Get Away

Sherlock/Molly

Disclaimer: ACD, SM, MG, BBC, you know them.


Keberadaan seseorang baru terasa ketika orang itu menghilang. Lucu, memang, sebagian besar orang tidak menghiraukan keberadaan orang yang selama ini selalu ada untuk orang itu. Kemudian mereka akan menyesali mengapa selama ini mereka mengabaikan orang itu ketika orang itu menghilang entah ke mana.

Mungkin karena orang itu selalu ada kapan pun kita membutuhkan mereka, bahkan di saat kita tidak membutuhkan mereka, kita yakin mereka akan selalu ada.

Sedikit dari kita yang sadar kata 'akan' merujuk pada masa depan—ketidakpastian.

Tetapi kata 'akan' sendiri memberi kesan bagi kita—bagi spesies paling pintar di tata surya—bahwa sesuatu itu pasti terjadi.

Ironi.

John Watson, sepanjang lima tahun lamanya ia menjadi sahabat Sherlock Holmes (ya, setidaknya itu sebutan yang tepat untuk menggambarkan hubungan mereka) belum pernah melihat konsultan detektif itu sekhawatir ini.

Tidak ketika berkali-kali hidupnya berada di ujung tanduk, nyaris sekarat, nyaris tertembak, atau nyaris kehilangan nyawanya.

Tidak ketika ia berhadapan dengan gembong kriminal jaringan Jim Moriarty, atau bahkan Jim Moriarty sendiri.

Ini adalah jenis khawatir yang berbeda, John sadar, meski kemampuan deduksinya tidak sehebat Sherlock.

Ini jenis yang baru.

Kali ini ia tidak mengkhawatirkan keberadaannya sendiri atau apakah ia bisa menyelesaikan kasus tepat waktu tanpa melibatkan korban satu pun.

Ya, ia mengkhawatirkan seseorang, dan itu terlihat jelas di wajah Sherlock, ekspresinya tidak kentara.

Sherlock sangat amat khawatir, kalau begitu, pikir John ketika pertanyaan-kau-baik-baik-saja-nya tidak digubris sama sekali.

"Baiklah, Sherlock, aku tidak punya banyak waktu, malam ini—"

"Giliranmu membacakan cerita sebelum tidur untuk Rose—ya aku tahu— itu manis tapi benar-benar membosankan (Sherlock memutar matanya dengan berlebihan),"

John segera bangkit dari kursi trademark-nya menuju pintu karena, sungguh, ia muak dengan Sherlock yang tidak pernah berubah. Hanya karena Sherlock tidak punya kehidupan di samping menjadi satu-satunya konsultan detektif di dunia dan menggangu hidup orang lain bayi besar itu bisa menginterupsi hidupnya dan keluarganya.

John sudah cukup muak.

"Aku sudah mengirim pesan pada Mary!" Sherlock berseru ketika tangan John baru menyentuh gagang pintu.

John mendesah lemah.

Ia sadar ia tidak bisa meninggalkan Sherlock, meskipun ia mau dan harus, tidak ketika sesuatu yang salah jelas sedang terjadi.

Bukan setiap hari ia menemukan si kepala batu itu terlihat cemas seperti tidak yakin pada dirinya dan kemampuannya sendiri.

Ini kasus baru, dan kali ini John tidak mendapati dirinya berhasrat untuk menyelesaikan kasus itu, melainkan rasa cemas yang ia yakin Sherlock kenakan dengan sangat baik kali ini menyebar ke tubuhnya juga.

John berbalik, menatap Sherlock Holmes yang masih duduk di singgasananya dengan kaki menyilang dan telapak tangan menyatu tepat di bawah dagu runcingnya.

"Beritahu aku, kalau begitu, Sherlock, apa yang mengganggu pikiranmu?" kata John pada akhirnya.

"Siapa," Sherlock membalas dengan cepat.

"Maaf?" John sama sekali tidak mengerti.

"Siapa, John, bukan apa, kata tanya yang tepat adalah 'siapa'" Sherlock menjawab tanpa menggubris ekspresi kesal John.

"Oke," John mendesah dan menghembus nafas berat. "Siapa yang mengganggu pikiranmu?"

Sejenak John berpikir Sherlock akan mulai berceloteh panjang tentang kriminal lain yang jatuh cinta padanya dan berusaha untuk membunuhnya melalui teka-teki yang melibatkan keamanan nasional, tapi tidak, John terkejut. Sherlock menyandarkan badannya ke sandaran kursi dan membawa kedua telapak tangannya menutupi wajahnya dan mendesah berat.

"Molly," desah Sherlock. "Molly Hooper."


TBC