Konnichiwa minna-san ^^
Эта Улыбкa (That Smile) by Kiki Suzuki
Disclaimer : Axis Powers Hetalia milik Himaruya-sama
Russia – Poetry
((Setiap hari, setiap minggu, setiap bulan, setiap tahun, Ivan selalu memamerkan senyumnya. Meskipun ia sangat ditakuti dan disegani di mata dunia.))
AN : … Kayaknya saya nulis fict cuma untuk diikutkan lomba saja, ya |D habisnya, setelah libur Lebaran saya malah digembleng dengan urusan persekolahan, dan lagi saya juga masih mikir tentang fict untuk lomba lain di RL |D
Warning : AR, sweet!Ivan (dia TIDAK yandere di sini m(_ _)m) sehingga memang OOC, dan puisi yang abal
Setiap hari, setiap minggu, setiap bulan, setiap tahun, Ivan selalu memamerkan senyumnya.
Meskipun ia sangat ditakuti dan disegani di mata dunia.
Saat yang tepat untuk menghirup udara segar di taman. Warna kelabu yang biasa menghiasi langit kini terkalahkan oleh sedikit pendar biru. Tak ada awan segumpal pun, yang ada hanyalah angin dingin menusuk kulit dan uap yang menyembul dari setiap hidung dan mulut. Namun, Ivan sudah biasa—ia sudah kebal terhadap kondisi semacam ini, begitu pula suasana hati yang sedang ia rasakan.
"Selamat pagi, da." Ivan melambaikan tangannya pada Toris yang kebetulan melintas di depannya—memberi salam. Yang disapa langsung menoleh kaget, membalas senyum dengan kaku dan gemetar, kemudian buru-buru kabur sebelum Ivan sempat menghampirinya.
Jelas sekali respon yang diberikan Toris. Namun, Ivan tetap menatap kepergiannya dengan sebuah senyum. Alisnya sedikit terangkat naik, menyadari kenyataan bahwa ingatan buruk seseorang akan terus hinggap dalam pikirannya, tanpa bisa dicegah maupun dihilangkan.
Apakah aku masih seseram itu? Apakah mereka masih menganggap bahwa aku tidak menyenangkan?
Ivan menghela napas sejenak. Sebentuk awan telah muncul di langit, sedikit menghalangi sorot matahari yang berusaha masuk ke dalam bumi. Di sana tampak bayang-bayang diri Ivan, yang memang menyeramkan. Setiap adegan yang membekas di hatinya pun mulai meluncur, berkisah tentang diri Ivan pada dulu kala.
xxx
Semuanya berawal dari hari ulang tahunku yang kelabu.[1]
Di hari yang seharusnya menjadi hari yang paling berkesan seumur hidupku, aku mulai merengkuh bahu kawan-kawan di sekitarku, berusaha menjalin persahabatan semanis madu…
… padahal makna di balik semua itu adalah agar mereka mau bersatu dan membentuk sebuah perkumpulan baru.
Meskipun ada kawan yang tidak mau—sungguh bersyukurlah mereka sibuk mengaku-aku.[2]
Tahun-tahun yang suram pun dimulai; bersama-sama kami menjalankan sebuah ideologi, yang sebenarnya tidak mendapat respon baik, terlalu keras dan bikin sakit hati.
Semua hak dirampas, kaum lemah banyak tertindas, dan yang menyebabkan itu semua adalah aku yang beringas.
Aku mengetahuinya, dari balik sorot mata mereka, tersimpan sebuah ketakutan yang dalam dan nyata.
Mereka ingin lepas dariku, namun justru aku malah ingin menamparnya satu-satu.
Hingga pada suatu waktu, pasukan Ludwig mampu membuat kami luluh[3]. Juga di hari yang kelabu…
… uh, entah kenapa hari-hariku terhiasi awan mendung bergemuruh.
Perhelatan itu membuatku menjadi seorang yang adikuasa. Berkuasa atas segalanya.
Namun ternyata, masih saja ada yang menyaingi—tak dapat kupungkiri, ia juga adikuasa murni.
Kembali aku mengangkat senjata pada seorang pemuda berkacamata[4]. Norak, suka heboh berteriak, namun kekuasannya mutlak tak bisa ditolak—seperti yang sebelumnya telah kutebak.
Tentu saja aku tidak mau kalah, aku masih punya harga diri dan titah. Sebuah titah yang diberikan padaku untuk membangkitkan ideologi dan politikku kembali yang sempat rata dengan tanah.
Justru hal itu malah membuatku semakin terhempas, bukannya bersinar terang bak matahari yang panas. Sungguh memalukan, dari beringas menjadi tak pantas.
Glasnost dan perestroika[5]berusaha didirikan, namun aku harus menelan pahitnya kenyataan.
Persatuan kami hancur; dan kawan-kawan mulai dapat mewujudkan impiannya yang telah bertahun-tahun terkubur.[6]
Aku pun sendirian, mereka tiada kasihan—bangkit dari keterpurukan dengan masing-masing ideologi dan kekuatan.
Meskipun demikian, masih ada yang menatapku kasihan, dua orang kawan. Satunya lemah lembut bak ibu peri, satunya cantik jelita namun sikapnya membuatku terkejut tidak terperi.
Aku masih bersyukur mendapatkan mereka. Bahkan kami sepakat untuk membentuk sebuah keluarga. Damai pun tercipta, hatiku mulai bahagia.
Dan dalam hati aku berjanji, untuk mengubah sikap diri. Biarpun topan dan ombak menanti[7], aku akan tetap memasang layar perahu dengan teguh hati.
xxx
Sedikit rasa sedih tersembul dari benak Ivan. Ingin menangis rasanya bila ia mengingat semua kenangan pahit tersebut. Banyak pihak yang menjadi segan dan takut padanya, hanya gara-gara ia berusaha menciptakan dunianya sendiri. Ia mengelak, caranya saja yang kejam, selebihnya ia memiliki maksud yang baik.
Namun, ia menyadari, kenangan tersebut telah membentuk diri Ivan menjadi dirinya yang sekarang; yang berusaha bangkit dan diterima oleh semuanya, oleh dunia. Tak ada gunanya menyalahkan dan menyesalinya, justru ia harus bersyukur karenanya.
Ya, ia tak boleh mengingkari janjinya sendiri.
Ivan menatap awan tersebut, kembali sambil tersenyum.
+OWARI+
[1] 30 Desember 1922. Uni Soviet berdiri di bawah pimpinan Vladimir Lenin.
[2] Negara Lithuania, Latvia, dan Estonia mengaku bahwa mereka tidak pernah bergabung dengan Uni Soviet. AS dan negara lain sebenarnya juga tidak mengakuinya. Uni Soviet sendiri menganggap negara-negara tersebut sebagai republik konstituten legal dan menjadi penerus negara Baltik modern.
[3] Juni 1942. Tentara Nazi Jerman menyerang Uni Soviet saat PD II.
[4] 1947-1991: Perang Dingin pecah karena perebutan pengaruh ideologi dan politik global yang berkepanjangan melawan AS dan sekutunya dalam Blok Barat.
[5] Glasnost: kebijakan yang meliputi keterbukaan dalam semua bidang di institusi pemerintahan Uni Soviet, termasuk kebebasan informasi.
Perestroika: istilah bahasa Rusia untuk 'reformasi politik dan ekonomi'.
[6] 26 Desember 1991. Uni Soviet bubar.
[7] Saat ini, Rusia yang menjadi pewaris Uni Soviet paling utama di antara negara-negara lainnya yang dulu bergabung, berusaha bangkit dari keterpurukan ekonomi dan berusaha menjadi negara yang adidaya seperti Uni Soviet dulu.
Jreng… genjreng… hamba seorang penyair baru, yang sedang galau, merangkai kalimat syahdu sambil tersedu-sedu…
Tunggu, maaf, saya kok jadi penyair dadakan XD. Mengingat deadline yang mepet bikin saya kalang kabut mikirin fict ini dan lomba IRL. Juga tugas… sudahlah, seharusnya saya ga usah curcol di sini /gebukdirisendiri.
Oke, baru pertama kali ini saya bikin puisi, berima pula XD sebenarnya menurut saya bukan puisi juga, sih, kalimatnya panjang-panjang orz
Meskipun saya lumayan hobi nulis, tapi saya paling lemah di puisi karena kalimatnya yang harus singkat padat dan biasanya maknanya dalam sekali. Kalau tidak singkat padat, kan, namanya prosa. Hehehe. /yangnanyasiapa
Maafkan kalau fakta yang saya tulis tidak begitu akurat dan relevan, maklum saya hanya mengandalkan Tante Wiki saking bingungnya nulis kalimat pertama. Selebihnya, bagi yang niat, bisa dicari sendiri :D
Terima kasih untuk semuanya yang sudah mau membaca puisi abal saya :D dan jangan lupa 'pajak'nya, ya /berasarentenir /ngakak. Anda boleh concrit tentang puisinya, tapi beri masukan juga, yaaa~~
