin sedih. " Naruto-kun, bagaimana ini…? A-aku…" bisik Sakura. Naruto hanya nyengir gaje, lalu membisikkan sesuatu. Tampaknya, perkataan Naruto tadi benar-benar MUSTAHIL. Soalnya, Sakura tampak terkejut saat Naruto selesai membisikkannya sesuatu.
" Hah? Ka-kau… maksudku, kau benar-benar serius? Itu mustahil, Naruto! Mana mungkin dia mau! Meski dia masih single, tetap saja dia nggak mau! Dia itu nggak pernah focus sama percintaan, Naruto!" kata Sakura yang masih shock. Naruto hanya nyengir lebar, lalu mengatakan. " Mungkin, karena dia belum pernah mengenal Hinata dengan baik. Mungkin saja dia begitu karena… hehe… (bisik-bisik) … ya khan?" Tanya Naruto. " E-entahlah, Naruto… tapi, jika itu bias membuat kondisi Hinata membaik, baiklah!" jawab Sakura.
Hmmm… kira-kira apa yach? Hanya author yang tau, ohoho… (dikeroyok massa)
.
.
.
Fyuuuh… rasanya, prolougnya pendek banget yach? Maaf, soalnya masih OPENING, kira-kira chapter 1 bakal saiia publish 1 tahun lagi. –plak-
Pas bikin adegan kisu NaruSaku rasanya… keyboard aku mau melencat… -plak-
Hehehe, jus pudding doank koq! Pokoknya saiia bakal berusaha biar fic ini cepet finish! Itu pun kalo ada yg mau baca… (-_-) ~ Nasib malang~
Oia, seperti yg sudah dikatakan di atas, kritik diterima, tp jika KRITIK atau FLAME yg berisi menjelek2an suatu tokoh/chara/couple, saiia g terima. Okay?
Jadi, mari bersama kita click tombol REVIEW di bawah ini! Yahaaaa…! (Hiruma : woi, author! Itu kata2 gue, dasar plagiat loe! Author : week! –author mati ditembak bazooka)
