"Pergilah duluan dan tunggu aku. Aku akan menyusulmu segera," kata Gilbert. "Vince, aku bersyukur kau ada di sisiku selama ini."
.
.
.
Pandora Hearts belongs to Jun Mochizuki
Based on chapter 104
.
.
.
Vincent berdoa. Kalau Tuhan benar-benar ada, tolong dengarkan permintaannya yang satu ini, katanya.
Kalau Tuhan benar-benar ada, tolong bahagiakan Gilbert Nightray.
Dan setelah itu, dia hilang; seluruh tubuhnya retak menjadi bagian-bagian yang tak terhitung jumlahnya dan pecah menjadi molekul-molekul kecil kemudian lenyap di udara.
.
.
.
Katakanlah Vincent gila karena ini pertama kalinya otaknya bekerja terbalik. Bilang saja Vincent sudah tidak waras karena keinginannya dan apa yang dia doakan berbanding terbalik satu sama lain.
Tolong bahagiakan Gilbert Nightray, katanya.
Jangan pertemukan kami lagi, lanjutnya lagi.
Karena Vincent tahu Gilbert tak akan bahagia saat ada dirinya. Karena Vincent tahu Gilbert pasti akan menderita kalau ada dirinya. Jadi Vincent memohon pada Yang Maha Kuasa di sana untuk tidak dipertemukan di kehidupan selanjutnya. Meskipun dia menangis.
Hatinya meringis saat memohon. Dan dia mengutuk dirinya yang bodoh karena meminta demikian. Dia pasti sudah tidak waras. Bagaimana bisa dia meminta untuk tidak dipersatukan ketika dia begitu mencintai kakaknya? Bagaimana bisa dia menyerah setelah melewati begitu banyak hal untuk Gilbert? Vincent tahu dia tak seharusnya menyerah sekarang. Tetapi kemudian, dia ingat.
Dia bukan kebahagiaan untuk Gilbert.
Meski Gilbert adalah segala-galanya untuknya.
Vincent itu malapetaka. Berkatnya, Gilbert ikut dibuang. Vincent Nightray itu bencana. Karena Vincent selalu mencoba menyakiti orang-orang yang Gilbert cintai. Vincent tak ingin Gilbert ingat akan masa lalunya. Karena menurutnya, itu akan membuat Gilbert menderita. Tetapi lagi-lagi, Vincent-lah penderitaannya.
Cukup sudah. Vincent muak selalu menjadi halangan untuk Gilbert mencapai kebahagiaannya. Walaupun, dia tetap menangis saat mengucapkan doanya.
.
.
.
Kenyataan bahwa Vincent pergi selama empat tahun mengelilingi dunia itu benar adanya. Dia pergi. Meninggalkan Gilbert dan jauh.
Vincent pergi untuk berdoa. Membangun spiritualnya dengan Tuhan taklah buruk, bukan? Vincent harap dia belum terlalu terlambat untuk ini. Karena banyak yang ingin dibicarakannya. Seperti Ada yang sudah pergi mendahuluinya, anggota keluarga Baskerville yang juga satu per satu mulai mencapai batasnya, dan tentang dirinya dan Gilbert yang ke depannya akan jadi seperti apa.
Vincent berdoa dan memohon pada Yang Kuasa agar kelak kakaknya tak perlu bertemu anak pembawa sial seperti dirinya lagi.
.
.
.
Dan hari itu tiba. Hari ketika dia harus mengucapkan selamat tinggal pada Gilbert dan tak lagi jadi beban baginya. Hari ketika dia harus berpisah dan berdoa untuk yang terakhir kalinya agar Gilbert diberikan kebahagiaan sepenuhnya oleh Yang Maha Kuasa. Hari ketika dia menangis dan hatinya hancur berkeping-keping; karena kalau Tuhan cukup baik untuk mendengar doanya, itu berarti ini hari terakhirnya bersama Gilbert Nightray.
"Vince, aku bersyukur kau ada di sisiku selama ini," katanya.
Dan Vincent tersenyum, kemudian membalas, "umh… aku juga. Aku bersyukur Gil ada di sisiku selama ini."
Terima kasih karena sudah menjadi kakakku.
"Aku bersyukur bisa ada di sini."
Selamat tinggal, Gil.
.
.
.
Kalau Tuhan benar-benar ada, tolong bahagiakan kakakku.
Day XX, Month XX, Year XXXX
Vincent Nightray
End.
