POCKY GAME
Cast : Tokugawa Ieyasu, Ishida Mitsunari, Shima Sakon, Chosokabe Motochika, Date Masamune, Katakura Kojuuro
Rating : K+
Genre : Romance, Humor
Disclaimer : all characters belong to CAPCOM
Warning : boy's love, OOC, typos, don't like don't read!
Basara Gakuen, kelas 2-1, jam istirahat…
Shima Sakon berlari ke kelas seniornya sambil membawa kotak makan siangnya. "Mitsunari-senpai! Ayo kita makan siang sama-sama!" serunya sambil merangsek masuk ke kelas.
"Bisakah kau tidak berisik, Sakon?" ucap Ishida Mitsunari dingin sambil membereskan meja belajarnya dan mengeluarkan kotak makan siangnya. Juniornya itu langsung duduk di depannya. "Hari ini aku bawa yakisoba. Kau harus coba, Mitsunari-senpai! Kalau kau suka, aku akan membawakannya untuk makan siangmu besok," katanya.
Suasana di kelas tidak begitu ramai karena hampir semua siswa pergi ke kantin untuk makan siang. Biasanya, Mitsunari akan ikut Tokugawa Ieyasu ke sana. Bekal makan siangnya akan disantap di sana. Berhubung sekarang Sakon sudah lebih dulu menghampirinya ke kelas, dia tidak pergi ke sana dan memilih makan siang di kelas.
"Di mana Ieyasu-san, Mitsunari-senpai?" tanya Sakon sambil mengunyah potongan sosisnya.
"Honda mengajaknya ke kantin. Dia akan kembali kemari membawakan jus jambu untukku," jawab Mitsunari tanpa melihatnya.
"Sou ka…"
Pandangan mata Mitsunari kemudian tertuju pada kotak Pocky berwarna merah cokelat di samping kotak makan Sakon. Dia bertanya, "Itu apa?"
Sakon menoleh pada kotak yang ditunjuk oleh Mitsunari dan berkata, "Oh ya! Aku baru ingat! Pagi tadi teman-teman sekelasku membicarakan Pocky Day! Kita habiskan dulu makan siang kita, nanti akan kuceritakan padamu, Senpai."
Yang paling bersemangat menghabiskan makan siang adalah Sakon. Dia nyaris tidak mengunyah makanannya karena ingin buru-buru menceritakan kepada seniornya soal Pocky Day itu. Mitsunari hanya menggeleng kepala melihat tingkah juniornya ini. Dia tetap makan seperti biasa, tidak peduli apakah yang akan diceritakannya itu penting atau tidak.
"Nah, jadi begini…" setelah Sakon selesai makan dan merapikan kotak makannya, dia mulai membuka kotak Pocky dan merobek bungkus dalamnya. Dia mengeluarkan satu batang pocky dan berkata, "Teman-teman sekelasku sedang heboh soal Pocky Day. Hampir semuanya membawa Pocky ke sekolah untuk dijadikan permainan."
"Permainan apa?" tanya Mitsunari acuh tak acuh. Dia sendiri masih menyelesaikan makan siangnya.
"Pocky Game, Senpai! Masa' kau tidak tahu sih? Nih, aku kasih tahu ya…" Sakon menggigit satu batang pocky di mulutnya dan diarahkan ke Mitsunari. Dia meneruskan, "Kau harus memakan pocky yang kugigit ini sampai habis."
"Hah? Hanya begitu?" tidak menghiraukan penjelasan Sakon, Mitsunari dengan cepat menarik pocky dari mulut juniornya itu dan langsung memakannya.
"Caranya bukan begitu, Senpai!" Sakon tidak menyerah. Dia lalu mengambil batang kedua dan digigit di mulutnya. "Pockynya dimakan saat kugigit seperti ini."
Mitsunari mengerenyitkan alis dan mendengus marah, "Permainan macam apa itu? Jangan tunjukkan padaku permainan aneh-aneh, Sakon."
"Eeeh…ini tidak aneh, Senpai! Justru ini seru sekali! Aku sudah coba dengan 3 orang teman di kelasku. Sekarang, aku ingin mencobanya denganmu, hehehe…"
"Lebih baik aku pergi ke kantin menyusul Ieyasu dan Honda ketimbang menuruti permainan bodohmu ini…"
"Tu—tunggu dulu, Senpai!" cegah Sakon ketika Mitsunari hendak beranjak dari kursinya. "Sebatang pocky saja, OK?"
"Lakukan saja dengan orang lain—"
"Eeeeh…tidak mau! Aku sudah melakukannya dengan teman-teman sekelasku. Sekarang, aku ingin melakukannya denganmu. Sekali ini saja. Ya? Ya? Ayolah, Senpai! Barangkali kau mau melakukannya dengan Ieyasu-san, jadi kucontohkan dulu. Bagaimana?"
"Duh, sebaiknya dia tidak tahu soal ini deh…" gerutu Mitsunari sambil menghela nafas.
"Ah, mungkin kau segan menjadi orang yang memakan pockynya. Baiklah, aku yang akan melakukannya. Kau hanya tinggal duduk manis di tempatmu dan gigit pockynya. Lalu aku akan memakannya, bagaimana?"
"Apa bedanya, hah? Ujung-ujungnya juga bibir kita akan bertemu kan? Tidakkah itu sama dengan kau mencium—"
"Uwaaah, jangan bilang begitu!" Sakon tiba-tiba panik dan langsung menutup mulut seniornya. Giliran dia yang menghela nafas dan berkata, "Aku akan berusaha sebisa mungkin supaya bibir kita tidak ketemu. Pokoknya, kalau sudah hampir dekat, aku akan langsung menarik pockynya keluar."
"Mustahil! Aku tidak mau—"
"Uuukh…kau jahat sekali, Mitsunari-senpai. Aku akan menangis di depan semua orang sampai kau menurutiku. Hueeee~!" dan Sakon berpura-pura menangis di depan seniornya.
"Aaaarrgh…baiklah!" akhirnya Mitsunari mengalah dan memilih menurutinya. Dia lalu menarik keluar sebatang pocky dan digigit di mulutnya. Kedua tangannya dilipat di depan dada dan dia memandang tajam ke arah juniornya. "Satu kali saja. Kalau kau minta lagi, 2 batang pocky akan kumasukkan ke hidungmu."
Sakon melompat karena merasa senang bukan main. Dia memposisikan dirinya di depan Mitsunari dan bersiap-siap. "Baiklah, Mitsunari-senpai. Jangan bergerak ya. Kau boleh menutup matamu jika tidak mau melihat."
"Kau sentuh bibirku, kau akan mati!"
"Iya iya, aku mengerti."
Tanpa disadari, beberapa pasang mata memperhatikan Mitsunari dan Sakon yang sedang bersiap melakukan Pocky Game. Yang paling penasaran adalah teman-teman perempuan Mitsunari. Mereka tahu betul bagaimana sosok siswa berambut perak ini kalau sedang di dalam kelas. Tidak disangka, dia mau menurut diajak bermain oleh juniornya. Sakon tahu kalau mereka sedang diperhatikan. Dia memberi isyarat kepada teman-teman siswi Mitsunari untuk tidak bersuara sekecil apa pun supaya tidak mengacaukan konsentrasinya.
"Ittadakimasu~!" Sakon mulai menggigit ujungnya. Dia sengaja bergerak maju pelan-pelan supaya bisa menikmati sensasi penuh ketegangan ini. Di depannya, Mitsunari menutup matanya dan tidak bergerak sedikit pun. Jantungnya berdegup kencang ketika dia hampir dekat. Dia sempat berhenti karena gugup. Ketika dia hendak melanjutkan, mendadak dia dikejutkan dengan seseorang yang tiba-tiba menutup matanya dengan satu telapak tangan. Dia tidak tahu telapak tangan itu milik siapa, tapi yang pasti cukup besar sehingga dia tidak mendapat celah sedikit pun untuk melihat.
Kejadiannya sangat cepat, bahkan hanya dalam hitungan beberapa detik…
Ieyasu tiba-tiba menutup mata Sakon dan melakukan satu tindakan cepat sebelum juniornya itu menyadarinya. Batang pocky yang digigit Mitsunari patah menjadi 2. Patahan pertama digigit Sakon, dan patahan kedua masih digigit Mitsunari. Selagi Sakon tidak melihat, dia memakan patahan yang digigit Mitsunari seluruhnya hingga dia mencium bibir laki-laki berambut perak itu dengan cepat.
"Sakon—oh!" Mitsunari terkejut setengah mati mengetahui bibirnya dicium. Namun yang membuat jantungnya seperti berhenti seketika adalah sosok Ieyasu yang berada di depannya sambil menutup mata Sakon. Laki-laki berambut hitam itu menyeringai dan berkata, "Terima kasih, Mitsunari…"
Sorot mata Mitsunari lantas berubah menjadi murka ketika mengetahui yang menciumnya adalah Ieyasu. Meski sedang marah, dia tidak bisa menyembunyikan rona merah tipis di pipinya. Dia hendak melayangkan tinju ke wajah Ieyasu, namun laki-laki itu langsung mengelak darinya.
"Ieyasu, kau—" kata Mitsunari geram.
Ieyasu tertawa dan berkata, "Pocky Game, eh? Rupanya aku kalah cepat dari Sakon."
"Sialan kau!"
"Cokelat pockynya membekas di bibirmu, jadi terasa manis. Hehehe…" Ieyasu tidak meneruskan kata-katanya karena Mitsunari keburu mengamuk. Dia berlari keluar dari kelas menghindari amukan laki-laki berambut perak itu.
"Aku tidak akan memaafkanmu, Ieyasu! IEYASUUU!"
Sementara itu, Sakon masih kebingungan karena tidak tahu apa yang telah terjadi. Dia masih duduk di kursinya melihat Mitsunari berlari keluar mengejar Ieyasu sambil marah-marah.
"Eeh? Ada apa…?"
-the end-
2nd story coming up next!
