BEAUTIFUL DISASTER ( REMAKE )
THIS STORY BELONG TO JAMMIE McGUIRE
CHANBAEK
GS FOR UKE
Bab 1A : Peringatan (Red Flag)
Semua yang ada di ruangan ini seolah-olah berteriak kalau aku tidak pantas untuk berada di sini. Tangga mulai bergetar, orang-orang gaduh berdesakan, udara bercampur dengan bau keringat, darah, dan jamur. Suara-suara menjadi tidak jelas terdengar ketika mereka meneriakkan satu angka dan nama berulang-ulang, tangan bergerak-gerak di udara, saling bertukar uang dan berkomunikasi dengan gerakan tubuh di tengah kebisingan. Aku menerobos masuk ke dalam kerumunan, dan
sahabatku mengikuti di belakang.
"Simpan uangmu, Baekhyun!" kata Kyungsoo padaku. Senyumnya yang lebar bersinar meskipun ditempat yang redup.
"Tetap berdekatan! Semua akan lebih buruk ketika acara di mulai!" Kai berteriak di tengah kebisingan. Kyungsoo memegang tangannya dan tanganku ketika Kai menuntun kita melewati kerumunan orang.
Suara keras dari pengeras suara membelah udara yang penuh dengan asap. Suaranya
mengejutkanku, dan aku melompat kaget, sambil melihat ke arah asal suara. Seorang pria berdiri di atas kursi kayu, sambil memegang segepok uang di satu tangan dan memegang pengeras suara di tangan yang satunya. Dia memegang pengeras suara itu di depan mulutnya.
"Selamat datang di acara 'pertumpahan darah'! Kalau kalian mencari Economic one-oh-one, kalian berada di tempat yang salah, teman! Jika kalian mencari The Circle, ini adalah Mekkah-nya! Namaku Kyuhyun, aku yang membuat peraturan-peraturannya dan yang mengadakan acara ini. Pertaruhan berakhir ketika penantang memasuki arena, dilarang memegang dan membantu para petarung, tidak boleh mengganti taruhan, dan tidak boleh melewati batas arena. Jika kalian melanggar peraturan ini, kalian akan dipukuli dan dilempar keluar tanpa uang kalian! Ini juga berlaku untuk kalian, Ladies! Jadi jangan coba-coba melanggar sistem, boys!
Kai menggelengkan kepalanya. "Astaga, Kyuhyun!" dia berteriak kepada MC, sangat jelas dia tidak setuju dengan kata-kata yang dipilih temannya.
Jantungku berdebar kencang. Dengan memakai cardigan wol pink dan anting mutiara, aku merasa seperti guru sekolah di pantai Normandia. Aku berjanji pada Kyungsoo bahwa aku akan menerima apapun yang terjadi nanti, tapi ketika tiba di sini aku merasakan dorongan kuat untuk memegang tangannya erat-erat. Dia tidak akan membiarkan aku dalam bahaya, tapi dengan berada di basement bersama 50 atau lebih mahasiswa yang mabuk, kecenderungan besar mungkin terjadi perkelahian,
aku sedikit tidak percaya kalau kita akan keluar tanpa terluka.
Setelah Kyungsoo bertemu Kai di orientasi mahasiswa/i baru, dia sering menemani Kai ke acara ini yang diadakan di basement yang berbeda di daerah sekitar Universitas Eastern. Setiap acara diadakan di tempat yang berbeda dan dirahasiakan hingga sejam sebelum pertarungan mulai. Karena aku selalu berada di lingkungan yang lebih 'jinak', aku tercengang mengetahui tentang dunia bawah tanah Eastern; tapi Kai mengetahui itu sebelum masuk ke Universitas Eastern.
Chanyeol, teman sekamar dan sepupu Kai, mengikuti pertarungan pertamanya tujuh bulan sebelumnya. Sebagai mahasiswa baru, Chanyeol digosipkan sebagai lawan paling mematikan yang pernah Kyuhyun lihat selama 3 tahun dia mengadakan The Circle. Memulai tingkat keduanya, Chanyeol jadi tak terkalahkan. Chanyeol dan Kai dengan mudah membayar sewa dan tagihan-tagihan mereka karena selalu menang taruhan. Kyuhyun memegang pengeras suaranya lagi, teriakan dan gerakan meningkat menjadi kegelisahan.
"Malam ini kita punya penantang baru! Bintang gulat di Eastern, Kris Wu!"
Sorak sorai bergema, dan orang-orang terbagi menjadi dua seperti Laut Merah ketika Kris memasuki arena. Lingkaran arena kosong, dan semua orang bersiul, mencemooh, dan mengejek si penantang. Dia melompat ke atas ke bawah, dan menggoyangkan lehernya ke belakang dan ke depan; wajahnya tampak keras dan focus. Orang-orang terdiam karena suara raungan, lalu tanganku menutupi telingaku ketika musik berbunyi dari speaker besar di seberang ruangan.
"Petarung kita selanjutnya tidak perlu diperkenalkan, tapi karena dia membuat aku takut, jadi aku tetap akan memperkenalkan dia! Takutilah, boys, dan buka dalaman kalian, ladies! Ini dia, Chanyeol 'Mad Dog' Park!"
Suara bergemuruh ketika Chanyeol muncul di pintu. Dia masuk, telanjang dada, santai dan tak terpengaruh oleh keributan yang ada. Dia berjalan memasuki arena seperti orang yang sedang menuju kantornya. Ototnya yang tak berlemak meregang di bawah kulitnya yang bertato saat dia beradu tinju dengan Kris. Chanyeol sedikit membungkuk dan membisikkan sesuatu ke telinga Kris, dan si pegulat itu berusaha keras untuk tetap mempertahankan ekspresi tegasnya.
Kris berdiri berhadapan dengan Chanyeol dan mereka saling menatap langsung pada mata masing-masing. Ekspresi Kris sangat mematikan, Chanyeol terlihat agak geli melihatnya. Mereka mundur beberapa langkah, dan Kyuhyun membunyikan terompet. Kris mengambil posisi bertahan dan Chanyeol menyerang. Aku berjinjit karena tidak bisa melihat, bergerak ke kanan kiri agar dapat melihat pertarungan dengan lebih baik. Aku terus naik, bergeser melewati orang-orang yang berteriak-teriak. Aku tersikut dan ditabrak, terpental ke depan dan ke belakang seperti pin bola. Kepala Kris dan Chanyeol mulai terlihat, jadi aku terus menerobos ke depan. Ketika aku tepat di depan arena,Kris memegang Chanyeol dan bermaksud untuk melemparnya ke bawah. Waktu Kris membungkuk,Chanyeol menendangkan lututnya ke wajah Kris. Sebelum Kris bisa berdiri tegak, Chanyeol menonjok wajah Kris yang sudah berdarah berulang kali. Ada tangan yang menarikku hingga aku tersentak ke belakang.
"Apa yang kau lakukan Baekhyun?" tanya Kai
"Aku tidak bisa melihat dari belakang sana!" sahutku.
Aku berbalik tepat ketika Kris terkena pukulan keras. Chanyeol berbalik, dan untuk sesaat aku piker dia telah menghindari beberapa pukulan, tapi dia berhasil memutar dan memukulkan sikunya tepat ke hidung Kris. Darah menyiprat mengenai wajahku, dan berceceran di bagian depan cardiganku. Kris jatuh ke lantai beton dengan suara gedebuk yang keras. Untuk sesaat ruangan sunyi senyap. Kyuhyun melemparkan kain merah ke arah tubuh Kris yang lemah, dan orang-orang mukai bersorak. Uang berpindah tangan sekali lagi, dan ekspresi orang-orang terbagi dua, ada yang bangga dan ada yang frustrasi. Aku terdorong kesana kemari oleh orang-orang yang baru masuk dan yang akan keluar. Kyungsoo memanggil namaku dari suatu tempat di belakang, tapi aku lebih terpesona pada noda merah yang membekas di dadaku hingga pinggang. Sepasang sepatu boot berat berjalan ke arahku, mengalihkan perhatianku ke lantai. Mataku bergerak ke atas; melihat celana jeans yang ada noda darahnya, otot perut yang terpahat dengan indah, telanjang dada, dadanya bertato dan basah oleh keringat, dan akhirnya sepasang mata coklat yang hangat. Aku terdorong dari belakang, dan Chanyeol menangkapku sebelum aku terjatuh ke depan.
"Hey, mundur!" Chanyeol mengernyit, mendorong semua orang yang ada di sekitarku. Ekspresi wajahnya yang keras mencair menjadi senyuman ketika dia melihat bajuku kemudian mengelap wajahku dengan handuk "Maafkan soal ini, Peogen!"
Kyuhyun menepuk belakang kepala Chanyeol. "Ayo, Mad Dog! Ada sejumlah uang yang harus diambil!"
Matanya terus memandangku. "Sayang sweaternya, padahal itu terlihat bagus dipakai olehmu." Detik berikutnya dia ditelan kerumunan fansnya, menghilang secepat dia datang. "Apa yang kau pikirkan, bodoh?" Kyungsoo berteriak padaku sambil menarik tanganku. "Aku datang kesini untung melihat pertarungan kan?" aku tersenyum.
"Kau seharusnya tidak boleh berada di sini, Baekhyun," Kai mengomel.
"Begitu juga Kyungsoo." kataku. "Dia tidak mencoba loncat ke dalam arena!" dia mengernyit. "Ayo kita pergi." Kyungsoo tersenyum padaku dan mengelap wajahku.
"Kau sangat menyusahkan, Baekhyun. Ya Tuhan, Aku sangat sayang padamu!" Dia memeluk leherku,kemudian kami berjalan menuju tangga dan keluar di udara malam.
Kyungsoo mengikuti ke kamar asramaku, dan menyeringai ke arah teman sekamarku, Xiumin. Aku langsung membuka Cardiganku yang penuh noda darah, dan melemparkannya ke dalam keranjang.
"Ih menjijikkan. Kalian memang dari mana?" Xiumin bertanya dari atas tempat tidurnya.
Aku memandang Kyungsoo yang mengangkat bahunya, "Mimisan. Kau belum pernah melihat hidung mimisan Baekhyun yang terkenal?" Xiumin membetulkan posisi kacamatanya sambil menggelengkan kepalanya.
"Oh, kau akan melihatnya." Kyungsoo mengedipkan sebelah matanya padaku, kemudian menutup pintu di belakangnya. Kurang dari semenit kemudian, HPku berbunyi. Seperti biasa, Kyungsoo selalu mengirim SMS setelah kita mengucapkan selamat tinggal. "Menginap di tempat Kai. Sampai bertemu besok, Ring Queen."
Aku melirik Xiumin yang sedang memperhatikanku seakan-akan hidungku akan menyemburkan darah setiap saat.
"Kyungsoo hanya bercanda." kataku. Xiumin mengangguk acuh tak acuh, kemudian memandangi buku yang berantakan di atas tempat tidurnya. "Aku akan mandi dulu." kataku sambil mengambil handuk dan peralatan mandiku. "Aku akan memberitahu media." kata Xiumin tanpa ekspresi, sambil menunduk. Keesokan harinya, Kai dan Kyungsoo bergabung denganku saat makan siang. Aku bermaksud untuk duduk sendirian, tapi ketika para mahasiswa menuju cafeteria, semua kursi di sekitarku terisi,
baik oleh teman perkumpulannya Kai atau anak tim football. Beberapa dari mereka ada di tempat pertarungan kemarin, tapi tidak ada yang membahas pengalamanku di dekat arena.
"Kai," panggil seseorang. Kai mengangguk, Kyungsoo dan aku berpaling untuk melihat Chanyeol yang duduk di kursi diujung meja. Dia diikuti oleh dua wanita pirang seksi yang memakai kaos seragam Sigma Kappa. Salah seorangnya duduk di pangkuan Chanyeol dan yang satu lagi duduk di sebelahnya, sambil memainkan kaos Chanyeol dengan jarinya."Aku rasa aku muntah sedikit di dalam mulutku." Kyungsoo bergumam.
Si pirang yang di pangkuan Travis melirik ke arah Kyungsoo, "Aku mendengar itu, dasar pelacur!" Kyungsoo mengambil rotinya dan melemparkannya ke atas meja sehingga hampir mengenai wajahperempuan pirang itu. Sebelum perempuan itu sempat mengatakan sesuatu, Chanyeol menarik lututnya sehingga perempuan itu jatuh ke bawah.
"Aduh!" dia menjerit, sambil memandang Chanyeol. "Kyungsoo adalah temanku. Silahkan mencari pangkuan lain, Jess" "Chanyeol!" dia merengek, berusaha berdiri.
Chanyeol mengalihkan perhatian pada piringnya, mengacuhkan dia. Perempuan itu melihat pada temannya dan mendengus, kemudian mereka pergi sambil berpegangan tangan. Chanyeol mengedipkan sebelah matanya ke arah Kyungsoo, seakan-akan tidak terjadi apa-apa, kemudian melahap makanannya lagi. Saat itulah aku melihat luka kecil di pelipisnya. Chanyeol dan Kai saling memandang, kemudian dia mulai mengobrol dengan salah seorang dari tim football yang ada dihadapannya. Meskipun meja makan mulai sepi, aku, Kyungsoo, dan Kai terus membicarakan rencana kami
untuk akhir minggu ini. Chanyeol berdiri dan pergi, tapi kemudian berhenti di dekat meja tempat kami berada.
"Apa?" Kai bertanya dengan sedikit berteriak, mengangkat tangannya ke telinga. Aku mencoba untuk mengacuhkan Chanyeol selama mungkin tapi ketika aku melihat ke atas, dia sedang memandangku. "Kau tahu dia kan, sahabatnya Kyungsoo? Dia bersama kami kemarin," Kai menjelaskan. Chanyeol tersenyum padaku yang menurutku itu adalah salah satu ekspresinya yang sangat mempesona. Dia mengalirkan seks dan sikap memberontaknya melalui suara, rambut coklat, dan
tangannya yang bertato, dan aku mendelik padanya saat dia berusaha menggodaku.
"Sejak kapan kalian bersahabat, Kyung?" Chanyeol bertanya. "Sejak SMP." jawabnya, sambil tersenyum ke arahku. "Apakah kau lupa, Chanyeol? Kau telah merusak sweaternya." "Aku sudah merusak banyak sweater." "Iiiiihh," aku bergumam.
Chanyeol memutar kursi kosong dan kemudian duduk di sebelahku, meletakkan tangannya di depannya. "Jadi kau adalah si Pigeon ya?" "Bukan" aku membentak, "Aku punya nama." Dia tampak kagum dengan cara aku memperlakukannya, yang malah membuat aku semakin kesal.
"Jadi? Siapa namamu?" tanyanya. Aku memakan potongan apel terakhirku, mengacuhkannya. "Kalau begitu, Pigeon saja ya," dia mengangkat bahunya.
Aku melirik Kyungsoo, lalu melihat ke arah Chanyeol "Aku sedang makan nih."
Chanyeol tetap santai menanggapi perlakuanku, "Namaku Chanyeol, Travis Park."
Aku mendelik lagi, "Aku tahu kau siapa."
"Tahu ya?" Chanyeol berkata sambil mengangkat alisnya yang terluka.
"Jangan senang dulu. Sulit untuk tidak mengetahui siapa dirimu saat 50 orang mabuk meneriakkan namamu."
Chanyeol duduk lebih tegak, "Aku sering mengalami hal itu." Aku mendelik lagi, dan Chanyeol cekikikan. "Apakah kau punya penyakit kedut?"
"Apa?"
"Penyakit kedut, matamu selalu bergerak memutar," dia tertawa lagi ketika aku membelalak.
"Tapi itu sepasang mata yang indah kok," dia berkata sambil mendekatkan wajahnya ke wajahku.
"Apa warnanya? Abu-abu?"
Aku memandangi piringku, membiarkan rambut panjang warna caramelku menjadi seperti tirai yang membatasi kita. Aku tidak menyukai apa yang aku rasakan saat dia sangat dekat. Aku tidak mau menjadi seperti mereka, sejumlah wanita yang akan tersipu ketika dia datang. Aku tidak mau dia memberikan efek seperti itu padaku sama sekali.
"Jangan coba-coba, Chanyeol. Dia sudah seperti saudara perempuanku," Kyungsoo memperingatkan.
"Sayang," Kai berkata, "Kau baru saja melarang Chanyeol, sekarang dia tidak akan berhenti."
"Kau bukan tipenya," dia melindungi. Chanyeol pura-pura tersinggung "Aku tipe semua orang!" Aku melirik Chanyeol dan tersenyum.
"Ah, akhirnya tersenyum, aku bukan seorang bajingan busuk ternyata". Dia mengedipkan satu matanya. "Senang bertemu denganmu, Pidge." Dia berjalan mengitari meja dan membungkuk ke telinga Kyungsoo.
Kai melemparkan kentang goreng ke arah sepupunya. "Jauhkan bibirmu dari telinga pacarku, Chan!"
"Memperluas jaringan! Aku sedang memperluas jaringan!" Chanyeol melangkah keluar dengan tangan di atas dengan wajah polosnya. Beberapa perempuan lain lagi mengikuti di belakangnya, cekikikan dan menggerak-gerakkan jari di rambut mereka untuk menarik perhatiannya. Dia membukakan pintu untuk mereka, dan mereka
hampir menjerit kegirangan. Kyungsoo tertawa. "Oh, tidak. Kau dalam bahaya,Bakhyun." "Apa yang dia bisikkan?" Aku bertanya dengan hati-hati.
"Dia ingin kau agar mengajak Baekhyun ke apartement, ya kan?" Kai berkata. Kyungsoo mengangguk dan Kai menggelengkan kepalanya. "Kau adalah wanita yang cerdas, Baekhyun. Aku beritahu dari sekarang, jika nanti kau mulai percaya omong kosongnya dan ternyata dia membuatmu marah, kau jangan melampiaskannya padaku atau Kyungsoo, mengerti?"
Aku tersenyum. "Aku tidak mungkin menyukainya, Kai. Apa aku kelihatan seperti Barbie kembar tadi?" "Dia tidak akan menyukainya," Kyungsoo meyakinkan Kai sambil menyentuh tangannya.
"Ini bukan masalah pertamaku, Dear. Apakah kau tahu berapa kali dia mengacaukan hubunganku karena dia meniduri sahabatnya? Karena tiba-tiba berkencan denganku menjadi seperti lebih memilih musuh daripada teman! Ingat ya, Baekhyun!" dia menatapku, "Jangan melarang Kyungsoo untuk datang ke apartemen atau berkencan denganku hanya karena kau percaya semua omong kosongnya Chanyeol. Anggap kau sudah diperingati ya."
"Tidak perlu tapi aku menghargai pemberitahuannya," kataku. Aku mencoba meyakinkan Kai dengan senyuman, tapi dia merasa tidak yakin karena sudah bertahun-tahun mengalami hal yang sama, terluka karena kelakuan Chanyeol.
Kyungsoo melambaikan tangannya, kemudian melangkah pergi bersama Kai, sedangkan aku memasuki kelas soreku. Aku memicingkan sebelah mataku karena silau oleh sinar matahari, sambil memegang tali ranselku. Eastern sangat sesuai dengan yang apa aku harapkan; dari ruang kelasnya yang lebih kecil, hingga tidak adanya satu orang pun yang kenal siapa dia. Ini adalah awal yang baru bagiku; akhirnya aku bisa berjalan kemanapun tanpa ada orang yang berbisik-bisik karena mengetahui siapa aku—atau mereka pikir mereka tahu—semua tentang masa laluku. Aku tidak
berbeda dengan semua yang bermata lebar, bekerja keras untuk masuk kelas; tidak ada yang menatap, tidak ada gosip, tidak ada rasa kasihan atau penilaian. Hanya ilusi yang aku ingin mereka lihat; memakai Kasmir, tidak ada omong kosong tentang Byun Baekhyun. Aku menaruh tas ranselku di lantai, dan duduk di kursi, membungkuk untuk mengambil laptopku dari dalam tas. Ketika aku duduk lagi untuk menaruhnya di atas meja, Chanyeol baru duduk di kursi sebelahku.
"Bagus. Kau bisa membuatkan catatan untukku," dia berkata padaku. Dia menggigit pulpennya dan tersenyum, tidak diragukan lagi sangat mempesona. Aku memandang dengan rasa jijik padanya. "Bahkan kau tidak mengambil mata kuliah ini."
"Aku mengambil mata kuliah ini kok. Biasanya aku duduk di atas sana." dia berkata sambil mengangguk ke arah tempat duduk paling atas. Sekelompok kecil perempuan memandangiku, dan aku melihat kursi yang kosong di tengah-tengah mereka.
"Aku tidak akan membuat catatan untukmu", aku berkata sambil menyalakan laptop.
Chanyeol membungkuk sangat dekat padaku hingga aku bisa merasakan nafasnya di pipiku.
"Maaf, apakah aku pernah menyinggungmu?" Aku menghela nafas kemudian menggelengkan kepalaku. "Lalu apa masalahmu?" Aku menahan suaraku agar tetap pelan. "Aku tidak akan tidur denganmu. Kau harus menyerah sekarang." Senyuman kecil muncul di wajahnya sebelum dia berkata "Aku belum mengajakmu untuk tidur
denganku," matanya melayang ke atas memandangi atap kelas seperti sedang berfikir, "Iya kan?"
"Aku tidak seperti Barbie kembar tadi atau kelompok kecilmu di atas sana," aku berkata sambil melihat sekilas ke arah mereka yang di belakangku. "Aku tidak tertarik dengan tatomu, ataupun kelakuanmu yang seperti anak kecil, atau ketidakacuhanmu yang dipaksakan. Jadi kau bias menghentikan semua usahamu, oke?"
"Ok, Pigeon." Dia tampak tidak kesal sedikitpun atas perlakuan kasarku. "Kenapa kau tidak ikut Kyungsoo malam ini?" Aku menyeringai atas ajakannya, tapi dia malah semakin mendekat. "Aku tidak berusaha untuk 'menangkapmu'. Aku cuma ingin hang out."
"'Menangkapku'? Bagaimana kau bisa menarik wanita untuk tidur denganmu kalau caramu berbicara seperti ini?" Tawa Chanyeol meledak, sambil menggelengkan kepalanya. "Mampir saja ya nanti. Aku bahkan tidak akan menggodamu, aku janji."
"Akan aku pertimbangkan."
Prof. Chaney masuk, dan Chanyeol mengalihkan perhatiannya ke depan. Masih terlihat senyuman di wajahnya, membuat lesung pipinya semakin jelas. Semakin dia tersenyum, semakin ingin aku membencinya, padahal itu yang membuat membencinya menjadi tidak mungkin.
"Siapa yang bisa menjawab Presiden mana yang istrinya juling dan bermuka jelek?" Chaney bertanya. "Kau harus mencatat itu," Chanyeol berbisik. "Aku membutuhkannya untuk menjawab pertanyaan di job interviews. "Sssshh," kataku sambil tetap mengetik.
Chanyeol menyeringai dan santai di kursinya. Setelah sejam berlalu, dia bolak-balik mendekat dan menatap monitorku sambil sekali-kali menguap. Aku berusaha keras untuk berkonsentrasi dan mengacuhkannya, tapi kedekatan dan otot kekarnya membuat semua itu menjadi sulit. Dia memainankan gelang kulit di pergelangan tangannya hingga saatnya Chaney membubarkan kelas. Aku bergegas keluar kelas menuju lorong. Ketika aku merasa sudah aman, tiba-tiba Chanyeol Park muncul di sebelahku.
"Apa kau sudah memikirkannya?" dia bertanya sambil mengenakan kacamata hitamnya. Perempuan bertubuh kecil berambut coklat melangkah ke arahku dan Chanyeol. Matanya lebar dan berharap. "Hai,Chanyeol," dia menyapa dengan riang, sambil memainkan rambutnya. Aku berhenti berjalan, menghindar dari suaranya yang dibuat-buat seperti anak kecil kemudian berjalan memutar ke belakangnya. Aku sudah pernah melihatnya sebelumnya di asrama di Gedung Morgan, sedang mengobrol dengan temannya tapi tidak dengan suara yang di buat-buat seperti ini. Suaranya waktu itu terdengar lebih dewasa, dan aku penasaran apa yang membuat dia berfikir kalau
Chanyeol akan menyukai suara anak kecilnya itu. Dia terus mengoceh dengan suara yang lebih tinggi hingga chanyeol berada di sampingku lagi. Dia mengeluarkan pematik api dari sakunya, kemudian menyalakan rokok dan menghembuskan asap tebal.
"Tadi sampai mana ya?" Oh ya, kau sedang berfikir." Aku menyeringai, "Apa yang kau bicarakan?". "Apa kau sudah memutuskan untuk datang?" "Jika aku mengatakan ya, akankah kau berhenti mengikutiku?" Dia berfikir sejenak kemudian mengangguk."Ya."
"Kalau begitu aku akan datang." "Kapan?" Aku menarik nafas. "Malam ini. Aku akan datang malam ini." Travis tersenyum dan berhenti berjalan. "Bagus. Sampai bertemu nanti kalau begitu, Pidge." Dia memanggilku.
Aku berbelok ke pojok dan melihat Kyungsoo bersama dengan Lay di luar asrama. Aku dan Kyungsoo bertemu dengan Lay di acara orientasi mahasiswa baru, dan aku langsung tahu dia bias menjadi orang ketiga yang ditunggu-tunggu di dalam hubungan pertemananku dengan Kyungsoo. Dia tidak terlalu tinggi, tapi tetap kelihatan seperti menara dibandingkan dengan tinggiku yang hanya 5 kaki 4 Inci (163 cm). Matanya yang bulat mengimbangi penampilannya yang ramping dan rambutnya yang di bleaching biasanya dibentuk seperti paku.
"Chanyeol Park? Ya Tuhan, Baekhyun, sejak kapan kau mulai memancing di laut dalam?" Lay bertanya dengan mata yang memancarkan ketidaksetujuannya. Kyungsoo menarik permen karet dari mulutnya menjadi tali yang panjang. "Kau hanya membuatnya
semakin parah dengan menyuruhnya pergi. Dia tidak terbiasa dengan itu."
"Jadi aku harus bagaimana? Tidur dengannya?" Kyungsoo menarik nafas. "Itu akan menghemat waktu." "Aku memberitahunya kalau aku akan mampir malam ini."
Lay dan Baekhyun saling pandang. "Apa? Dia berjanji tidak akan menggangguku lagi kalau aku bilang ya. Kau akan pergi kesana kan malam ini?" "Hhhmm, ya," jawab Kyungsoo. "Kau benar-benar akan datang?" Aku tersenyum dan berjalan menuju aula melewati mereka, penasaran apakah Chanyeol akan menepatin janjinya untuk tidak merayuku. Dia bukan orang yang sulit untuk ditebak; dia hanya melihatku sebagai tantangan, atau hanya tidak tertarik untuk hanya menjadi sekedar teman. Aku tidak yakin mana yang paling menggangguku.
TBC
SEE YOUUUUUUU next chap ~ chu
Review Juseyo~ bbuing ^^
With love,
Pcydelight27
