Jam 00 : 17

"Sudah dulu ya, Sasuke- kun? Aku mengantuk sekali," ujar suara seorang gadis berambut merah muda dengan menguap. Dia menggaruk punggung tangannya yang terasa gatal. Kakinya mengayun pelan.

"Tunggu sebentar, kau bersungguh jika kau benar-benar tidak keluar pada hari itu kan'?"

Sakura meggerutu, laki-laki ini memang tidak percaya atau hanya ingin megulur-ulur waktu?! "Iya, Sasuke- kun! Aku bersungguh-sungguh. Sudah ya, aku mau tidur!" jawab gadis itu agak keras. Dia memang sedang sangat butuh tidur sekarang. Namun sedari tadi Uchiha Sasuke terus-terusan menahannya agar tidak tidur.

"Pastikan kau memakai selimut dengan benar, cuci kaki dan tanganmu sebelum tidur. Jangan lupa mematikan lampu." Sakura melunak mendengar suara diseberang. Dia terkikik pelan, tumben sekali kekasihnya ini memberikan perhatian yang berlebihan.

"Iya, iya. Kau juga harus tidur setelah ini, Selamat malam," ucap gadis dengan netra hijau itu sambil tersenyum kecil, matanya sudah sayup. Sekali lagi dia menguap.

"Selamat malam, Haruno Sakura." Dengan balasan 'Selamat malam' dari Uchiha Sasuke barusan berakhirlah percakapan panjang selama 3 jam mereka.

Sakura menutup ponselnya, ia mematikan lampu. Kemudian menghidupkan lampu tidur dan kembali berbaring ke kasur merah mudanya. Oke, saatnya tidur bagi Haruno Sakura. Sebentar lagi dia akan segera memejamkan matanya dan masuk ke alam mimpi—

—Setidaknya begitu, sampai dia mendengar suara pintu terbuka.

Kriet

Sakura masih tak peduli. Dia masih menutup kedua kelopak matanya. Masa bodo siapa yang membuka pintu kamarnya barusan. Pokoknya dia harus tidur. Sekarang.

"Ne, Haruno Sakura. Mau memberitahu kakakmu ini dengan siapa kau berbicara barusan?" Pintu terbuka dengan lebar, menampilkan sosok pria berambut merah. Haruno Sasori tersenyum lebar sambil menutup kembali pintu kamar adiknya dengan pelan.

Sakura langsung melebarkan kedua matanya ketika mendengar suara itu. Netra Hijaunya membulat. Sialan. Haruno Sasori si sialan itu barusan menyadap pembicaraannya dengan Sasuke. Sakura mencengkram selimutnya dengan erat, ia meneguk air liurnya dengan payah. Ia tidak berkedip dalam 4 detik.

"Atau kau mau kuberitahu kepada ibu?" ucap Haruno Sasori lagi kali ini dibarengi dengan senyuman mematikannya.

Kakak sialan.

.

.

.

.

.

Hayo, Siapa?! (c) Mitsuo Miharu

Naruto (c) Masashi Kishimoto

Warn(s) : OOC, ficlet, oneshoot, dll.

.

.

.

.

.

"Ayolah, Sasuke- kun. Ini adalah permintaan dari kakak tersayangku." Haruno Sakura mengerling jijik kearah kakaknya. Ia mengatakan kalimat barusan dengan nada manja yang dibuat-buat. Oke, maksud dari 'permintaan kakak tersayang' adalah bahwa Sasori ingin dipertemukan dengan seseorang yang bernama 'Sasuke- kun' tersebut.

Sementara kakak dari Haruno Sakura itu hanya pura-pura tak mendengar sambil membaca koran, dan sesekali menyesap earl grey tea yang masih mengepulkan asap diudara. Dan pada akhirnya Sakura mendengar suara desahan pelan dari ujung telponnya. "Baiklah, nanti sore," ucap Sasuke pasrah.

Anak bungsu dari keluarga Haruno itu tersenyum kecut. Sangat kecut. "B-baiklah, terima kasih, Sasuke- kun. Sampai jumpa." ia melirik kearah kakaknya sebentar, kemudian mengalihkan pandangannya lagi kepada lantai marmer dibawah "Nanti sore." Gadis itu menutup telponnya. Pandangannya kembali teralih kepada sang kakak.

"Kebetulan nanti sore aku senggang," ucap Sasori sambil menyeringai. Dia menutup halaman koran yang sedang ia pegang, dan kemudian berjalan menuju dapur.

Sakura menggeram. Kakak sialan.

Gadis itu mendesah pelan. Dia dari dulu sangat tidak suka jika kakaknya sudah ikut campur dalam urusan pribadinya. Kakaknya seorang sistercomplex. Dan Haruno Sakura sangat tidak menyukai sikap kakaknya yang itu. Perlu penekanan, sangat tidak suka.

Pada saat duduk disekolah menengah pertama dulu hubungannya selalu tidak berhasil. Paling lama hanya 7 hari. Atau lebih tepatnya 1 minggu. Entah bagaimana kakaknya itu bisa tau jika dia sedang memiliki hubungan dengan seorang lelaki. Jika kakaknya sudah tau kalau dia sedang memiliki hubungan, pastilah sulung Haruno itu akan mengancam akan melaporkannya pada ibu mereka. Dan ibu mereka tidak pernah suka jika Sakura memiliki seorang kekasih. Dan akhirnya mau tak mau Sakura dengan paksa harus mengakhiri hubungan dengan laki-laki itu.

Lagi-lagi dia mendesah. Dia harus menyiapkan diri akan apa yang akan terjadi pada sore ini.

.

.

.

.

Mata hazel Sasori meneliti penampilan lelaki yang tampaknya terkejut dengan keadaannya ini. Secara penampilan oke. Dia juga membawa mobil mewah tadi kesini. "Siapa namamu?" tanya Sasori dengan nada monoton. Ia mendelik kearah pria oniks dihadapannya ini. Sementara adik merah jambunya dari tadi hanya membuang muka menghadap kearah jendela kafe.

"Sasuke," jawab pria yang (katanya) kekasih dari adik kecilnya ini.

Sasori berdeham. "Nama lengkap?"

Oke, entah kenapa Sasuke merasa terintimidasi disini. "Uchiha Sasuke, Nii- san?"

Sasori menyilangkan kedua tangannya didepan dada. Alisnya naik satu. "Nii- san katamu?" Dia tidak menyukai panggilannya dari bocah didepannya barusan. Tapi tunggu dulu, Uchiha katanya? Sasori tidak asing lagi, rasanya. Sasuke menampakkan ekspressi datar. Dia tidak menunjukkan bahwa ada kesalahan dari kata-katanya barusan.

"Kau benar-benar kekasih Sakura?" Haruno Sasori kembali mengajukan pertanyaan.

Sasuke mengangguk mantap. "Ya."

Sasori melirik kearah bungkusan yang dibawa Sasuke semenjak masuk kedalam kafe ini. Laki-laki berambut merah itu kembali berdeham. "Bungkusan apa itu? Kau mau membahayakan adikku?" tanyanya masih dengan nada intimidasi.

Oniks Sasuke teralih kekantung plastik berwarna merah yang terletak didepannya. "Oh, ini—" Sasuke berkata datar. "—Tapi maaf, Nii- san. Aku kira Sakura hanya datang sendirian tadi," ujar pria itu sambil membuka kantung plastik berwarna merah tersebut.

Mata Sasori membulat seketika ketika Sasuke mengeluarkan isinya.

Sial.

Sasori lemah terhadap brownies.

Apalagi itu adalah brownies dari toko Omdo.

Kesukaannya.

.

.

.

"Walaupun begitu, aku akan memberitahu ibu, Haruno Sakura." Sasori menampikkan ekspressi datar saat turun dari mobil. Hampir saja dia termakan sogokan brownies Omdo. Sial. Tapi, boleh juga browniesnya tadi.

Sakura juga ikut turun dari mobil dan menyusul masuk kedalam rumah. "T-tapi, Nii- san ... !" Gadis itu ingin protes. Tapi sudah terlambat ketika dia melihat kakaknya itu sudah memanggil ibunya yang tengah duduk disofa ruang tengah.

"Ibu, dengar! Sakura sedang memiliki hubungan dengan seseorang!" adu Sasori dengan terburu-buru seperti anak kecil. Disaat itulah Sakura melihat mata hijau milik ibunya membulat. Sial. Sudah tamat riwayat Haruno Sakura sekarang.

Kepala ibunya bergerak kearah Sakura. Namun ia hanya berkata dengan nada datar kearah Sasori. "Siapa namanya?" tanya ibunya.

Oh, tuhan! Tidak, Haruno Sasori. Kumohon! Jangan pernah sekalipun menyebut namanya! Sakura merapalkan mantra itu dalam pikirannya.

"Sasuke!" balas Sasori dengan keras dan cepat. Mata klorofil Sakura sekarang sudah melotot. Sepertinya mulut Haruno Sasori harus dilakban sekarang juga.

Ibunya terdiam sejenak. "Sasuke?" ujarnya dengan nada tanda tanya. Hanya dengan 'nada tanda tanya', selebihnya Sakura tak tahu.

Sasori gemas dengan ibunya ini, kemudian ia memperjelas nama dari kekasih adiknya tersebut. "Lebih tepatnya Uchiha Sasuke!"

Mata Haruno Mebuki kemudian kembali membulat. Kemudian dengan nada acuh dia hanya berkata "Oh." Dan wanita yang sudah berumur itu pun kembali melanjutkan membaca majalah fashion yang tadi sempat tertunda.

Sakura dan Sasori terheran-heran dengan sikap ibu mereka itu. Mereka kira, ibunya akan mengamuk sejadi-jadinya ketika Sasori mengadukan hal tersebut. Anak sulung Haruno itu terus-terusan mendesak ibunya, tetapi tetap ibu dari dua anak itu mengacuhkannya. Sakura bersyukur dalam hatinya, lega. Tapi, dibalik sikap ibunya yang tak biasa itu, pasti ada apa-apa kan?

.

.

.

.

.

.

Omake

Haruno Mebuki langsung menyambar poselnya yang tergeletak tepat disampignya tersebut. Dengan terburu-buru dia berusaha menghubungi seseorang. Raut wajahnya langsung cerah seketika ketika telponnya diangkat oleh seseorang diujung sana.

"Halo? Mikoto- san?! Kabar gembira! Sepertinya kita tidak perlu lagi repot-repot menjodohkan Sakura- chan dan Sasuke- kun." Seringai licik terlihat dibibir Mebuki ketika wanita itu menyelesaikan kalimatnya.

.

.

.

.

.

Fin.

Author's Note :

Oy, sumpah. Kangen banget sama ffn T-T. Mungkin udah setengah tahun aku ga publish/update cerita yak wkwkwk. Apalah daya, jadwal sekolah padat bgt gilak. Btw, BHFW masih dalam proses, nanti OND menyusul kalo ch. 11 BHFW kelar yeey XD

Ahh .. entahlah ini bisa disebut ficlet ga? atau oneshoot? oneshoot kali yak wkwk, serah deh. Dari dulu pengen bgt buat cerita ttg hubungan ade-kaka saso-saku. Akhirnya terwujud juga wkwkwk. Btw,ide cerita ini seketika muncul pas aku baru selesai telponan sm doi #ups wkwkwk #abaikan

Ada yg kangen sama saya? XD engga? Oke, bbye. Doain aja proyek yg lg kubuat cepet kelar, okaayyy XD

Sign,

Mitsuo Miharu

20.12.15