rushed!

juga imaginative! bukan supernatural tapi imaginative!

last fic aku buat mpreg (yang udah gak asing lagi ditelinga kpopers) aja ada yang protes kok imaginative banget, kamu mending jangan baca ini deh.

.

.


Suasana duka menyelimuti ruang bernuansa putih dimana seorang wanita tengah berbaring tidak berdaya di pusat ruangan tersebut. Suasana berat yang menyekap setiap benda bernafas disana tidak bisa dihindari. Semua perhatian tertuju kepada wanita yang sudah tidak bisa bernafas seperti mereka dengan tatapan tidak percaya. Tatapan tidak percaya itu berubah menjadi tatapan iba saat mereka mengalihkan perhatiannya kepada sosok pria yang berdiri tidak jauh, bahkan bisa dibilang dekat dari wanita yang sudah tidak mempunyai kehangatan lagi dalam dirinya itu. Bau obat-obatan yang sangat kuat dengan anehnya sedikit menenangkan pria yang tengah memiliki berjuta-juta ranting dahan pikiran tengah beroperasi dikepalanya. Berjuta-juta perasaan dengan jawaban konstan "tidak" berputar-putar dikepalanya secara bersamaan dan membuatnya merasa sangat mual dan sakit kepala yang sangat hebat hingga dia bisa pingsan saat itu juga.

Dan pingsanlah yang dia lakukan.

.

#FLASHBACK#

Jika Jackson adalah dunia maka Yieun adalah hutan hujan tropis yang selalu membantunya bernafas dan menjamin kehidupannya, gambaran tersebut cukup membuktikan betapa cintanya dia kepada wanita berambut pirang tersebut dan bahwa dia tidak bisa hidup tanpanya. Kehadiran Yieun disisinya sangat dibutuhkan, dia selalu ingin wanita tersebut berada disisinya.

Namun sepertinya tidak untuk hari ini. Jackson memang memiliki temperamen yang tidak bisa disepelekan, sudah kodratnya sebagai seorang Arian dan itu tidak bisa dia hindari. Namun tidak pernah sekalipun dia semarah ini terhadap Yieun, kekasihnya yang sudah ia kencani selama tiga tahun terakhir.

"Aku sedang tidak ingin melihat wajahmu sekarang, kumohon pergilah." Jackson mencoba untuk menstabilkan nada bicaranya agar tidak membentak kekasihnya lebih kasar lagi.

"Jackson.." suara kecil yang terdengar lebih seperti bisikan itu terdengar sangat menyakitkan ditelinga Jackson. Namun dia tidak boleh goyah kali ini, kali ini Yieun sudah melewati batas.

"No! Stop!" Jackson menutup kedua telinganya, tidak seperti biasanya dia sangat membenci suara kekasihnya saat itu.

#END OF FLASHBACK#

.

Jackson tidak tau bahwa hari itu akan menjadi hari terakhirnya melihat kekasihnya. Jika dia tahu dia tidak akan memperlakukannya sekasar itu. Dia tidak akan mengusirnya hingga kekasihnya tersebut berakhir diatas ranjang dan berbaring tanpa mengeluarkan nafas lagi. Hanya air-matanya yang mengerti rasa penyesalan yang ia rasakan.

"Yieun ah~ ireona jebal!" mohon Jackson sambil menggoyang-goyang tubuh Yieun, tapi Yieun tidak memberikan reaksi apapun.

"Aku akan membawamu melihat cherry blossom seperti yang kau inginkan, rape flowers, sakura, apapun yang kau mau.. Aku akan menyisihkan waktuku, aku tidak akan sibuk lagi.. Apapun.. Apapun.." percuma saja, Yieun sama sekali tida bereaksi dengan segala permohonannya, dia hanya tetap diam membisu dan beku.

Jaebum hanya bisa menonton sahabatnya yang sekalipun tidak pernah meneteskan air mata sejak SMA, saat mereka pertama kali bertemu. Tidak heran, dia tau betapa tergantungnya hidup Jackson pada Yieun.

.

.


.

"Pasien sudah siuman.." ujar seorang dokter dengan nada yang terdengar bersemangat. Bagaimana tidak, pasien yang mengalami luka berat yang dia tangani telah sadar setelah berbulan-bulan mengalami koma. Ucapan dokter tersebut membuat seorang pria berambut hitam yang hampir tertidur di sofa karena kelelahan menjaga sang pasien.

"Ye?" tanya pria tersebut karena merasa salah mendengar ucapan sang dokter. Mungkin dia terlalu lelah hingga berhalusinasi dan mendengar sesuatu yang selalu ia ingin dengar selama ini. Dia tidak ingin berharap tinggi, karena dokter itu jugalah yang memberitahunya bahwa hyung satu-satu nya itu tidak memiliki harapan hidup lagi mengingat organ dalamnya yang sudah rusak dan tidak bisa diselamatkan lagi.

Namun Park Jinyoung, tidak mau menyerah dengan nasib kakaknya. Selama masih ada cerca harapan walaupun itu hanya 0,01% sekalipun dan uang pun bukan masalah baginya. Dialah yang memohon pada semua dokter untuk tidak mencabut peralatan medis yang membantu kehidupan kakaknya selama koma.

"Pasien Mark Tuan sudah siuman." Tegas sang dokter sekali lagi dengan senyum yang sangat lebar.

Jinyoung pun dengan dua buah mata yang sudah berair berdiri dan berjalan menghampiri kakaknya yang berbaring dengan mata terbuka, menatap langit-langit dengan tatapan kosong. "Hyung.."

Dua butir air mata terjatuh dari mata itu.

"Mark hyung..."

Dua buah tangan mencoba membuat kakaknya untuk menatapnya, dengan lembuat memiringkan kepala kakaknya kearahnya.

"Hyung.. na ya, Jinyoungie.."

Sang kakak mengedipkan matanya sekali dan meneteskan air mata melihat adiknya yang terlihat begitu lelah dengan dua buah mata dengan kantung hitam. Dia ingin sekali menyebut nama adiknya dan menyuruhnya untuk istirahat. Dia ingin menghapus airmata dari mata adik kesayangannya itu. Tapi tubuhnya terasa kaku.

"Pasien mungkin akan mengalami kelumpuhan sementara, berbaring selama enam bulan membuat syarafnya beristirahat terlalu lama." Jelas sang dokter saat melihat pasiennya berusaha keras untuk menggerakkan tubuhnya.

"Hyung.. istirahatlah dulu, eo? Aku akan terus disini sampai kau bangun nanti." Jinyoung mengelus lembut rambut hyung-nya.


.

jujur aku juga masih belum yakin mau ngelanjut ini apa enggak, tiba-tiba plot-nya hilang ditengah jalan /?

rencananya mau nulis abis wisuda tapi berhubung banyak yang pm.. ya.. sudah...

kalau responnya bagus kaya fic sebelumnya ya aku usahain lanjut! c":

mungkin oneshot atau paling banyak twoshot aja.

till later!

.

.