Disclaimer : 黒子のバスケ© Fujimaki Tadatoshi.
Warning : Shounen-ai, OOC parah, abal, YAOI! BL! Lime, suatu saat akan menuju ke Lemon!
Pair : Akakuro, Kikuro, slight HaiKuro.
Genre : Romance, Hurt/Comfort
Rate : M
Start!
.
.
.
Setiap langkahnya menyiratkan kengerian. Orang-orang yang menatapnya, perlahan menjaga jarak, lalu terdengar bisikan-bisikan halus.
Dia terus berjalan menyusuri koridor kecil, tidak peduli dengan tatapan orang di sekitarnya. Mata heterochomenya meneliti setiap jengkal koridor itu, tapi yang didapatnya hanya orang-orang yang menghindarinya.
Akashi Seijuurou, pria bersurai merah yang merupakan ketua OSIS SMA Teiko ini telah menemukan ruang yang dicarinya.
Perpustakaan.
Matanya mengawasi ruang perpustakaan saat dia melangkah masuk ke ruangan itu. Tidak ada seorang pun, kecuali penjaga perpustakaan yang tengah tidur dengan koran menutupi wajahnya.
Dia langsung pergi menuju rak bertuliskan 'Biologi'.
Buk!
"Sumimasen..."
Muncul sebuah suara sesaat setelah Akashi merasa telah menabrak sesuatu.
Dia mencari asal suara itu dan langsung terlonjak kaget―tapi tetap berekspresi dingin―saat menemukan sumber suara barusan.
Akashi menaikan satu alisnya bingung, matanya tidak mungkin salah. Beberapa saat tadi, perpustakaan kosong, hanya ada dia dan penjaga perpustakaan.
'Sejak kapan dia ada di sini?' batin Akashi.
Pemuda yang menabrak Akashi melambai-lambaikan tangannya tepat di depan wajah Akashi yang sedang menatapnya dengan tatapan kosong yang dingin.
"Kau baik-baik saja?" tanya pemuda itu.
'Hah!'
Sadar dari lamunannya, Akashi langsung meneliti setiap jengkal pemuda di depannya.
Rambut biru muda dengan warna mata senada, kulit putih pucat, badan pendek dan mungil serta wajah datar yang terpasang sempurna.
"Yah, aku baik-baik saja." jawab Akashi, akhirnya.
Setelah mendengar jawaban dari Akashi, pemuda itu segera meninggalkan perpustakaan dengan membawa beberapa buku tebal.
"Kuroko Tetsuya? Hm, anak yang menarik." gumam Akashi diselingi seringai tipis saat punggung pemuda baby blue itu sudah tidak terlihat.
Bel pulang sekolah berdering, para murid SMA Teiko beranjak kembali ke rumah masing-masing―kecuali Kuroko Tetsuya.
Pemuda yang memiliki hawa keberadaan tipis ini memilih di sekolah lebih lama dari biasanya. Alasannya?
Seseorang sedang mencarinya dan bahkan tengah menunggunya di depan gerbang masuk Teiko. Seseorang yang sangat dia hindari.
Kuroko mengernyit saat menatap pintu gerbang Teiko dari lantai dua, di sana terdapat orang itu, dia sedang menunggu.
Kuroko hanya menghela nafas berat. Kapan orang itu beranjak dari sana? Apa dia tidak lelah menunggu?
"Sampai kapan kau terus mengganggu kehidupanku, Haizaki-kun?" gumam Kuroko.
Daripada bosan, Kuroko memilih membaca novel yang dipinjamnnya tadi. Dia membaca dalam diam.
Pikiran aneh lewat di kepala Kuroko. Dia secara tidak sengaja memikirkan orang yang ditabraknya tadi siang.
Ketua OSIS SMA Teiko, Akashi Seijuuro. Tidak banyak yang Kuroko ketahui tentang Ketua OSIS itu. Bahkan tadi siang adalah pertama kalinya dia bicara pada pemuda bersurai merah itu.
Tanpa sadar Kuroko jadi melamun, wajah Akashi tidak lepas dari pikirannya.
Aneh.
Kuroko sadar dari lamunan anehnya, kemudian dia menatap pintu gerbang Teiko. Haizaki sudah tidak ada di sana.
Dengan sigap, Kuroko meraih tasnya dan langsung beranjak dari kelasnya di lantai dua.
Akhirnya Haizaki lelah juga, pikir Kuroko tapi―
"Yo, Tetsuya~"
―muncul suara manja seperti anak kecil yang berasal dari Haizaki saat Kuroko tiba di koridor lantai satu.
Hati Kuroko mencelos kaget.
Sial, sekarang dia tidak bisa kabur kemana-mana lagi.
Menggunakan misdirection? Tidak mungkin dia bisa menggunakannya di koridor sempit ini.
Kuroko memundurkan langkahnya berusaha kabur menghindari Haizaki, tapi percuma saja, Haizaki lebih cepat. Pemuda garang itu memeluk Kuroko dari belakang.
"Kau belum menjawab pernyataan cintaku kemarin, Tetsuya!" bentak Haizaki, dia makin mengeratkan pelukannya.
"Lepaskan, Haizaki-kun! Se―sesak!" rintih Kuroko, dia merasakan tulangnya seperti remuk oleh pelukan Haizaki.
Minta tolong pun percuma, jadi Kuroko tidak melakukan itu. Lihat saja sekolah yang sudah sepi, siapa yang bisa menolongnya?
Haizaki tidak memperdulikan rintihan Kuroko. "Jadi, jawabanmu?"
"Sudah kubilang berkali-kali, Haizaki-kun. Aku tidak bisa!" nada bicara Kuroko sedikit di tinggikan.
"Dan sudah kubilang berkali-kali juga, Tetsuya." Haizaki menjilat leher putih Kuroko. "Tidak itu bukan jawaban."
Haizaki lansung memposisikan Kuroko dengan memojokkannya di dinding terdekat, dia menatap lekat pemuda baby blue itu.
Kuroko berusaha berontak saat Haizaki mulai membuka kancing seragamnya, tapi sia-sia. Haizaki sudah mengunci kedua tangan Kuroko di atas kepala biru muda itu.
Semua kancing sudah terbuka, memperlihatkan dada putih polos Kuroko Tetsuya.
Jari Haizaki menyentuh dada polos itu membuat empunya terlonjak kaget karena merasakan sensasi aneh.
"Hentikan, Haizaki-kun!" bentak Kuroko saat Haizaki makin gencar menyentuh tiap sudut dadanya.
"Bisakah kalian melakukan itu di tempat lain?"
Muncul sebuah suara dingin menusuk. Haizaki langsung menghentikan aksinya dan melepaskan Kuroko.
Setelah Haizaki melepaskannya, Kuroko langsung merosot di tembok dan memposisikan dirinya menjadi posisi duduk.
Dia masih syok dengan perlakuan Haizaki.
Haizaki menatap sinis orang yang mengganggu kegiatan nistanya barusan.
"Yah, kami akan melakukannya di tempat lain." kata Haizaki sambil menarik lengan Kuroko.
Tapi Kuroko tidak bergeming, dia tetap diam saat Haizaki menarik-narik lengannya secara paksa. Haizaki menggeram emosi.
Dengan sekali tarikan keras, dia menarik tangan Kuroko hingga pemuda biru muda itu bangkit dari posisi duduknya.
"Sakit..." Kuroko mencoba melepaskan lengannya dari Haizaki.
Ya, tentu saja itu sia-sia mengingat Haizaki punya tenaga lebih besar daripada Kuroko.
"Lepaskan dia." kata pemuda yang menghentikan kegiatan nista Haizaki.
Haizaki menaikan alisnya, dia memandang pemuda itu dengan pandangan meremehkan.
"Jangan mentang-mentang kau ketua OSIS, kau bisa memerintahku!"
Kuroko menatap lekat pemuda itu kemudian berkata. "Tolong aku, kumohon, Akashi-kun."
Akashi agak kaget dengan ekspresi memelas Kuroko.
Sebenarnya dari awal Akashi tidak ada niatan untuk menolong Kuroko, dia hanya tidak suka kalau sekolah dijadikan tempat berbuat mesum.
Tapi kenyataannya sekarang berbeda. Dia ingin menolong anak itu. Kenapa? Entahlah. Dia sendiri juga tidak tahu.
Haizaki agak melonggarkan genggaman tangannya di lengan Kuroko saat Akashi menatapnya dengan tatapan aneh.
Tatapan aneh yang menyiratkan dia tidak suka dengan Haizaki, dan siap membunuh pria brandal di hadapannya kapan saja.
Ya, tatapan seorang psikopat.
Akashi menyeringai penuh arti.
Melihat tatapan Akashi, Haizaki langsung melepaskan lengan Kuroko, dia mendecak kesal.
"Kita lanjutkan nanti, Tetsuya." bisik Haizaki seraya berlalu meninggalkan Kuroko dan Akashi.
Kuroko menghela nafas lega. Dia segera membetulkan seragamnya yang berantakan.
"Terima kasih, Akashi-kun." kata Kuroko sambil membungkukkan badannya.
"Aku tidak melakukan apapun." Akashi memalingkan wajahnya dan segera pergi.
#Akashi POV
Pemandangan di depanku membuatku kaget. Baru saja aku selesai rapat OSIS, masa' disuguhkan pemandangan seperti ini?
Dua pasangan yang sedang berbuat mesum itu membuatku jengah―
―tapi tunggu dulu!
Itu bukannya Kuroko Tetsuya?
"Bisakah kalian melakukan itu di tempat lain?" kataku pada mereka.
"Yah, kami akan melakukannya di tempat lain." kata si Shougo, kurang ajar.
Dia menarik lengan Tetsuya, tapi Tetsuya hanya terdiam. Apa dia malu karena kepergok? Atau mungkin barusan Shougo mau memperkosanya?
Ah! Pikiranku kacau.
Akhirnya Tetsuya berdiri karena Shougo menariknya keras sekali. Dia merintih kesakitan.
Aku tidak peduli, sebenarnya aku hanya tidak suka sekolah dijadikan tempat mesum. Jadi, aku tidak akan menolong si Tetsuya, itu urusan dia dengan Shougo, tapi―
"Lepaskan dia."
―kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutku. Yah, mungkin tidak ada salahnya aku menolong orang kali ini.
"Jangan mentang-mentang kau ketua OSIS, kau bisa memerintahku!" si Shougo membentakku, kurang ajar sekali anak ini.
"Tolong aku, kumohon, Akashi-kun."
Tetsuya memohon padaku. Wajahnya yang memelas membuat perasaan aneh dalam hatiku, membuatku makin tidak suka dengan pria brandal ini.
Dari dulu, aku sudah pandai memainkan ekspresi dan tatapan mataku.
Karena itulah sekarang aku menatap Shougo dengan tatapan membunuh, ya, aku ingin sekali membunuh pria sialan itu.
Shougo mendecak kesal, tatapanku berhasil menakutinya.
Aku selalu menang.
Shougo membisikan sesuatu pada Tetsuya, kemudian dia pergi.
Tetsuya sudah tenang, dia merapihkan seragamnya dan secara tidak sengaja aku melihat dada putih polos itu.
Ah, indahnya.
Eh?
Tidak, tidak! Jauh-jauhlah, pikiran laknat!
Setelah Tetsuya selesai merapikan seragamnya, dia berterimakasih padaku.
Belum pernah ada yang berterima kasih padaku dengan tulus seperti itu.
Aku tidak tahu kenapa tiba-tiba aku tidak bisa menatap matanya jadi kupalingkan saja wajahku.
"Aku tidak melakukan apapun." kataku, kemudian pergi meninggalkannya.
#Normal POV
Esok harinya alarm berisik berbunyi di kamar Kuroko, menandakan sudah pukul 7 pagi.
Kuroko langsung bangun beberapa menit setelah mendengar alarm berbunyi : "Kurokocchi~ bangun Kurokocchi~ kalau tidak, akan kucium-ssu!"
Alarm yang aneh, tapi Kuroko menyukainya. Menyukai suara alarm itu. Suara alarm itu berasal dari seorang model, Kise Ryouta.
Kuroko langsung bersiap-siap berangkat sekolah.
Kuroko menuruni tangga rumahnya dan langsung mengambil sepotong roti.
"Nee, Tetsu-kun, Kau bangun agak siang." tegur ibu Kuroko saat melihat anaknya.
"Maaf, Kaa-san." kuroko segera pergi menuju pintu keluar rumahnya. "Ittekimasu!"
"Itterasai." sahut ibu Kuroko.
Baru saja Kuroko melangkah keluar rumah, pemandangannya terhalang oleh seorang pemuda blonde.
"Ohayou, Kurokocchi~" sapanya dengan nada riang.
"Ohayou, Kise-kun."
Setiap hari Kise selalu menjemputnya, padahal Kise adalah model yang tengah naik daun―pasti dia sibuk.
Tapi tetap saja dia menjemput Kuroko, sekarang adalah buktinya.
"Kurokocchi bangun agak siang-ssu, kan sudah kubilang, alarm Kurokocchi pakai suaraku saja-ssu." rengek Kise dengan menggembungkan pipinya.
"Pasti langsung bangun-ssu!"
"Aku tidak akan melakukan itu, Kise-kun." kata Kuroko dengan nada datarnya.
"Hidoi-ssu!" Kise makin merengek mendengar perkataan Kuroko barusan.
Kuroko tertawa kecil melihat ekspresi Kise, sayangnya Kise tidak melihat wajah Kuroko yang tertawa kecil karena sibuk ngambek.
Jari Kuroko menusuk-nusuk pipi Kise yang digembungkan empunya.
"Ehhhh? Kurokocchi?" Kise kaget saat mendapat perlakuan itu dari Kuroko.
Wajah pria blonde itu merah padam seperti kepiting rebus sekarang.
Kuroko melepaskan jarinya dari pipi Kise. "Wajahmu merah sekali, Kise-kun. Kau sedang demam?"
"Aku merah karena Kurokocchi-ssu!" protes Kise, dia tahu kalau Kuroko sengaja melakukan itu.
Kuroko hanya memasang wajah poker facenya. "Aku tidak melakukan apa pun padamu, Kise-kun."
"Kurokocchi melakukannya dengan sengaja-ssu."
"Tidak."
"Iya-ssu!"
"Tidak, Kise-kun."
Karena perdebatan mereka tidak akan selesai, Kise meraih wajah Kuroko dan menempelkan keningnya pada kening Kuroko.
"Aku akan membalas perlakuan Kurokocchi." kata Kise lembut suara nafasnya terdengar berat.
"Aku akan membuat Kurokocchi memerah juga-ssu." kata Kise menatap lekat mata Kuroko.
Mata biru laut dan mata madu itu bertemu saling menatap dengan tatapan sendu, nafas berat mereka terdengar jelas.
Wajah Kuroko dihiasi semburat merah tipis, Kuroko langsung melepaskan tangan Kise dari wajahnya.
"Jangan melakukan hal yang aneh, Kise-kun." kata Kuroko seraya berjalan duluan meninggalkan Kise.
"Tadi wajah Kurokocchi merah-ssu!" Kise berteriak kencang sambil berlari menyusul Kuroko.
"Kau salah lihat, Kise-kun." kata Kuroko dengan wajah datar sambil berjalan lurus ke depan. "Wajahku tidak memerah."
"Bohong-ssu." goda Kise.
"Aku tidak bohong, Kise-kun."
"Bohong!"
"Tidak."
Cup!
Ciuman lembut mendarat di pipi mulus Kuroko.
"Eh?" kata keduanya bersamaan.
"Ah! Maafkan kelancanganku, Kurokocchi!" jerit Kise, berlebihan. Dia berlari meninggalkan Kuroko yang sedang membeku.
'Apa yang sudah kulakukan-ssu?!' batin Kise, dia masih terus berlari.
Kuroko terdiam di tempat, dia mengelus pipinya yang terkena ciuman mendadak Kise.
"Kise-kun..." gumam Kuroko dengan senyum tipis.
Dia berjalan menuju sekolah sendirian.
Kuroko tiba di sekolah, dia kesal pada Kise yang tiba-tiba meninggalkannya. Padahal, berangkat sekolah bersama Kise adalah hal yang paling ditunggunya.
Sesampainya di halaman sekolah, tiba-tiba tangan Kuroko ditarik oleh seseorang. Orang itu membekap mulut Kuroko dan menyeretnya ke tempat yang sepi.
Meskipun Kuroko memberontak, orang yang membekapnya tidak bergeming dan tetap menyeret Kuroko dengan paksa.
Sesampainya di tempat sepi yang merupakan gudang tidak terpakai, orang itu melepaskan bekapannya dari Kuroko.
"Aku sudah membawanya, nih." kata sebuah suara yang merupakan pelaku dari pembekapan Kuroko.
"Kerja bagus, Hanamiya."
Kuroko memekik kaget saat mendengar suara barusan. Suara itu bersumber dari Haizaki, Haizaki Shougo!
Haizaki menjambak surai baby blue Kuroko ke arah belakang, mengekspos leher putih Kuroko.
"Aku akan memberimu pelajaran, Tetsuya."
Rupanya inilah 'kelanjutan' yang Haizaki maksud kemarin.
Sebelum Kuroko membuka mulut untuk protes, Haizaki menutup mulut Kuroko dengan kain yang diikat ke belakang kepala Kuroko.
Dengan kasar, Haizaki merebahkan tubuh Kuroko ke lantai dingin, membuat Kuroko berjengit kesakitan.
"Kau akan melakukannya disini? Baka! Kalau ketahuan, aku tidak ikut-ikutan!" kata Hanamiya dengan nada mencemoohnya.
"Yah, kau tidak perlu terlibat." kata Haizaki dingin.
Sekarang Haizaki tengah sibuk melepas celana panjang Kuroko. Setelah celana terbuka, terlihatlah paha putih menggiurkan yang hanya tertutup boxer.
"Hei, kau akan melakukannya di depan mataku?" tanya Hanamiya.
"Kau juga mau melihatnya, 'kan?" bukannya menjawab, Haizaki malah bertanya lagi pada Hanamiya.
"Kau brengsek sekali, Haizaki." kata Hanamiya sambil menghela nafas panjang.
Kenapa Haizaki tahu kalau dia juga ingin melihat? Apa lagi Haizaki menggodanya dengan pertanyaan yang dia sudah tahu jawabannya. Haizaki benar-benar menyebalkan.
Haizaki mulai mencium paha putih Kuroko, sesekali menggigit sehingga meninggalkan bekas kiss mark di sana.
Kuroko hanya bisa mengerang, dia tidak bisa berteriak minta tolong. Kuroko menatap Hanamiya, yang sudah jelas tidak akan menolongnya.
Yang terlihat oleh Kuroko adalah Hanamiya yang sedang memegang erat kejantanannya yang menegang di balik celana panjangnya.
'Kise-kun...'
'Tolong aku, Kise-kun. Aku takut,'
Air mata menetes dari mata biru langit Kuroko, tapi tidak membuat Haizaki menghentikan aksinya. Dia malah makin gencar memberi kiss mark di paha Kuroko.
Wajah Haizaki sekarang tepat di kejantanan Kuroko yang menegang. Haizaki menyeringai kecil, lalu diciumnya kejantanan Kuroko.
Kuroko merasakan sensasi aneh, apakah dirinya merasakan kenikmatan? Tidak! Dia tidak boleh menikmati perlakuan Haizaki.
Dengan reflek, Kuroko menendang wajah Haizaki, membuat Haizaki terjungkal ke belakang.
Hidung Haizaki mengeluarkan darah segar, dia langsung membersihkan hidungnya dengan lengannya.
"Baka~" ejek Hanamiya yang melihat temannya terjungkal karena seorang Kuroko.
Haizaki tidak memperdulikan Hanamiya.
Perlawanan Kuroko barusan seperti pembangkit gairah Haizaki. Haizaki menyeringai lebar dan menatap keji Kuroko.
Hanamiya yang melihat seringai Haizaki langsung beranjak dari tempatnya.
"Lebih baik aku pergi."
Jam pelajaran pertama ada kelas bersih-bersih, yang piket akan mendapatkan bagian bersih-bersih paling banyak.
Apakah seorang Akashi juga harus bersih-bersih? Mau tidak mau, dia harus melaksanakan tugas piketnya. Dia 'kan ketua OSIS, bisa gawat kalau namanya jelek gara-gara kabur dari tugas piket.
Akashi mengernyit saat tidak ada peralatan bersih-bersih yang tersisa. Rupanya murid-murid yang lain dengan cepat mengambilnya.
'Kok, mereka semangat sekali, sih?' batin Akashi.
"Oi, Akashi, mau kemana kau? Mau kabur ya?" tegur seorang siswa berkulit tan, Aomine Daiki saat melihat Akashi meninggalkan kelas.
Akashi memberikan death glare pada Aomine, pria tan itu membeku di tempat.
"Jaga mulutmu, Daiki." kata Akashi dengan seringai yang menyeramkan.
Aomine mendekap mulutnya rapat-rapat dan mengutuk perkataan kurang ajarnya pada Akashi.
Keluarlah gunting merah Akashi, Akashi langsung melemparkan gunting itu ke arah Aomine.
Untungnya reflek Aomine lumayan bagus, dengan cepat dia menghindari gunting itu membuat gunting itu tertancap mengerikan di tembok.
"Akashi, sebaiknya kau tidak melakukan itu, nanodayo." kata Midorima menasehati Akashi.
Akashi tidak menghiraukan nasihat Midorima, dia pergi berlalu dan menuju entah kemana.
Midorima menghela nafas dan membetulkan kacamatanya yang agak merosot.
Sekarang Akashi sudah sangat-tidak-mau melakukan tugas piket. Dia memilih berjalan-jalan di halaman sekolah.
Halaman sekolah memang tempat yang bagus untuk jalan-jalan, apa lagi sekarang sedang sepi.
Pemandangan indah Akashi terganggu oleh pria berwajah preman yang sedang berjalan ke arahnya.
"Makoto, kau bolos pelajaran bersih-bersih." kata Akashi pada pemuda itu.
"Lihat dirimu sendiri, baka~ kau juga sedang membolos, sama sepertiku." kata Hanamiya dengan nada mencemoohnya.
Akashi menatap tajam Hanamiya, membuatnya agak merinding.
"Pertama, aku tidak membolos." kata Akashi mulai mendekati Hanamiya.
"Kedua," Akashi mencengkram kerah baju Hanamiya. "Kau dan aku sama sekali berbeda."
Hanamiya bergidik ngeri, dia menepis tangan Akashi dari kerah bajunya. Akashi menyeringai penuh kemenangan saat melihat wajah Hanamiya pucat pasi.
"Aku akan menghukummu nanti, sekarang pergilah dari hadapanku!" perintah Akashi.
Baru saja Hanamiya meninggalkan Akashi, dia teringat sesuatu, pasti akan menyenangkan jika dia memberi tahu Akashi.
"Oi, ketua OSIS. Dari pada kau repot-repot menghukumku, lebih baik kau pergi ke gudang. Di sana ada hal yang sangat menarik." kata Hanamiya.
"Kau berani memerintahku?" kata Akashi yang mendengar perkataan Hanamiya seperti perintah di telinganya.
"Te―tentu saja tidak!" gagap Hanamiya. "Kalau kau tidak mau ke sana, ya tidak masalah."
Kemudian, Hanamiya pergi meninggalkan Akashi yang menatapnya dengan tatapan dingin.
Mata heterochome Akashi menatap ke arah gudang. Apa yang ada di sana? Kenapa Hanamiya ingin dia melihat sesuatu di sana? Semuanya akan terjawab jika Akashi pergi kesana.
Karena agak penasaran, Akashi pergi menuju gudang itu. Toh dia juga sedang senggang, tidak ada ruginya juga.
Saat Akashi membuka pintu gudang bola matanya membulat kaget dengan pemandangan di depannya.
Dua orang yang dikenalnya, Haizaki dan Kuroko.
Keadaan Kuroko sekarang setengah telanjang. Bagian atasnya masih tertutup kemeja, tapi bagian bawahnya polos, tidak ada sehelai benang pun.
Yang membuat Akashi kaget lagi adalah jari-jari Haizaki yang sedang keluar-masuk di lubang Kuroko.
Kuroko hanya bisa menangis kesakitan, mulut mungilnya ditutup kain.
Haizaki tidak sadar ada seseorang yang mematung di depan pintu. Dia tetap mengin-outkan jari-jarinya.
Akashi kembali berekspresi dingin. "Ehm."
Haizaki langsung mematung di tempat. Kemudian melepaskan jari-jarinya dari lubang Kuroko.
Dia melihat sumber asal suara itu dan memandang meremehkan orang yang ada di depan pintu gudang.
"Sedang apa kau di sini?" tanya Haizaki sambil berjalan menghampiri Akashi.
"Harusnya aku yang bertanya seperti itu." Akashi menatap dingin Haizaki, kemudian menatap Kuroko yang tergeletak di belakang Haizaki.
"Sedang apa kalian di sini?"
"Tentu saja melanjutkan yang kemarin. Kau bilang, kami harus melakukan di tempat lain dan kupikir tempat ini sangat pas." kata Haizaki dengan nada tidak bersalah.
Akashi hanya menaikan alisnya saat mendengar perkataan Haizaki. Untuk yang kedua kalinya dia melihat adegan tidak pantas dari Kuroko dan Haizaki.
"Tetsuya." panggil Akashi.
Dia mengabaikan Haizaki dan berjalan mendekati Kuroko. Kuroko menatap Akashi dengan tatapan horor seolah-olah Akashi juga akan menyerangnya.
"Cepat pakai celanamu." perintah Akashi.
Oh, rupanya pemikiran Kuroko barusan meleset. Akashi menolongnya lagi, membuat Kuroko berpikir betapa baiknya seorang Akashi.
Kuroko langsung mengambil celananya dan dengan cepat memakainya.
"Cih! Jangan ganggu kami!" geram Haizaki.
Dia menghampiri Akashi dan siap memukul pria bersurai merah itu.
Reflek Akashi lebih cepat dari pukulan Haizaki, dia langsung memukul wajah pria berandal itu membuatnya jatuh dan pingsan.
Kuroko terlonjak kaget melihat perkelahian di depannya.
Akashi mendudukan posisinya agar sejajar dengan Kuroko yang juga duduk.
Saat itu juga, pandangan Kuroko mulai memutih dan mulai kehilangan kesadaran.
"Tetsuya?"
Saat membuka matanya, kepala Kuroko terasa berat, tapi dia memaksakan diri untuk duduk.
Dan dilihatnya sekarang ruangan besar, dia berada di kasur berukuran king size.
Kuroko menatap sekelilingnya, dan matanya menangkap seseorang pemuda yang sedang berkutat di meja belajar.
"Sudah sadar, Tetsuya?" kata pria bersurai merah itu tanpa menoleh ke arah Kuroko.
Kuroko mengenali suara itu, suara ketua OSISnya, Akashi Seijuurou.
"Ya, Akashi-kun."
"Makanlah." perintah Akashi.
Sebenarnya Kuroko ingin bertanya banyak, tapi Akashi kelihatan sibuk, bahkan menoleh kearahnya pun tidak. Jadi, Kuroko memutuskan untuk diam saja.
Kuroko mengambil nampan di meja sebelah kasur, dan mulai memakannya sesuai perintah Akashi.
Akashi tiba-tiba bangkit dari meja belajarnya dengan terburu-buru.
"Aku akan segera kembali." kata Akashi, kemudian dia pergi meninggalkan Kuroko.
Kuroko hanya mengangguk mengiyakan, dia meneliti setiap jengkal ruangan yang merupakan kamar Akashi.
Ternyata ketua OSISnya itu orang yang kaya raya, lihat saja banyak barang antik di kamar Akashi.
Setelah selesai makan, Kuroko melihat jam, ruapanya sekarang sudah jam 11 malam. Dia langsung bergegas bangun dari kasur dan pergi.
Kuroko ingin berterima kasih pada Akashi jadi memutuskan mencari Akashi terlebih dahulu.
"Ng..." keluh Kuroko yang sepertinya mulai tersesat di rumah besar Akashi.
Kemudian Kuroko melihat pintu yang sedikit terbuka, dia menghampiri pintu itu.
Pintu itu mengeluarkan suara berisik, suara nyanyian perempuan. Penasaran, Kuroko mengintip di celah-celah pintu.
Eh?
Eeeehhhhh?
Mata Kuroko membulat tidak percaya, dia melihat seorang Akashi, sedang...
Ngidol AKB48?!
Kuroko mengerjap-ngerjapkan matanya tidak percaya dan akhirnya, dengan penuh keberanian dia memanggil orang yang ada di dalam ruangan itu, setengah berharap itu bukan Akashi.
"Akashi-kun?"
DEG!
Pria bersurai merah itu mematung di tempat. Dia menoleh ke belakang dan dilihatnya sosok Kuroko yang sedang mengintip di balik celah pintu.
"Te―Tetsuya?!"
.
.
.
To Be Continued!
A/N : WHAT AKASHI NGIDOL AKB48?! XD
My first fic rate M!
Mind to Read and Review? Or Oyakoro! xD
