STAY IN MINERAL TOWN
Note:
Authoress memberikan karakteristik yang berbeda pada Claire dan Jack.
All characters are from Mineral Town's people
Prologue
Awan kelam mulai menjatuhkan isinya bulir demi bulir. Tak lama, awan itu menumpahkan semuanya ke atas permukaan tanah yang ada di pemakaman. Membuat becek jalan dan basah. Namun, tidak bagi seorang gadis berambut pirang cemerlang yang tersimpuh di samping batu nisan. Batu yang tertancap di makam bertuliskan "RIP our beloved Father, Clark Diggory" membuatnya membeku dari awal hingga akhir upacara pemakaman. Pandangannya kosong.
" Claire.." laki-laki yang ada di samping gadis yang dipanggil Claire itu memegang bahu kanannya sambil memayungi Claire yang mulai basah kuyup.
" Sudah waktunya pulang."
" Sebentar lagi, Jack. Aku ingin masih bersama Dad." Kata Claire lirih.
Wajahnya memucat. Kantung matanya bengkak pula karena banyak menangisi kepergian ayahnya.
" Hari sudah gelap. Hujan deras pula. Nanti kamu sakit." Kata Jack.
...
" Baby sister, ayo. Ayah sudah tenang di sana sekarang. Kamu tak perlu menyesalinya." Jack berusaha membujuknya.
Claire menunduk dalam-dalam. Wajanya semakin pudar.
Bruk!
" CLAIRE!" seru sang kakak kaget begitu mendapati adiknya yang tiba-tiba tidak sadarkan diri.
Di tengah-tengah derasnya hujan, Jack tergopoh-gopoh dan bercapai-capai menggotong adiknya menuju klinik yang ada di Forget-Me-Not Valley.
" Dia hanya tertekan dan masih syok. Untuk sementara jangan biarkan dia mengalami tekanan." Kata dokter bermata satu tenang.
Jack bernapas dan memhembuskan panjang-panjang. Sedikit lega. Dia sangat panik begitu adiknya pingsan dan dia tidak ingin lagi kehilangan anggota keluarganya.
" Jack.." Claire sadar dan memanggil kakaknya dengan lirih.
Dia mencoba untuk bangun.
" Claire." Jack memeluk adiknya itu.
" Jangan khawatir, kamu akan tinggal denganku di Mineral Town."
" Ya. Terima kasih, Jack."
Jack menatap Claire yang masih terdiam begitu lama. Claire yang biasanya sumingrah dan selalu mengusili kakaknya kini terduduk lesu dan murung. Ayah mereka telah meninggal karena serangan jantung.
Claire merasa sangat bersalah. Dia merasa dialah penyebab dari kematiannya ayahnya tersebut. 2 hari sebelum sang ayah dijemput ajal, Claire sempat bertengkar hebat dengan ayahnya yang over-protective terhadap Claire. Hanya mempersoalkan bagaimana menambang untuk menggantikan ayahnya yang mulai keropos tulangnya. Karena pertengkaran itu, Claire benar-benar marah dan kabur menuju Mineral Town tempat di mana kakaknya bekerja di bidang agraris.
" Aku telah membunuh Dad." Kata Claire datar. Pandangannya masih kosong seperti zombie.
" Aku tidak mengharapkan ataupun membenarkan jawaban itu, Claire." Kata Jack.
" ITU BENAR, JACK! AKU TELAH MEMBUAT DAD BEGITU KECEWA DAN SEDIH MELIHAT KELAKUAN PUTRINYA YANG BEBAL KABUR DARI RUMAH. ANDAI AKU MENYELESAIKAN PERKARA SEPELE ITU DENGAN KEPALA DINGIN, DAD PASTI TIDAK AKAN..TIDAK AKAN..."
Claire menghambur kembali ke pelukan Jack. Dipeluknya Kakak semata wayangnya itu erat-erat.
" Ssssttt...tenanglah, kamu masih tertekan. Aku tidak menyalahimu,kok. Mungkin ini sudah takdir dan mungkin ini sudah saatnya Dad berpulang." Jack menenangkan Claire sambil membelai-belai rambut Claire yang terlihat kusam karena sedih.
Kematian ayahnya membawa Jack menuju memorinya tiga belas tahun yang lalu
Jack dan Claire. Dua bersaudara yang baru saja kehilangan seorang ayah yang amat dikasihi mereka ketika mereka telah berkepala 2. Sang ibu yang muak dengan kehidupan beragraris diam-diam meninggalkan mereka. Sang ayahpun akhirnya membesarkan kedua anaknya sendirian dan merasa sangat terpukul dengan 'pengkhianatan' akan istrinya. Waktu itu Jack teah berumur 8 tahun dan mengetahui hal itu sementara itu, Claire masih berumur 5 tahun.
" JJ, Mom ke mana?" si kecil Claire bertanya kepada kakaknya ketika mengetahui bahwa ibunya tidak ada di rumah.
Claire kecil cukup dekat dengan ibunya waktu itu.
" Maaf, Claire. Mom..telah pergi..ke.."
" Pergi ke mana? Maksudmu ke surga?"
" Ya!" seru Jack cepat. Dia berbohong. Kemudian, tanpa terasa air mata Jack menetes deras.
" Big bro,kok nangis? Malu,dong. Big bro kan laki-laki. Waktu itu aku minta Mom beliin teddy buatku. Mungkin dia ke sana buat mencarikannya. Bukannya katamu di sana ada ribuan teddy?" cerocos Claire polos.
Jack terbengong-bengong melihat tampang lempeng dari adiknya.
" Ah, iya. Benar." Jack memeluk adiknya.
" Kamu memang adikku yang paling hebat."
" Jack!" Claire memanggil kakaknya.
Apa yang dipikirkan Jack buyar.
" Ya?"
" Kayaknya kita mesti mengemas perabotan di rumah kita yang dulu."
" Ah, benar juga. Kamu istirahat saja di sini. Biar aku yang berkemas." Kata Jack.
" Oke. Terima kasih, big bro."
Setelah mencium kening adiknya, Jack meninggalkannya di klinik. Membiarkan Claire untuk tidur di sana semalaman.
" Cepat sekali Claire melupakan kejadian hari in . Padahal dia sendiri yang paling syok." Guman Jack dalam hati.
next to the chapter 1
Aaargghh..bingungg! agak lama sepertinya
