"Jeongmal Mianhaeyo, Umma"
Chapter 1

.

All the cast are not mine. They're belong to God, their parents, and them self.
.
Pairing : KyuHyuk~
.

Rated T (maybe)
.

Genre : Family, Angst.
.

Warning! OOC, gaje, MPREG, yaoi,judul sama cerita nggak nyambung, typo(s), serba kurang._.
.
Summary
: "Umma kenapa, Appa?" / "Ne! Tentu saja Minnie senang." / "Bukannya namja itu tidak bisa membuatkan adik untuk kita? Bukannya yang bisa itu yeoja?" / "Minnie senang tidak, kalau nanti Minnie punya adik?" / "Tapi kan, Umma dan Appa harus menjemput Minnie!" /

.

.

HAPPY READING~ :3

.

.

"Umma~" Sebuah panggilan manja memaksa namja berambut pirang itu membuka mata. "Umma~" Panggilan manja itu kembali terdengar, saat yang dibangunkan tidak merespon. Sungguh, panggilan itu benar-benar memaksanya untuk membuka mata. Dilihatnya anak berambut hitam yang sedang berdiri di samping tempat tidurnya. Ia tampak sedang mempoutkan bibirnya.

Namja berambut pirang yang masih berbaring itu tersenyum lembut. "Ne, Minnie… Umma sudah bangun," balas Hyukjae –namja itu. Sebelah tangannya membelai rambut hitam anaknya. Sedangkan Sungmin, anak itu, masih setia dengan bibirnya yang dipoutkan.

"Umma bangunnya lama," protes Sungmin. Hyukjae menghela nafas, lalu memaksakan diri untuk duduk. Disunggingkannya senyuman di bibir merahnya. Ia mengangkat anaknya, lalu mendudukkannya di pangkuannya.

"Mian, ne? Tadi malam, Umma tidak bisa tidur," ucap Hyukjae. Pout di bibir Sungmin tampak menghilang, digantikan dengan senyuman lebarnya. Ia menganggukkan kepalanya. "Nah, sekarang… dimana appamu, eum?"

Pertanyaan dari ummanya itu sukses membuat Sungmin mempoutkan bibirnya lagi. "Appa ada di dapur, Umma!" adunya. Ia makin mempoutkan bibirnya.

Pernyataan dari Sungmin sukses membuat Hyukjae mengerutkan dahinya. "Appa di dapur?" tanya Hyukjae berusaha meyakinkan. Sungmin menganggukkan kepalanya dengan kesal. "Sedang apa appa di dapur?"

Sungmin mendengus kesal. "Appa terus berusaha untuk memasak, Umma! Makanya Minnie membangunkan Umma," adunya lagi. Sungmin turun dari pangkuan ummanya. Ia menarik salah satu lengan ibunya. "Ayo, Umma~ Umma harus cepat ke dapur, sebelum appa membakar dapur," rengeknya.

Hyukjae menghela nafas. Ia turun dari tempat tidurnya. "Baiklah. Umma akan segera memasakkan makanan untukmu dan appa. Nah, sekarang, Minnie mandi dulu, ne?"

Sungmin menganggukkan kepalanya. "Ne, Umma!" jawabnya, lalu berlari keluar dari kamar ibunya.

Hyukjae menghela nafas panjang, untuk kesekian kalinya. Aih… Rupanya, ia harus cepat-cepat bangun, dan menghilangkan rasa kantuknya!

Ia berjalan menuju kamar mandi, lalu membasuh wajah manisnya. Setelah itu, ia segera berjalan menuju dapur, yang terletak di lantai bawah. Bisa diciumnya bau hangus dari arah dapur.

"Aigo, Kyu~ Sedang apa kau di dapur, heum?" pekiknya saat melihat seorang namja yang sedang berdiri di depan kompor. Namja yang dipanggil itu menoleh. Ia memasang muka masamnya.

"Aku sedang memasakkan sarapan untukmu dan Minnie, chagi," jawabnya. Wajahnya menunjukkan kalau ia sedang kesal. Hyukjae berjalan mendekati suaminya itu.

"Kau kan, bisa membangunkanku. Kenapa kau memaksakan diri untuk memasak?" balas Hyukjae. Ia menatap telur yang ada di atas wajan. "Aigo~ Ini yang kau sebut makanan, eum? Pantas saja Sungmin tadi memaksaku untuk segera bangun!" gerutunya.

Dengan segera, ia memakai celemek krem yang digantung tak jauh dari situ. Ia mematikan kompor, lalu membuang telur yang baru saja dimasak oleh suaminya. "Ah, mianhaeyo. Habisnya, kau terlihat sangat capek. Jadi, aku tidak membangunkanmu," balas Kyuhyun.

Ia menatap sosok 'istri'nya yang tampak sibuk memasak. "Lagipula, tadi malam kau tampak tak enak badan, kan? Jadi kupikir, tak apa kalau sekali-kali aku yang memasak."

Hyukjae menghentikan aktivitasnya. Ia menoleh ke arah suaminya yang kini duduk di meja makan. "Gomawo, Kyu, karena sudah memikirkanku," ucapnya. Ia menyunggingkan senyuman manisnya. "Tapi aku tidak keberatan kalau kau membangunkanku. Lagipula, bukankah sudah merupakan kewajibanku untuk melakukan ini semua?"

Kyuhyun menatap istrinya, lalu mendesah. "Mianhaeyo, chagi…"

Hyukjae menganggukkan kepalanya. "Ne, tidak apa. Lain kali kau bisa—" Perkataannya terpotong saat ia merasakan ada yang begejolak di dalam perutnya. Dengan segera, ia berlari ke arah kamar mandi.

Kyuhyun yang sejak tadi menatap 'istri'nya, langsung terkejut melihatnya berlari ke kamar mandi. Kyuhyun berlari ke arah istrinya. "Chagi, waeyo?" tanyanya dari luar kamar mandi. Bisa didengarnya, Hyukjae sedang memuntahkan isi perutnya.

"Hyukkie chagi?" panggilnya. Ia mengetuk-ngetuk pintu kamar mandi. "Aku masuk, ya?" Pertanyaan itu masih tetap tak dijawab. Hyukjae masih sibuk memuntahkan isi perutnya. Tanpa menunggu jawaban dari Hyukjae, Kyuhyun langsung membuka pintu kamar mandi.

Bisa ia lihat Hyukjae sedang berusaha memuntahkan isi perutnya. Tapi nihil. Yang keluar bukanlah isi perutnya. Ya, tentu saja. Bukankah ia belum makan sedari tadi?

Kyuhyun memijit-mijit tengkuk Hyukjae. "Gwaenchanayo?" tanya Kyuhyun. Kedua tangan Hyukjae memegang pinggiran wastafel tempatnya –berusaha—memuntahkan isi perutnya.

Ia menatap Kyuhyun dengan tatapan sayu. "Gwaenchana, Kyu," jawabnya agak lemas. Ia menghela nafas. "Aih… Lagi-lagi seperti ini," desahnya. "HOEK!" Ia kembali berusaha memuntahkan isi perutnya.

"Umma~ Appa~!" Panggilan itu membuat Kyuhyun menoleh, tapi tidak dengan Hyukjae.

"Ne, Chagi? Waeyo?" balas Kyuhyun berteriak.

"Appa dan Umma dimana?" tanya Sungmin, berteriak seperti ayahnya.

Kyuhyun menghela nafas, lalu memijit tengkuk Hyukjae lagi. "Di kamar mandi, Sayang!" jawab Hyukjae, berusaha berteriak.

Mereka berdua bisa mendengar suara derap kaki kecil dari anak mereka. "Umma, Appa… Aku sudah lapar. Ayo makan~!" rengek Sungmin sambil melongokkan kepalanya ke dalam kamar mandi. Ia bisa melihat, Kyuhyun yang sedang memijit tengkuk Hyukjae. "Umma kenapa?"

Hyukjae menoleh, berusaha menahan sesuatu yang bergejolak di perutnya. "Umma tidak apa-apa, Chagi…" jawabnya sambil menyunggingkan senyum paksa. "Sebentar, ne? Umma buatkan sarapan dulu."

Kemudian, ia berjalan keluar dapur dengan langkah terseok-seok. Di belakangnya, Kyuhyun mengikuti dengan pandangan khawatir. "Chagi… Kita pesan makanan saja, ya?" tanyanya pada Sungmin yang masih berdiri memperhatikan ummanya. Sungmin mengerutkan dahi.

"Shireo! Aku mau makan masakan umma!"

Kyuhyun menghela nafas. Beginilah Lee Sungmin. Ia merendahkan tubuhnya, menyamakan dengan tinggi badan anaknya. "Tapi umma sedang sakit, Minnie… Masa iya, Minnie tega melihat umma sakit?"

Wajah Sungmin tampak ragu. Antara ingin memakan masakan ummanya, dan tidak ingin melihat ummanya sakit. Tapi kemudian, ia menggeleng. "Aku tetap mau makan masakan umma!" ucapnya gigih.

Kyuhyun hanya bisa menghela nafas mendengar perkataan Sungmin. Ternyata percuma saja merayu anak satu-satunya ini. "Arraseo. Tapi kalau umma sakit, kau harus ikut merawat umma, arra?"

Sungmin menganggukkan kepalanya dengan semangat. "Ne! Sungmin akan ikut merawat umma!" ucapnya semangat. Kyuhyun tersenyum.

"Nah… sekarang, kajja kita ban—"

BRUK! Suara debaman keras terdengar dari arah dapur. Membuat perkataan Kyuhyun terpotong. Dengan segera, Kyuhyun berlari ke arah dapur. Dan benar saja apa yang ditakutkannya.

Ia melihat Hyukjae yang jatuh di lantai dapur.

Dengan segera, ia berlari menuju Hyukjae. Kyuhyun mengangkat tubuh ringannya. "Umma kenapa, Appa?" Pertanyaan dari Sungmin membuat Kyuhyun menoleh. Dipaksakannya seulas senyum, agar tak membuat anaknya yang sudah hampir menangis itu tidak khawatir.

"Umma tidak apa-apa, Chagi. Umma hanya kelelahan. Appa mau membawa umma ke rumah sakit. Kau mau ikut?" Sungmin segera menganggukkan kepalanya, kemudian berjalan keluar rumah, mengikuti appanya.

.

.

"Bagaimana keadaannya?" tanya Kyuhyun sambil memandang ke arah dokter yang duduk di hadapannya dengan khawatir. Dokter itu menghela nafas, kemudian menyunggingkan senyuman.

"Selamat Tuan Cho… Istri anda sedang hamil. Maka dari itu, keadaannya sedikit melemah."

Kyuhyun menatap dokter di hadapannya dengan tidak percaya. "Jadi—"

"Ne. Chukkae, Tuan Cho…"

.

.

"Appa… Umma kenapa?" tanya Sungmin sambil menarik-narik ujung baju Kyuhyun. Kyuhyun tersenyum mendengar pertanyaan Sungmin.

"Umma tidak apa-apa, Chagi. Umma hanya kelelahan," jawabnya. Kemudian, ia mengacak-acak rambut anaknya. "Minnie senang tidak, kalau nanti Minnie punya adik?"

Sungmin menganggukkan kepalanya, sambil memasang wajah polos. "Ne! Tentu saja Minnie senang," jawabnya. "Kenapa, Appa? Appa mau memberiku adik, ya?"

Kyuhyun menganggukkan kepalanya. Senyuman lebar terpampang di wajahnya. "Ne! Umma dan appa akan segera memberikan Minnie seorang adik. Tapi dengan satu syarat."

"Apa itu, Appa?" tanya Sungmin sambil mengerutkan dahinya.

"Minnie harus menjaga umma terus, arraseo?"

Dengan semangat, Sungmin menganggukkan kepalanya. "Arraseo, Appa!"

"Nah, sekarang… Kita melihat umma, ya?"

.

.

"Minnie mau punya adik baru, loh~!" ucap Sungmin di hadapan teman-temannya. Raut wajahnya menunjukkan kalau dia bangga. Memamerkan di depan seluruh teman-temannya.

"Minnie mau punya adik? Jinjja?" tanya namja kecil bernama Changmin yang berada di depannya. Sungmin mengangguk-anggukkan kepalanya. "Wah~ Beruntung sekali! Aku selalu minta adik kepada umma dan appa, tapi mereka tidak mau!"

Sungmin terkekeh. "Hehehe… Umma dan appaku kan, memang baik!" pamernya lagi.

Salah seorang dari namja-namja kecil yang sedang berkumpul itu tampak terdiam sambil memandangi Sungmin dengan bingung. "Bukannya ummanya Minnie itu namja?" tanyanya polos, membuat semua yang ada di situ menoleh.

Sungmin menganggukkan kepalanya. "Eung! Memangnya kenapa?"

Namja kecil itu –Ren—menatap Sungmin dengan polos. "Bukannya namja itu tidak bisa membuatkan adik untuk kita? Bukannya yang bisa itu yeoja?"

Dan seketika itu, Sungmin berdiri mematung.

.

.

"Minnie… Waeyo? Sedari tadi kau diam terus. Ada masalah? Atau… makan malamnya tidak enak, ya?"

Sungmin menatap ummanya. "Aniyo, Umma. Makan malamnya enak." Ia menyuapkan sesendok makanan ke dalam mulutnya. Kemudian, ia menatap ragu ke arah ummanya. "Umma…"

Hyukjae menoleh. Tak lupa, senyuman tersungging di bibirnya. "Ne, Chagi?"

Sungmin terdiam sejenak, kemudian kembali menatap ummanya ragu. Ia sama sekali tidak menghiraukan appanya yang sedang menatapnya. "Kata Ren, namja itu tidak seharusnya memberikan kita adik. Apa itu benar, Umma?"

Hyukjae langsung membeku seketika. Ia menoleh ke arah Kyuhyun yang duduk di seberangnya. Menatapnya, meminta pertolongan. Ia takut dengan pertanyaan ini sejak dulu. Ia takut suatu hari, anaknya akan menanyainya masalah ini…

Terdengar suara Kyuhyun menghela nafas. Membuat Hyukjae dan Sungmin menoleh ke arahnya. "Kau tau, Minnie… Ummamu itu namja yang sangat spesial," jawabnya. Ia menatap Hyukjae yang juga sedang menatapnya. Tak lupa, Kyuhyun juga menyunggingkan senyuman terbaiknya.

"Ummamu itu sangat spesial, dibandingkan namja-namja lain. Maka dari itu, umma bisa memberikanmu adik," ujarnya lagi. "Lagi pula, Sungminnie juga suka kan, kalau umma memberimu adik?" Sungmin menganggukkan kepalanya. "Nah… Kalau begitu, jangan pernah menanyakan hal seperti itu lagi, arraseo?"

Sungmin menganggukkan kepalanya. "Arraseo, Appa!"

.

.

"Selamat malam, Chagi… Mimpi indah, ne?"

Hyukjae mengecup dahi anaknya, lalu berjalan keluar dari kamar itu dengan perlahan. Kemudian, ia berjalan menuju kamarnya, yang terletak tak jauh dari kamar anaknya.

Ia membuka pintu kamarnya. Senyum tersungging di bibirnya, saat ia melihat Kyuhyun yang sedang memainkan PSP hitam di tangannya. "Kyu…" panggilnya, sambil berjalan ke arah tempat tidur.

"Eung?" dengung Kyuhyun sebagai jawaban. Hyukjae tersenyum melihat tingkah suaminya yang tidak pernah berubah, kalau sudah berhadapan dengan PSP itu.

"Kau tidak tidur?"

Kyuhyun meletakkan PSPnya di sebelah bantalnya, lalu menggeleng. Ia menatap Hyukjae yang kini sedang menyamankan posisi bantalnya. "Ani… Aku sengaja menunggumu." Hyukjae tersenyum mendengar jawabannya.

"Gomawo, Kyu…" Kyuhyun menganggukkan kepalanya.

Hyukjae menghela nafas panjang, lalu membaringkan badannya di sebelah Kyuhyun. "Kyu…" panggilnya setelah terdiam beberapa lama.

"Ne?"

"Aku masih memikirkan pertanyaan Sungmin tadi." Tubuh Kyuhyun langsung menegang saat mendengar penuturan Hyukjae. Ia memiringkan tubuhnya, menjadi menatap Hyukjae.

"Waeyo? Kau tidak usah memikirkannya. Sungmin juga sudah tidak bermaksud untuk memikirkannya, kan?" balas Kyuhyun lembut. Hyukjae ikut memiringkan tubuhnya, menghadap Kyuhyun.

"Tapi aku takut, Kyu…"

Kyuhyun mengusap rambut Hyukjae dengan lembut. "Takut kenapa, eum? Tak ada yang perlu kau takutkan, Chagi," ucapnya. "Sungmin sangat menginginkan adik. Ia tak akan menanyakan hal itu lagi. Lagipula, Sungmin sudah berjanji kepadaku akan menjagamu."

Hyukjae memaksakan seulas senyum. "Aku takut, Kyu… Aku takut Sungmin malu mempunyai umma sepertiku." Senyuman mulai luntur dari bibirnya. Digantikan dengan mata yang berkaca-kaca. "Aku takut… Sungmin tak mau mempunyai umma sepertiku."

Ia menggigit bibirnya, berusaha menahan tangisnya. Tapi ia tak bisa. Tak bisa saat Kyuhyun menyandarkan kepala Hyukjae di dadanya. Tangisnya mulai pecah. "Sudahlah, Chagi… Sungmin tidak akan seperti itu. Dia anak baik-baik. Kau tau, kan?" ucap Kyuhyun, berusaha menghibur 'istri'nya. Tak lupa, Kyuhyun mengusap-usap punggungnya.

"Aku tau, Kyu… Aku tau," isak Hyukjae. "Tapi Sungminnie masih kecil. Saat dia sudah remaja nanti, dia pasti akan merasakan kejanggalan, Kyu…"

Hyukjae terus terisak. Membuat hati dari suaminya tercabik-cabik. Sungguh, Kyuhyun sama sekali tidak pernah bisa melihat Hyukjae mengeluarkan air matanya.

"Sudahlah, Chagi. Percayalah padaku. Dia akan terus menyayangimu sebagai ummanya," hibur Kyuhyun. Hyukjae sama sekali tidak mengindahkan hiburan dari suaminya. Ia tetap terisak di dada suaminya. Membuat basah baju suaminya.

"Hyukkie... Lebih baik, kau tidur sekarang. Jangan pikirkan apapun, arraseo?"

.

.

*SKIP TIME*

"Sungmin… Sebentar lagi, adikmu lahir, ya?"

Pertanyaan dari Changmin membuat Sungmin menghentikan kegiatannya. Ia menoleh ke arah sahabatnya. Senyuman manis terpampang di wajahnya. Ia menganggukkan kepalanya dengan semangat. "Ne!"

Ren yang sedari tadi mendengarkan pembicaraan dari kedua sahabatnya itu langsung bergabung. "Eh? Sebentar lagi Hyukkie ahjumma mau melahirkan, ya?"

Sungmin kembali menganggukkan kepalanya dengan semangat. "Ne!"

"Nanti Minnie harus bersabar, dong?"

Pernyataan –atau pertanyaan?—dari namja cantik berambut pirang itu membuat Sungmin menautkan dahinya. "Maksud Ren?"

Ren mempoutkan bibirnya. "Aku tau kalau kita punya adik, umma dan appa pasti akan lebih memperhatikan adik kita. Maka dari itu, aku tidak pernah setuju kalau Umma menawariku adik."

Penjelasan dari Ren membuat Sungmin kembali mengerutkan dahinya. "Benarkah?"

Ren menganggukkan kepalanya. "Eum! Umma dan appa pasti jadi jarang memperhatikan kita!"

Sungmin terdiam mendengar perkataan dari Ren. Apa benar akan seperti itu? "Apa Minnie tidak pernah merasa? Hyukkie ahjumma dan Kyu ahjussi lebih memperhatikan perut Hyukkie ahjumma kan, daripada Minnie?"

Sungmin terdiam. Ia ragu. Memang sih, terkadang seperti itu. "Eum… Umma dan appa kadang seperti itu. Tapi, umma tetap membuatkanku dan appa makanan, kok…"

"Tentu saja Hyukkie ahjumma tetap membuatkan Minnie dan Kyu ahjussi sarapan. Tapi apa Minnie tidak menyadari? Hyukkie ahjumma mempunyai sedikit waktu untuk Minnie, kan?"

Sungmin tampak semakin ragu dengan perkataan Ren. " Tapi… Apa benar seperti itu?" Ren menganggukkan kepalanya.

"Eung! Tentu saja! Kakak sepupuku berkata seperti itu!"

Sungguh, Sungmin anak yang terlalu polos, untuk mempercayai hal seperti itu…

.

.

"Aku pulang!" teriak Sungmin saat ia sudah memasuki rumahnya. Dahinya mengerut saat ia tidak mendengar suara dari umma ataupun appanya. "Aku pulang!" teriaknya lagi. Masih tidak ada jawaban.

Sungmin mengerut kesal. Ia menghentak-hentakkan langkahnya, berjalan memasuki kamar tidurnya.

BRAK!

Dibantingnya tas punggung yang sedari tadi dipakainya. Ia membanting tubuhnya ke atas tempat tidur pinknya. Ia menghela nafas, saat mengingat perkataan dari Ren, sahabatnya. Sungguh, perkataan dari Ren sangat meracuni pikirannya.

"Minnie… Kau sudah pulang, Chagi?" Suara dari ummanya membuat Sungmin menoleh ke arah pintu. Dilihatnya Hyukjae yang sedang melongokkan kepalanya ke arah kamar tidurnya.

Sungmin mendudukkan tubuhnya di atas tempat tidur. "Ne! Kenapa Umma tidak menjemputku di sekolah tadi? Minnie jadi terpaksa numpang di mobil Changminnie, deh!" gerutu Sungmin.

Hyukjae menghela nafas, lalu masuk ke dalam kamar anaknya yang serba pink itu. "Mian, ne? Jeongmal mianhaeyo, Minnie… Tadi umma ada perlu dengan—"

"Kenapa appa juga tidak menjemputku?" Sungmin mempoutkan bibirnya. Ia kesal, sangat kesal.

Sebelum Hyukjae bisa menjawab pertanyaan anaknya, Kyuhyun ikut masuk ke dalam kamar anaknya. "Minnie sudah pulang, ne?" tanyanya sambil ikut duduk di pinggir tempat tidur anaknya. Sungmin makin mempoutkan bibirnya. "Aigo… Minnie kenapa?"

"Umma dan Appa jahat," adunya. Membuat Kyuhyun menatap Hyukjae bingung, meminta penjelasan.

"Waeyo, Minnie?"

Sungmin memberenggut kesal. "Umma dan Appa tidak ada yang menjemput Minnie. Padahal, Minnie sudah menunggu lama. Untung Jaejoong ahjumma mau mengantarkan Minnie pulang!"

Kyuhyun menghela nafas panjang. "Mian, Minnie. Tapi appa harus menemani umma tadi," ucapnya. Sungmin mengerutkan dahinya.

"Menemani Umma? Menemani kemana, memangnya? Apa Umma dan Appa tidak bisa menjemput Minnie dulu?"

Ah, namja kecil aegyo yang satu ini benar-benar sudah tidak bisa dibujuk lagi, sepertinya…

"Jeongmal mianhaeyo, Minnie… Rencananya, umma dan appa akan menjemputmu bersama-sama setelah menemani umma. Tapi ternyata, kau sudah pulang duluan… Mian, ne?" Kyuhyun terus berusaha membuat namja aegyonya itu bisa memaafkannya dan Hyukjae.

"Memangnya, Umma dan Appa pergi kemana?"

Pertanyaan itu membuat Hyukjae mengelus rambut hitam Sungmin. "Umma dan appa pergi ke pusat perbelanjaan tadi. Tiba-tiba, umma ingin membeli sesuatu."

Sungmin mengerutkan dahinya. "Tidak biasanya Umma pergi ke pusat perbelanjaan?"

"Itu pengaruh adik yang ada di perut ummamu, Chagi…" ucap Kyuhyun sambil mengerling ke arah Hyukjae, dan sukses membuat wajah Hyukjae memerah.

"Memang apa hubungannya?" tanya Sungmin datar. Ia bertambah kesal, saat mengetahui alasan umma dan appanya tidak menjemputnya. Ya, ia masih terpengaruh dengan perkataan dari Ren saat di sekolah tadi. Benarkah umma dan appanya tidak akan menyayanginya lagi?

"Orang hamil pasti begitu, Minnie…" ucap Kyuhyun sambil mengusap rambut hitam anaknya.

"Tapi kan, Umma dan Appa harus menjemput Minnie!" protes Sungmin. Hah… Dia memang keras kepala. Sama seperti appanya.

"Mian, ChagiUmma janji, besok umma dan appa akan menjemputmu."

"Umma dan Appa akan menjemputku ke sekolah?"

"Ne."

"Berdua?"

"Ne."

"Yaksok?"

Hyukjae tersenyum, lalu mengacak lembut rambut Sungmin. "Ne, Minnie. Umma janji."

~"~"~"~"~"~"~"~"~"~"~"~"~"~"~"~
TO BE CONTINUED
~"~"~"~"~"~"~"~"~"~"~"~""~"~"~"~

Annyeong~

Ini udah saya publish beberapa hari yang lalu. Tapi karena (menurut admin ffn) saya melanggar peraturannya, akhirnya saya memutuskan untuk mempublish ulang^^ Untuk mengantisipasi barangkali fanfic saya dihapus lagi, saya akan mempublish fanfic ini di blog saya juga^^

Untuk para reader yang sudah sudi untuk membaca fanfic abal ini, jeongmal kamsahamnida~ Mian kalau terdapat banyak typo di fanfic ini. Jujur, aku nggak membaca ulang fanfic ini._. Sumpah, aku ngerasa, fanfic ini udah abal, serba kurang lagi._.

Sebenernya, ini fanfic one shoot. Tapi sepertinya, 20 halaman lebih itu terlalu panjang untuk oneshoot. Jadi, aku bikin ini three shoot~

Yosh~ Ada yang ingin membaca lanjutan fanfic abal ini? Berikan saya sebuah REVIEW~ Untuk para silent reader, saya menghargai anda semua. Karena saya juga pernah menjadi silent reader._.

Buat yang nggak login, gimana kalo kalian ngasih alamat e-mail? Biar aku bisa ngebales review kalian^^

Wanna know me more? Contact me at:

Twitter : revitakuzo (kalo nge-search, pasti ada dua akun. Follow yang tanpa _)
Facebook : Revita Kuzo
Mobile Phone : 089677898280/082330240224

Kamsahamnida~ Once again, give me a

R
E
V
I
E
W
~