Disclaimer : kalo seandainya Minato n Shinji kaga koit dan gue bisa main terus sampe dia lulus sekolah, berarti persona 3 punya gue. Tapi nyatanya, persona 3 dan seluruh isinya bukan punya gue, melainkan punya ATLUS. Satu-satunya yang gue punya disini adalah Sakura dan temen-temennya yang akan menyusul.

A/N : eu, udah diupgred nih, dengan perbaikan disana-sini.. enjoy!


Suasana asrama di hari pertama liburan musim panas sangat ramai, karena tidak ada satupun anggota yang punya rencana pergi keluar untuk waktu yang lama. Makanya, hari ini mereka sibuk merencanakan hal-hal konyol yang bakal dilakukan selama liburan. Gelak tawa memenuhi lobby asrama tempat mereka berkumpul.

"Eh, eh, gimana kalu kita bikin lomba baju renang? Pesertanya udah pasti para cewek!" kata si mesum Junpei yang disambut oleh tanda setuju dari para pria dan lemparan sandal dari cewek-cewek.

"Tapi, kalau mau bikin lomba baju renang, bukannya cowok juga harus ikutan?" usul Fuuka, yang meski kalem ternyata agak mesum juga, disambut riuh oleh cewek-cewek.

"Hei, bisa nggak ngasih usul yang wajar?" tanya Akihiko. "Kita kan punya anggota yang di bawah umur," lanjutnya sambil ngelirik Ken.

"Hmm, kita kasih aja Ken tiket ke taman bermain sama Aigis, jadi dia nggak rugi terus kita bisa seneng-seneng!" usul Shinji yang diiringi gelak tawa semua orang kecuali Ken dan Aigis.

"Shinjiro-san, bisa tolong diulangi?" tanya Aigis dengan nada mengancam dalam setiap suku katanya. Meski Shinji seorang berandalan top, tetap saja kemungkinan ia bisa menang lawan android canggih seperti Aigis adalah nol persen. Ancaman Aigis ini membuat Shinji terdiam sementara yang lain tertawa terbahak-bahak.

"Tapi, rasanya ada yang kurang ya?" tanya Yukari tiba-tiba. Memang, rasanya ada yang kurang. Biasanya yang mengancam tidak hanya Aigis, tapi juga Mitsuru, anak yang punya asrama. "Memangnya Mitsuru-senpai kemana?" tanya Yukari lagi.

"Dia lagi ngurus sesuatu. Denger-denger sih ada orang baru yang bakal tinggal sama kita," jawab Akihiko.

"Wah, anak baru? Cewek apa cowok ya?" seru Junpei. "Kalo kata kamu apaan Minato?" tanyanya pada cowok rambut biru yang duduk di lantai.

"Hmm, apa aja juga jadi, asal jangan banci," jawabnya sambil ngelepas earphone yang daritadi nempel dikupingnya. Jawaban yang ngasal ini disambut 'Buu' oleh semua orang.

"Tapi kalo ngga salah, namanya Akira ato siapa gitu," kata Akihiko.

"Ah, kalo gitu, sekalian kita bikin acara liburan, gimana kalo untuk permulaan kita bikin acara penyambutan anak baru?" usul Ken semangat. Usul ini tampak disetujui oleh kedua pihak.

"Wah, bagus tuh!" seru Shinji. "Kadang-kadang otak lo jalan juga ya, chibi!" lanjutnya.

"Oke, jangan buang-buang waktu lagi, ayo kita siapin semuanya!" seru Junpei diikuti sorakan setuju semua orang.


Semuanya sibuk mempersiapkan 'pesta penyambutan'. Lagi-lagi semua usul bodoh dilontarkan oleh para penghuni. Semua yang tidak masuk akal, seakan tingkat kepintaran mereka di bawah rata-rata semua. Selesai mendekor ruangan (dengan selera yang sumpah, jelek pisan!) mereka memutuskan kostum yang harus dipakai. Untuk meramaikan katanya.

"Pastinya semua cewek harus pake kostum seksiii!!" kata Junpei dengan lagak om-om mesum.

"JUNPEI!!" hardik Yukari. Ia tidak pernah suka sikap temannya yang satu ini. Selalu mesum dimanapun dan kapanpun.

"Uups, jangan marah begitu dong Yuka-tan," kata Junpei sembunyi-sembunyi di balik punggung Shinji.

"Yukari-chan, sudahlah," kata Fuuka menengahi. "Bagaimana kalau kita semua pakai kostum hantu?" usulnya.

"Woow, mumii!" seru Junpei tiba-tiba dan pergi ke kamar, meninggalkan teman-temannya. Beberapa menit kemudian ia kembali dengan perban rombeng dan kusut membalut tubuhnya. "Bagaimana? Mumiiii," tanyanya sambil menirukan gaya mumi.

"Daripada mumi, lebih pantas disebut orang bodoh yang ngga ngerti cara pake perban," kata Akihiko.

"Huh, aku tidak mau komentar darimu, senpai!" kata Junpei bersungut-sungut. "Bagaimana dengan kalian? Sudah punya kostum?" tanyanya.

"Sebentar, aku pakai dulu kostumnya," kata Yukari sambil pergi ke atas disusul oleh Ken, Aigis dan Shinji.

"Loh, kalian bertiga ngga pake kostum?" tanya Junpei pada ketiga temannya yang nggak ngapa-ngapain.

"Aku ngga punya kostum hantu," kata Minato. "Di sekolah yang dulu, setiap festival kelasku selalu bikin kafe dan aku selalu jadi pelayan, dengan kostum cewek," katanya lagi lesu.

"Wah? Serius??" kata Junpei dengan gelagat aneh. Melihat Junpei, radar 'anti-homo' Minato ngasih alarm tanda bahaya. Buru-buru dia ngumpet di balik Akihiko. Sadar ngga ada kesempatan buat ngejailin dia, Junpei mengubah topik pembicaraan.

"Kalo senpai dan Fuuka-chan?" tanya Junpei lagi.

"Gue ngga pernah jadi setan dan jarang ikut festival," kata Aki.

"Aku juga, biasanya cuma jaga stand," kata Fuuka.

Junpei hanya bisa manggut-manggut kaya yang ngerti. Maklum, dia kan bego (maap Junpei!).

"Hei kalian!" seru Yukari dengan kostum yuki-onna lengkap dengan boneka voodoo. Di belakangnya ada Ken dengan kostum Jack Frost (buat yang ngga tau, Jack Frost itu sejenis manusia salju yang imuut banget), Shinji dengan kostum drakula dan Aigis dengan kostum suster. Mereka tampak bangga dengan apa yang mereka kenakan.

"Gimana?" tanya Yukari sambil muter-muter layaknya Usagi Tsukino kalo mau berubah.

"Lumayan, tapi Shinji," kata Akihiko dengan takjub memandang sahabatnya itu dari atas sampe bawah. "Darimana dapet yang kayak begituan?"

"Lo ga perlu tau," kata Shinji ketus. 'Kalo semua tau gue punya hobi tersembunyi suka cosplay, mampus gue,' batinnya.

Tiba-tiba ada bunyi derit pintu yang membuka, membuat semua orang menengok ke arah suara. Dari sana, muncul Mitsuru.


"Senpai!" seru Yukari menghampirinya yang diikuti oleh semua orang.

"Selamat malam, kenapa ramai sekali?" tanya Mitsuru heran melihat lobby yang sudah didekor ulang. Tapi, entah kenapa, rasanya ada yang aneh dengan ruangan ini. Rak buku ditutup oleh seprai putih dengan gambar mata hitam. Renda-renda pink membalut tivi, meja-meja yang ditutup seprai hitam dengan motif labu dan, hantu-hantu.

"Begini, untuk memulai liburan, kami memutuskan untuk menggelar pesta penyambutan anak baru," jelas Junpei. "Yah, walo dia laki-laki," lanjutnya kecewa.

"Laki-laki?" tanya Mitsuru bingung.

"Namanya Akira kan?" Minato balik nanya.

"Akira?" Mitsuru tambah bingung.

"Senpai, ini ditaro dimana?" potong seseorang dari depan pintu. Suaranya bukan suara berat laki-laki ala Akihiko atau suara cempreng ala Junpei.

"Eh, kok suaranya?" kata Ken, bingung.

Lalu, seakan menjawab pertanyaan Ken, sumber suara itu masuk. Rambutnya yang hitam dan panjang diikat dengan rapi menunjukkan lehernya yang jenjang dan putih. Matanya santai dan bersahabat, dengan earphone menggantung di lehernya. Tubuhnya yang ideal dan ramping dengan bahu agak bidang mengangkat kopernya yang besar dengan enteng. Melihat dirinya disambut dengan sedemikian rupa, dia hanya tersenyum.

"Eh, PEREMPUAN?" seru Junpei yang kaget, sekaligus senang.

"Perkenalkan, teman baru kalian mulai hari ini. Sakura," kata Mitsuru dan anggukan singkat dari anak baru itu.

"Sakura? Bukannya Akira," kata Fuuka bingung.

"Siapa yang bilang dia Akira?" tanya Mitsuru.

"Tadi Akihiko-senpai," tuduh Junpei. Mendengar namanya disebut, Aki yang tadi nggak ikut menghampiri Mitsuru bangkit dan berjalan ke arah mereka.

"Aku cuma bilang, kalo ngga salah namanya Akira," bantahnya. "Kan kalo ngga salah," lanjutnya membela diri. Namun, begitu ia melihat sosok si anak baru, dia kaget sampe matanya mau copot.

"Lo!!" serunya setengah teriak pada si anak baru.

Sakura yang lagi nurunin kopernya, ngerasa pernah ngedenger suara itu. Begitu dia ngangkat kepalanya, dia sama kagetnya dengan Aki. Badannya langsung tegak dan sorot matanya jadi berbahaya. Mereka berdua saling ngasih tatapan sangar. Tanpa sadar, Akihiko udah dalam posisi siap tempur.

"Ada apa ini?" seru Junpei panik. Bukan cuma Junpei, semua orang yang ada juga panik. Jarang-jarang Akihiko ngomong dengan nada tinggi, apalagi setengah teriak kaya gini.

"Lo! Cewek sialan yang waktu itu!" geram Aki. Nggak terima, Sakura langsung balik ngata-ngatain Aki. Selama setengah jam, mereka terus adu mulut ngehina satu sama lain, nggak ada yang berani ngelerai mereka berdua.

PLAK PLAK GEDIBRAK BRAK GROMPYANG PRANG BROSOTT BROSOOOTTT!! (lebai)

Pukulan telak harisen di kepala Aki dan Saku, sehingga dua orang siap tempur ini jatuh, baru bisa ngebuat mereka berhenti adu mulut. Yang mukul? Cuma ada satu orang pastinya, Mitsuru.

"Tolong berhenti Akihiko, dan kau juga Sakura-san," kata Mitsuru tegas pada dua orang di depannya yang terduduk sambil memegangi kepala mereka. Aki yang nggak terima langsung mencak-mencak.

"Kenapa gue yang dipukul? Harusnya dia aja," kalimatnya terpotong begitu ngeliat Mitsuru ngeluarin aura jahat. Meski juara tinju nasional, tetep aja pengalaman pait waktu dia bikin marah Mitsuru ngebuat dia mikir-mikir buat nerusin kalimatnya. "Cih!" gerutunya.

Sakura meringis, bangkit dan menarik kopernya. Dalam hati, dia juga ngga terima. Yang mulai siapa coba, batinnya. "Senpai, dimana kamarku?" tanyanya tanpa basa-basi sambil terus memegangi kepala dan melihat ke arah Mitsuru.

"Suruh aja tidur di luar!" seru Aki yang disambut dengan dua pukulan dari Mitsuru.

"Akihiko, sekali lagi, kamu yang tidur di luar," ancam Mitsuru. "Yukari, antar dia ke kamarnya!" perintah Mitsuru. Yukari yang dari tadi diem aja, langsung ngangguk dan nunjukin arah ke kamar Sakura.

"Lewat sini, Sakura-san," katanya. Sakura mengikuti dalam diam, menyesali kepindahannya ke kota ini.

Setelah langkah mereka tidak terdengar, suasana jadi agak tenang. Akihiko masih ngamuk, tapi nggak terlalu over kayak tadi.

"Aki, lo kenapa?" tanya Shinji. Baru kali ini dia ngeliat temennya ribut-ribut kaya gini.

"Senpai pernah ketemu sama Sakura-san?" tanya Minato yang dijawab anggukan singkat Aki.

"Tolong jelaskan apa yang terjadi, Akihiko, demi keselamatanmu sendiri," kata Mitsuru. Akihiko yang nggak punya alasan buat ngelak dari permintaan Mitsuru, dengan enggan ngejelasin semuanya.


-Flashback-

Dua hari sebelumnya, Iwatodai Strip Mall,

Sekitar jam delapan malem, Akihiko baru pulang dari latihan. Badannya pegel-pegel dari atas sampe bawah. Sejak sembuh dari keseleo gara-gara dijadiin kuda sama penghuni asrama gara-gara kalah main uno, pelatih ngasih dia porsi latihan yang keterlaluan. Bending seratus kali, push up seratus kali, lari tiga puluh keliling, dll. Kalo diurut di kertas dan di pajang, panjangnya bakal setinggi pintu. Biasanya dia bakal makan ato main dulu sebelum pulang ke asrama. Tapi kondisinya yang udah cape banget, bikin dia mikir buat langsung balik dan tidur.

Baru setengah jalan pulang, tepatnya di depan toko buku Bookworm, dia ngeliat kerumunan preman yang ribut-ribut ngga jelas. Di tengah kerumunan itu, ada cewek.

"Neng, mau kemana malem-malem begini sendirian?" goda salah seorang preman itu.

"Iya nih, temenin kita dong," kata yang lain disambut gelak tawa. Meski digoda gimana juga, cewek yang ga terlalu keliatan mukanya itu tetep tenang. Akihiko yang gerah ngeliat tingkah laku mereka, memutuskan untuk ngasi mereka sedikit pelajaran. Tapi belum juga dia sampe, seorang preman udah terpental dari kerumunan, tersungkur di deket dia.

"Anjir ni cewek! Main-main!" seru seorang preman. Tapi, belum sempet preman itu nutup mulutnya, dia udah kena tonjokan telak di dagu. Ngeliat dua orang temennya dihajar, preman lain rame-rame berusaha mukul si cewek. Meski kalah jumlah, cewek itu tetep menang. Dengan sigap dan cepat, dia menghajar semua preman. Akihiko yang niat nolong malah ngga dapet bagian.

Meski udah dihajar abis, ada satu preman yang masih sanggup berdiri dan nyerang dari belakang pake tongkat besi. Insting Aki buat nolong jalan dan dia langsung ngedorong si cewek. Hasilnya, dia yang kena sambit tongkat besi. Untung, dengan semua skillnya sebagai petinju, dia sempet nahan pake tangannya meski tetep aja tersungkur.

"Aw!" seru Aki, menabrak tembok sebagai akibat tumbukan tangan sama besi. Kepalanya ikut kejeduk tembok. Belum sempet dia sadar dari efek samping kepentok tembok, dia denger suara orang dihajar. Waktu ngebuka mata, semua preman udah KO. Di tengah-tengah preman nista itu, si cewek masih berdiri tegak. Sekarang Akihiko bisa ngeliat mukanya dengan jelas.

Hal pertama yang ada di otak dia, cantik. Dengan rambut hitam sepinggang yang memantulkan sinar bulan dengan sempurna, kulit putih pucat (untung punggungnya ngga bolong) dan proporsi tubuh yang ideal. Tangan dan kakinya tidak terlalu berotot seperti layaknya atlet bela diri, namun bahunya yang tegak dan sorot matanya yang tajam serta kuda-kudanya yang mantap mewakili semua postur yang dimiliki seorang ahli. Aki takjub. Baru sekarang dia liat atlet yang ngga kaya atlet.

Sadar diliatin, cewek itu menghampiri Aki. Tapi, bukannya ngebantuin berdiri ato ngucapin makasih, si cewek itu malah dengan sombongnya ngasih pernyataan yang kurang ajar.

"Gue ngga akan bilang makasih, karena tanpa ditolong juga gue mampu," katanya sambil ngeloyor pergi ninggalin Aki yang masih bengong bingung.

-End of Flashback-


"Jadi wajar kalo gue kesel setengah mati ama tu makhluk!" seru Aki yang tensinya naik lagi. Semua cuma bisa manggut-manggut setuju. Udah ditolongin ngga bilang makasih ato apalah, malah rese gitu, siapa juga yang ngga kesel?

"Aku mengerti. Kita bicarakan semua ini besok pagi, bagaimana?" tanya Mitsuru yang dijawab oleh anggukan singkat semua, kecuali Aki. "Bagus, sekarang semuanya kembali ke kamar masing-masing,".

Pagi ini cerah, sebetulnya. Tapi kehadiran anak baru yang terus bikin tensi Aki naik membuat pagi ini kelabu. Begitu mereka ketemu, bawaannya langsung ribut-ribut. Yang ribut Aki sih, tapi cara Sakura nanggepin dengan dingin, cenderung ngga peduli, bikin Aki makin jadi.

"Heh! Lo ngga jantan!" seru Aki yang udah putus asa. Semua yang ada di lobby langsung ngeliat mereka, bingung. Sakura -dengan earphone setia nempel di kuping- yang lagi asik makan pancake dengan sirop jeruk dan potongan stroberi di atasnya (gulp) langsung berenti makan dan ngeliat orang yang dari tadi ribut kaya cewek mau dapet. Rasa-rasanya, dia ngedenger sesuatu yang salah.

"Gue, ngga jantan?" ulangnya bingung. Aki yang sadar ada kesalahan fatal di kalimatnya, langsung ber ah-uh-eng. Sementara Shinji langsung ngakak super kenceng (sekenceng tetangga gue kalo ada yang mau ngelahirin dan teriak dengan lantang, "BAYINYA KELUAAR!! KELUAR BAYINYA KELUARRRR!!" padahal yang hamil cuman kencing di celana sambil berak)

"BUAHAHAHAHAHAHA, BEGO LU!!" katanya sambil guling-guling di karpet. Yang lainnya juga termasuk Mitsuru, sebenernya ketawa, cuma ngumpet-ngumpet. Males banget kalo selama liburan dijadiin sasaran tinju.

Malu, Aki –dengan muka yang udah kaya kepiting goreng- langsung nendang Shinji dan keluar dari asrama. Setelah keluar dengan sukses sambil ngebanting pintu, giliran Junpei yang ngakak sampe guling-guling.

"Salut buat Sakura-chan karena berhasil membuat Aki salah tingkah!" seru Shinji –masih telentang megap-megap- dan ngacungin dua jempolnya.

"Hebat Sakura!" lanjut Junpei.

"Sakura-san, ada sedikit komentar mungkin?" tanya Fuuka dengan gaya layaknya reporter berita yang lagi nanyain komentar masyarakat tentang naiknya harga elpiji. Sakura yang ngga ngedengerin apa-apa sejak Aki keluar, cuma bisa ngeliat Fuuka dengan pandangan yang artinya kurang lebih, 'Hah? Apaan nih? Lo mau ngasih gue lebih banyak pancake?'. Kira-kira begitu.


A/N : wiiiishh, fic megaten yang pertama! Setelah memainkan gamenya untuk kedua kali, baru dah kepikiran. Maaf bagi fans Aki yang ngga puas, tolong kasi saran dan ide biar semua puas. Ripiunya ditunggu dengan sepenuh hati!