Disclaimer : Hoshino Katsura-sensei
Rating : M - because of Lemon
Pairing : Yullen a.k.a Yuu Kanda & Allen Walker
Warning : YAOI, Adegan Seksual, Bahasa kasar dan maaf jika masih ada Typo.
Cerita ini pertama kali ditulis untuk memeriahkan Yullen Weeks pada 19 Desember 2010, namun setelah dibaca ulang sungguh membuat saya malu atas tata bahasa maupun Typo yang bertebaran. Oleh karenanya saya melakukakan penulisan ulang alias REWRITE dan penambahan judul tiap chapter (biar keren hehe). Semoga sekarang bisa lebih layak untuk dibaca.
.
Chapter 1. Awal Mula
.
JLEGAAAR!
Kilat petir membelah langit malam, menambah suram suasana markas utama Black Order yang super angker. Bangunan berbentuk menara tunggal tersebut memang sudah berumur tua dan kini sangat sepi. Tapi keheningan mencekam itu dipecahkan oleh suara tawa yang mampu membuat bulu kuduk meremang.
"Khuhuhuhuhu... Ahahahahaha"
Berasal dari salah satu laboratorium dilantai terbawah, aura horor menguar dengan sangat pekat. Membuat para peneliti tak berani mendekati ruangan itu, jelas karena takut. Lagi pula sosok iblis berjubah putih pengundang bencana yang bersemayam didalam sana, tak lain dan tak bukan adalah sang supervisor sendiri yaitu Komui Lee.
"Berhasil!" teriak sang pria bertopi baret, kacamatanya berkilat-kilat saat bergumam "Dengan obat ini, pasti kedua Exorcist bodoh itu tidak akan berbuat onar lagi khuhuhuhu," seringai iblis pun muncul diwajah.
.
Meski nyaris tidak tidur semalaman, Komui bangun lebih awal dari matahari dan langsung menuju dapur kafetaria, dengan tujuan untuk menemui Jerry sang koki. Komui berusaha membujuk dengan berbagai macam cara, termasuk menggunakan ancaman dari Komurin VXII. Mendengar nama robot aneh itu disebut, Jerry langsung pasrah dan mau melaksanakan perintah supervisor aneh secara diam-diam. Jika tidak Jerry takut posisinya sebagai kepala koki digantikan oleh sang robot, bukan bermaksud tak mau digantikan, Jerry hanya tak ingin 'tempat sucinya' a.n dapur Black Order berubah mejadi ajang pembantaian dan laboratorium racun Komui.
.
.
"Wuaaah...aku lapar sekali!" teriak antusias seorang pemuda berambut putih dan berkebangsaan Inggris yang kita kenal dengan nama Allen Walker. Seperti biasa dia langsung saja memesan 10 porsi makanan berbeda, tak lupa 30 tusuk kue Dango kesukaanya. Lalu mulailah ritual makan berantakan yang mampu membuat orang normal merasa kenyang berhari-hari alias eneg.
Tampak sebaliknya dipojok ruangan. Seorang pemuda yang sangat menarik dengan paras oriental, tampak khidmat menyantap seporsi soba dan segelas teh panas, tanpa diganggu orang lain. Tapi keduanya tak menyadari sepasang mata berkilat dibalik kacamata, terus mengawasi dari belakang pintu kafetaria.
Setelah selesai sarapan pemuda Asia berambut panjang bernama Yuu Kanda itu, segera pergi ke tempat latihan dan mulai mengayunkan sebuah pedang kayu. Karena senjata innocentnya Mugen masih diperbaiki oleh tim peneliti setelah rusak dalam pertarungan lalu.
Beberapa saat kemudian muncullah Allen yang juga berniat untuk latihan. Begitu bertemu di arena, mereka mulai mengumpat dan mengejek, kemudian dilanjutkan dengan acara saling tonjok dan pukul alias berkelahi. Semua orang menyingkir, tak berani melerai perkelahian yang brutal itu. Sampai akhirnya Allen terjatuh karena pukulan Kanda yang tepat mengenai rahang, tapi dia tak begitu saja menyerah dan balas menjegal kaki sang pemuda asia, menyebabkannya terjatuh tepat di atas tubuh si rambut putih.
CUP….
Tanpa sengaja bibir mereka bertemu, spontan membuat mata keduanya terbelalak lebar. Entah mengapa hal yang terjadi selanjutnya sama sekali tidak terduga dan tidak dapat dikendalikan. Begitu merasakan kelembutan bibir masing-masing lawan, malah terasa sensasi aneh yang memabukkan. Mereka terdiam beberapa saat dalam posisi sama sambil saling bertatapan.
Barulah beberapa saat kemudian, mereka sadar akan posisi membahayakan yang mengundang salah paham itu. Allen terlentang tepat dibawah tubuh Kanda, dengan kaki yang saling berhimpitan intim, tangan kanan dan kiri berusaha menyangga berat tubuh di antara kepalanya. Detak jantung berpacu sangat kencang membuat keduanya berusaha buru-buru bangkit.
DEG DEG DEG
'Ukh…kenapa aku berdebar-debar?' batinnya.
Akhirnya tanpa saling bicara apalagi bertatap muka Allen dan Kanda meninggalkan ruang latihan untuk kembali ke kamar masing-masing. Untunglah kejadian ciuman itu tak diketahui orang lain yang sudah sejak tadi lebih memilih untuk kabur.
.
Waktunya makan malam tiba, Allen sengaja pergi lebih awal untuk menghindari bertemu Kanda di kafetaria. Apalagi untuk menuju kesana dia harus melewati kamar sang pemuda Asia. Exorcist Eropa itu berjalan dengan langkah tergesa dan tiba-tiba,
GUBRAAAKKK!
"ADUH!" karena tak memperhatikan jalan rupanya Allen menubruk pintu yang baru dibuka, parahnya ternyata itu adalah pintu kamar milik titisan raja neraka bernama Yuu Kanda.
"Che…Moyashi, mau apa kau di depan kamarku hah?"
"Si…sial kau, BaKanda! Aku hanya kebetulan lewat tau!"
"Cih…." Kanda mendecih, berniat menutup pintu kamarnya lagi tapi ditahan oleh Allen.
"Mana permintaan maafmu, BaKanda!"
"Apa maksudmu? Kau yang menubruk pintuku dan itu bukan salahku!"
"Setidaknya kau harus minta maaf sudah melukai wajahku, hidungku sakit sekali tau!" ujar Allen sambil mengusap-usap hidungnya yang memerah, untung tidak berdarah.
"Che…Hanya wanita yang mempermasalahkan luka di wajahnya."
"A…apa! Wanita? Kau tak sadar ya, wajah dan rambut kuncirmu itu yang seperti wanita! Apalagi sifat judesmu itu, persis seperti perempuan!"
"Tarik kata-katamu, Moyashi! Atau kuhabisi kau!"
"Tidak mau! Oh ya satu lagi yang membuatmu benar-benar seperti wanita! Hahaha…." kemudian dengan suara pelan Allen berbisik, "Wajahmu memerah waktu kita berciuman di tempat latihan tadi Yuu-chan."
Seketika wajah Kanda menggelap, aura iblis menguar dari tubuhnya,
"Jangan panggil aku dengan nama itu baka Moyashi dan siapa yang berciuman? Itu tadi hanya kecelakaan," bantah Kanda sambil melotot.
"Hooo...rupanya Yuu-chan tak mau mengakui, ahahaha...kau benar-benar seperti wanita yang sedang malu-malu, atau…jangan-jangan itu ciuman pertamamu ya? Aduuuh…maaf ya, BaKanda." kali ini Allen merasa di atas angin, menyeringai penuh kemenangan dengan sorot mata meremehkan.
"Oh ya, selain itu... jangan selalu mengancam orang dengan menggunakan Mugenmu, atau kau akan benar-benar terlihat seperti wanita yang sedang PMS, hahahaha!" tambah Allen lagi sambil tertawa terpingkal-pingkal memegangi perutnya.
Kali ini Kanda benar-benar sangat kesal, ingin rasanya dia mencincang Allen dengan Mugen. Tapi senjata pamungkasnya itu masih belum selesai diperbaiki dan saat ini dikamar hanya ada pedang biasa yang pastinya akan rusak bila digunakan untuk melawan Crown Clown milik Allen. Namun Kanda benar-benar sudah tak tahan lagi mendengar tawa dan ocehan si rambut putih.
Entah apa yang merasuk dikepalanya spontan sang pemuda Asia langsung menarik Allen masuk kekamar dengan tangan kiri, sementara tangan kanannya menutup pintu, menguncinya. Langsung dia mendorong tubuh pemuda yang lebih pendek itu kepintu, melumat bibirnya kasar. Allen tentu saja sangat terkejut dengan tindakan Kanda dan berusaha melawan,
"Apa...apaa…Egh…ehn….mmm…!" tak bisa melanjutkan bicara karena Kanda langsung memasukkan lidahnya ke mulut Allen yang terbuka dan langsung menjelajahi tiap sudut rongga mulut itu dengan ganas tanpa terkecuali.
Kanda benar-benar mendominasi ciuman, kedua tangan mencengkeram pergelangan Allen di samping kepala. Si rambut putih benar-benar sudah tidak tahan, tiap kali lidah Kanda menyapu langit-langit mulutnya dan bergerak ke pangkal tenggorokan, sekujur tubuh Allen terasa lemas, otaknya terasa kosong bahkan untuk mengaktifkan Innocentnyapun dia tak sanggup. Sementara Kanda tak juga berhenti melakukan ekspansinya, dengan sisa tenaga dan kebutuhan udara yang mendesak Allen memutuskan untuk menggigit lidah sang exorcist Asia.
"Ukh!" teriak Kanda tertahan, rupanya gigitan Allen cukup keras dan membuat lidahnya berdarah.
"Puih!" Kanda meludahkan darah dimulut dan menyeka saliva entah milik siapa yang menetes dari sudut bibirnya, bekas ciuman mereka.
"Che…sekarang lihat siapa yang seperti perempuan, Mo-Ya-Shi?" dia menyeringai saat melihat wajah Allen berantakan, memerah persis seperti tomat. Nafasnya masih tidak beraturan dan mulutnya bergerak seperti ikan yang terdampar kekurangan oksigen.
"Sepertinya ciuman ringanku terlalu berat untukmu ya? Padahal itu bukan pertama bagimu kan? Rupanya kau hanyalah seorang bocah sok yang payah!" kali ini giliran Kanda yang merasa menang, dia menyilangkan kedua tangan didepan dada dan menyeringai kejam.
"Si…sial!" umpat Allen, dalam hatinya dia sangat malu dan kesal, mau di taruh di mana mukanya sebagai murid Cross Marian yang dikenal sebagai penakluk wanita. Hanya berciuman saja dia tak becus dan kalah, padahal lawannya adalah Kanda, seseorang yang diyakini Allen tak pernah berciuman sebelumnya karena dia adalah balok es hidup sangat amat anti sosial. Siapa yang mau mencium orang yang menyebalkan seperti itu!? pikirnya sambil merengut.
Akhirnya dengan mengumpulkan segenap kekuatan sang pemuda Eropa berusaha menyerang balik, dia langsung saja menerjang Kanda dan mendorongnya keras hingga mereka berdua jatuh terduduk di lantai.
"Jangan salah, BaKanda. Aku tadi hanya terkejut!" langsung aja Allen duduk diatas pangkuan Kanda, menarik kerah kausnya dan balas mencium tepat dibibir.
Allen berusaha mengingat hal yang sebenarnya tak mau diingatnya lagi, yaitu cara sang guru Cross mencium wanita, dimana selalu dia lihat sepanjang perjalanan mereka ke berbagai negara. Sepenuh hati si rambut putih berusaha mempraktekkannya saat ini juga.
Mulanya Kanda sama sekali tak mau membuka mulutnya meski Allen sudah sengaja menjilat, menghisap, bahkan menggigiti kedua belah bagian bibirnya. Kecewa karena aksinya tak ditanggapi, muncul ide di kepala pucat itu, dengan setengah berbisik dia bicara tepat di telinga Kanda,
"Tak berani terima tantangan, BaKanda? Atau mau menyerah saja?" lalu Allen menghembuskan nafasnya lembut tepat di lubang telinga sang pemuda Asia... Fyuh…sangat seduktif.
Seketika mata Kanda melebar karna terkejut dan merinding, tapi harga dirinya mengatakan bahwa dia tak boleh kalah dengan bocah Moyashi itu, diapun langsung mengambil tindakan. Kedua tangan yang semula digunakan untuk menyangga berat tubuh, Kanda lingkarkan di pinggang Allen. Kemudian tangan kanannya menyapu lembut ke punggung dan merayap ke belakang kepala sang exorcist Eropa, menariknya cukup keras hingga wajah mereka kembali berhadap-hadapan. Sambil menyeringai lebar, sang pemuda Asia mulai balas mencium. Allen pun langsung tanggap dan membuka mulutnya lebar, kedua tangan dia lingkarkan di leher Kanda untuk memulai 'adu mulut' demi berlomba saling mendominasi.
Makin lama suasana makin panas karena mereka tak henti-hentinya berciuman dan saling menggoda agar lawannya lengah. Saat itu rasio sudah tak lagi berfungsi yang tertinggal hanyalah rasa ingin menang dan nafsu yang tak terkendali, sepertinya zat kimia yang terkandung dalam obat racikan Komui sudah bereaksi dari awal mereka berciuman tadi.
Dimulai dari Allen yang tiba-tiba mengalihkan ciumannya ke dagu, leher dan telinga si pemuda Asia, benar-benar meniru gaya sang guru. Lidah yang berwarna kemerahan menjilat dan menghisap bagian sensitif tepat di belakang telinga Kanda. Saat mendengar suara desahan tertahan, Allen menyeringai senang dan terus melanjutkan aksinya memainkan daun telinga Kanda dengan gigi dan lidahnya, tapi ternyata tanpa disadari tangan sang exorcist berambut panjang sudah bergerak masuk ke balik kemejanya yang setengah terbuka, dengan terampil tangan itu bergerak, mengelus dan mecubit pelan tonjolan mungil didada Allen yang sudah mulai mengeras.
"AKH!...AAAH…!" Allen tersentak dan mendesah kencang, seperti ada sesuatu yang terbangun dibawah sana membuatnya tak nyaman, celananyapun mendadak terasa sempit, baru kali ini dia merasa seperti itu.
Si rambut putih hanya bisa mencengkeram erat kaus tanpa lengan yang dipakai Kanda, saat lidah panas sang samurai mulai menggantikan gerak tangannya di dada Allen untuk menghisap, menjilat dan menggigitinya lembut, makin membuat sang Moyashi mengerang dan mendesah sejadi-jadinya saat kesadaran mulai melayang.
"Menyerah ?" tanya Kanda di sela-sela aktifitas mulut dan tangannya. Mendengar itu Allen sedikit tersadar, dengan nafas terengah dia menjawab, "Ahn…i..ini belum… seberapa…ukh Ba..Ka!" susah payah dia berusaha melepas kaus milik sang exorcist Asia dengan menarik-nariknya keatas.
"Che…mau apa kau, Moyashi?"
"Baju….ehn…kau curang," gumamnya masih berusaha menarik kaus Kanda, karena ternyata tanpa disadari Allen sendiri sudah kehilangan kemeja dan rompinya dari tadi, meninggalkan tubuh bagian atasnya terbuka, terlihat kurus dan pucat, meski begitu bentuk otot terlatih tercetak jelas disana.
"Tanganmu saja yang tidak terampil," tak menghiraukan keinginan lawannya sang samurai malah kembali mengeksplorasi mulut Allen dengan lihai. Kemudian bangkit perlahan membawa pemuda Eropa dalam pelukan, mengangkatnya sambil terus mencium lalu Kanda berjalan ke arah ranjang yang ada di sudut ruangan, menjatuhkan bawaanya dengan kasar.
BRUK!
"ADUH! Kasar sekali BaKanda!"
Tanpa menjawab Kanda membuka sendiri kausnya dan menampakkan tubuh bidang berisi dan berotot sempurna hasil dari latihan keras, juga tato yang menghiasi dada bagian kiri melebar hingga ke pundak. Kulit sang pemuda Asia tampak sangat bersih, halus dan mulus seperti boneka porselen, padahal seingat Allen dia sering sekali terluka parah tapi tak tampak satupun bekas luka di tubuh Kanda, pemandangan indah itu seketika membuat wajah pucat sang exorcist Eropa terasa memanas dan memerah.
"Ini yang kau mau, Moyashi?" kata Kanda sambil menyeringai, "Suka dengan apa yang kau lihat?" tambahnya sambil mulai mendekat, menyebarkan aroma tubuh maskulin yang harum, merasuk ke indera penciuman sang pemuda Eropa.
Seketika urat kesadaran di otak Allen putus saat nafsunya tiba-tiba meroket naik ke ubun-ubun. Langsung saja dia bangkit menubruk Kanda tanpa bicara, dengan membabi buta menciumi seluruh leher dan dada yang begitu menggoda, berusaha menghirup aroma yang begitu kuat membangkitkan gairah.
Sadar dengan posisinya di bawah, sang exorcist Asia membalik kondisi, mencengkeram tubuh Allen yang lebih kecil dan menahan kedua lengan pucat di atas kepala dengan tangan kiri, sementara tangan kanannya sibuk membuka celana dan ikat pinggang si pemuda Eropa. Cukup sekali tarikan Kanda berhasil melepas semuanya, bahkan sampai pada boxer abu-abu yang menjadi pertahanan terakhir penutup bagian terpenting dari tubuh polos Allen.
"MPF...Hahahahahaha,"
Kanda tertawa geli melihat pemandangan dihadapannya, karena ternyata bagian terprivat tubuh Allen tak ditumbuhi rambut sama sekali, polos seperti layaknya bayi yang baru lahir. Mendengar suara tawa itu mata sang pemuda Eropa yang semula mulai setengah tertutup kembali terbuka lebar,
"APA YANG KAU TERTAWAKAN, BRENGSEK!" teriaknya kesal, sementara Kanda masih saja tertawa. Saat Allen sadar akan penyebabnya, langsung dia menekuk kedua kaki, berusaha menutupi bagian terprivat yang belum pernah diperlihatkannya pada siapapun. Rasa malu yang teramat sangat membakar wajah sang pemuda Eropa, meronta-ronta agar tangannya dilepaskan.
Kandapun berhenti tertawa, menyisakan sebuah seringai di wajahnya yang tampan. Kemudian dia melepas kunciran dikepala dan rambut panjang, tebal, lurus, berkilau, berwarna hitam kebiruan meluncur halus ke punggungnya, bagai tirai yang dilepaskan dari ikatan, sukses membuat sang pemuda Eropa menahan nafas karena terpukau. Belum lagi sensasi lembut yang menyapu kulit dada dan lengan Allen terasa begitu menggelitik, ketika helai rambut Kanda jatuh meluncur dari pundak lebar, membingkai wajah Asia yang tampan dan membuatnya terlihat lebih mempesona. Seolah terhipnotis dan tak bisa berkedip, Allen bahkan tak menyadari saat kedua tangannya diikat kencang menggunakan tali rambut berwarna merah.
Memanfaatkan moment saat Allen masih terpaku pada rambutnya, Kanda memulai berekspansi, kali ini ke bagian paling pribadi yang mulai mengeras, mengelus dan menggengamnya perlahan. Seketika Allen menggeliat tak karuan, dari mulutnya mengeluarkan desahan yang keras dan jelas.
"Ahk…..ah…..ka…engh….Kanda…aahhh!" begitu berulang-ulang, makin lama nada suaranya naik hingga beberapa oktaf terutama saat sang samurai mulai mencoba mempermainkan bagian paling sensitif dari tubuh pucat itu dengan lidah dan mulutnya. Sang exorcist Eropa sungguh tak berdaya, apalagi dengan tangannya yang terikat hanya bisa menggeliat dan mendesah.
"Che…tubuhmu memang polos seperti bayi Moyashi, tapi suaramu itu….benar-benar mirip pelacur," ujar Kanda sambil terus memompa bagian bawah tubuh Allen dengan ritme cukup cepat. Membuat si rambut putih menggelepar tak karuan dengan ekspresi yang menggairahkan.
"A..APA!" mendengar perkataan itu sukses membuat wajah Allen seketika menggelap, kemarahan kembali memuncak dan tanpa basa-basi dia menendang dada sang pemuda Asia keras, sampai membuatnya terjatuh dari ranjang.
GUBRAK!
"BAAAKAAAAANDA BRENGSEEEKK!" teriaknya tak terima.
Dengan menggunakan gigi Allen berusaha melepas ikatan di tangan, benar-benar sudah lupa bahwa dia punya Innocent yang bisa digunakan untuk membebaskan diri dengan mudah. Ikatan kencang itu sulit dibuka dan dia kehabisan waktu karena dari bawah ranjang muncul aura membunuh yang pekat, Kanda terlihat sangat marah karena dilempar dari kasurnya sendiri.
"DASAR KAU MOYASHI BUSUK!"
Melihat bahaya mendekat, Allen berusaha berbalik pergi menyelamatkan diri, tetapi sang iblis hitam sudah lebih dulu menarik kakinya hingga jatuh terletungkup di atas ranjang. Kesempatan ini digunakan Kanda untuk sekali lagi menindih tubuh pucat penuh keringat dan memulai kembali aksi yang sempat tertunda, kali ini menjelajahi dari belakang. Allen sudah benar-benar terkunci dan tak bisa berkutik, dia hanya bisa membenamkan kepalanya ke bantal dalam-dalam agar tak lagi mengeluarkan suara aneh.
Dengan cekatan Kanda mengangkat pinggang sang pemuda Eropa, memposisikannya seperti sedang merangkak. Sambil memeluk dari belakang bibirnya mulai mencium dan menjilat dari telinga, tengkuk, terus turun ke bawah hingga mencapai pinggang, menjelajahi setiap inci kulit tubuh yang pucat itu dengan seksama. Meski terdapat beberapa bekas luka, tak mengurangi keindahannya, Kanda malah memberi perhatian khusus pada tiap bekas itu dengan gigitan dan hisapan kuat, membuat Allen setengah mati menahan suaranya, dengan menggigit bantal sekeras mungkin. Tak ayal lagi punggung yang semula polos kini telah berwarna di berbagai tempat dengan kiss mark dan bekas gigitan membiru.
Selagi mulutnya sibuk menandai, tangan sang pemuda Asia tak hanya diam, keduanya secara bergantian menyerang tonjolan kecil dibagian dada dan terus memompa 'benda sensitif' yang menggantung diantara dua paha Allen. Menerima begitu banyak sentuhan asing yang sebelumnya tak pernah dirasakan, tak memakan waktu lama sang exorcist Eropa pun mencapai puncak dan melepaskan seluruh hasratnya. Seketika kaki dan tangannya berasa begitu lemas, tak sanggup bertahan diapun ambruk.
"Che….cuma segitu kekuatanmu Moyashi? Payah…" ujar Kanda sinis sambil membersihkan tangannya yang basah oleh cairan kental dengan selimut.
Lagi-lagi emosi Allen naik mendengar ucapan itu, lalu dia berusaha mengumpulkan tenaga, meraih bantal yang semula digigitinya dengan kedua tangan terikat dan sekuat tenaga melemparnya keras, tepat kemuka Kanda.
BUAKH!
Sang pemuda Asia tak mewaspadai akan adanya serangan, dengan telak menerima timpukan keras itu dan sial, lagi-lagi membuatnya terjatuh dari ranjang.
GUBRAK!
"DASAR BRENGSEEEEEK! MESUM JAHANAM !" berbagai kata serapah tak lulus sensor pun keluar dari mulut Allen yang biasanya sangat sopan, selesai mengumpat kali ini tenanganya benar-benar habis dan hanya bisa terkapar lemas.
Sementara Kanda kembali mengeluarkan aura setan membara sambil mengumpat tak kalah ganas,"SIALAN DASAR KECAMBAH TAK BERGUNA, BAKA MOYASHI!" lalu kembali menyerang pemuda Eropa yang sudah tak berdaya itu, "Kali ini tak ada ampun bagimu!" geramnya sambil menghisap sisa nyawa dan tenaga Allen melalui mulut.
"Arrrgh!" Allen berusaha melawan tapi tenaganya sudah habis tak bersisa, jadilah ia bagai cacing kepanasan yang hanya mampu menggeliat tak karuan. Saat sang pemuda Eropa merasa nyawanya diujung tanduk karena ciuman panjang yang nyaris menghabiskan seluruh nafas, tiba-tiba Kanda berhenti. Beranjak dari ranjang, meninggalkan si rambut putih terengah hebat berusaha mengambil nafas sebanyak-banyaknya.
Saat memiringkan kepala Allen melihat sang pemuda Asia tampak mencari sesuatu disebuah lemari kecil disudut ruangan, Allen tak begitu memperhatikan karena saat ini rasa kantuk akibat kelelahan hebat mulai melanda, hampir saja jatuh tertidur jika suara ranjang yang berderit tak mengagetkannya, Kanda kembali duduk disampingnya dengan tatapan mata super tajam.
"Dengar, baka Moyashi! Tadinya aku tak berniat sejauh ini, tapi tampaknya aku harus memberimu pelajaran, salahkan dirimu yang kurang ajar!"
Allen masih belum mengerti apa maksud kata-kata itu, yang terlihat hanya Kanda tengah melumuri jari-jari tangannya dengan cairan dari sebuah botol kecil. Sang exorcist Eropa menduga dari baunya, jika minyak itu adalah jenis yang biasa digunakan untuk mengolesi pedang agar tidak berkarat.
Alis putih Allen mengkerut 'Apa yang akan dia lakukan dengan minyak itu?'. Meski bertanya-tanya namun tak sanggup melawan saat Kanda kembali membalik tubuhnya hingga tertelungkup dan mengangkat bagian pinggang tinggi-tinggi hingga sekarang dia menungging.
"Setidaknya aku masih berbaik hati, Moyashi..." gumam sang samurai sambil mulai meremas dan melebarkan dua sisi gumpalan daging lunak dibokongnya.
Masih belum mengerti akan apa yang terjadi, Allen tetap keras kepala dan membantah "Tak butuh kebaikan hatimu, BaKanda! dan namaku bu…UKH!" ucapannya tertahan saat merasakan sesuatu yang panjang dan dingin mulai memasuki lubang belakangnya, "Eeekh…apa yang kau lakukan, brengsek!" teriaknya karena merasakan sensasi aneh.
Kanda tak menjawab dan terus mendorong masuk. Allen berusaha bergerak dan menengok kebelakang, seketika mata kelabunya melebar melihat Kanda memainkan jari-jari panjangnya yang belumur minyak keluar masuk lubang tubuhnya. "Ma...mau apa kau, ugh! Lepaskan aku!"
"Che...apa kau begitu idiot sampai tak mengerti maksud tindakanku hah?" jawab sang samurai dingin tanpa berhenti, bahkan dia mulai menggunakan dua jari sekaligus membuat Allen tersentak.
"Sa…Sakit! BaKanda!" jari tengah dan telunjuk yang dimasukkan kini digerakkan seperti gunting, Allen masih menatapnya bingung dan panik.
Sekali lagi Kanda menyeringai, seraya memutar kedua jarinya didalam untuk melakukan gerakan 'memanggil', menekan beberapa bagian dinding dalam yang ketat dengan lembut.
"NGG..AH!" bagai tersengat aliran listrik, Allen terlonjak. Sensasi kenikmatan yang tiba-tiba datang membuat tubuhnya gemetaran. Melihat reaksi itu Kanda menghentikan gerakan jarinya, untuk menunduk dan berbisik disamping wajah Allen yang kini merah padam "Sex...kita akan melakukan Sex, Idiot..."
"A...apa?" kali ini wajah sang pemuda Eropa berubah pucat, terlihat syok dan terkejut, seiring dengan tubuhnya yang menjadi kaku.
Melihat ekspresi itu Kanda tersenyum penuh kemenangan, "Tak berani terima tantangan Moyashi? Atau kau mau menyerah saja hah pengecut?" membalas kata-kata Allen sebelumnya, sambil kembali melakukan gerakan menekan didalam lubang hangat.
"Aahnn...mmhh..." arus kenikmatan yang aneh kembali menjalari tubuh, sang pemuda Eropa hannya bisa bisa menggeliat dan mendesah lirih. Logika serta insting bertahan hidupnya meminta untuk menyerah, mengakui kekalahan dan meminta ampun. Tetapi rasa egonya menolak, tak mau mengalah, lagipula aroma wangi maskulin yang sedari tadi menyelimuti dan rasa nikmat membuat pikirannya tak bekerja dengan baik.
"Ukkhh, ja..jangan harap, akhu me...menyerah..." jawabnya dengan tatapan menantang.
"Che, jika itu maumu maka bersiaplah." kilatan cahaya muncul dimata sang samurai, seiring dengan semakin cepat gerakan tangannya. Terus menekan titik kenikmatan yang tersembunyi didalam liang hangat dan basah oleh minyak.
Cairan kental berwarna bening mulai membasahi organ intim yang menggantung ditengah dua paha pucat. Menyadari hal itu, Kanda berkonsentrasi untuk memberikan sentuhan dititik spesial secara berulang dan secara spontan pinggang Allen ikut bergerak, berusaha membantu jari Kanda untuk mencapai titik itu lagi dan lagi, membuat cairan bening menetes semakin banyak. Merasa cukup dengan tindakan pemanasan, sang pemuda Asia segera mengeluarkan jari-jari panjangnya dan membuat Allen melenguh pelan.
"Sabar Moyashi," gumam Kanda sambil melepas sabuk dan menurunkan celana sekaligus boxer hitamnya sebatas paha dengan cekatan. Setelah merasa cukup melumuri 'miliknya' dengan minyak, perlahan 'pedang tumpul' yang sudah licin itu mulai ditusukkan.
Baru ujungnya yang masuk Allen sudah merasa terkoyak dan hampir ambruk, untung Kanda segera mencengkeram pinggangnya sangat erat hingga meninggalkan bekas tangan yang kentara, menahannya diposisi agar tetap bisa dimasuki.
"Uuukh... Ghh... mmhh," Allen mengerang menahan sakit yang menjalari tubuh, air mata mulai menggenang dari mata kelabunya yang terpejam erat. Kedua tangan ia kepalkan hingga buku-buku jarinya memutih, meremas seprei dan menggigiti bantal secara brutal.
"Che…tenangkan dirimu, bodoh! Rileks!" ujar Kanda sambil terus mendorong maju hingga seluruh 'pedang tumpulnya' tersarungkan dengan sempurna.
"Ba…bagaimana…ukh…bisa tenang, Baka!...egh…" air mulai mengalir deras dari mata Allen, tubuhnya bergetar hebat dengan nafas tersengal.
Terpaksa sang samurai menahan diri untuk tak bergerak, memberikan Allen waktu untuk terbiasa dengan ukurannya yang memang diatas rata-rata "Bernafaslah pelan-pelan Moyashi, ambil nafas dalam," perintah Kanda sambil menggerakan tangannya untuk meraih organ intim Allen yang ternyata sudah melemas karena kesakitan, kembali memijit dan meremas, berangsur-angsur sang exorcist Eropa mulai tenang, terbukti dari kesejatiannya yang kembali mengeras.
Perlahan Kanda mulai menggerakan pinggulnya, maju dan mundur menciptakan sensasi gesekan hangat. Semakin lama gerakan itu bertambah cepat seiring dengan gelora nafsu yang semakin menggelora. Allen pun tampak mulai menikmati kegiatan itu dan tak lagi merasa kesakitan "Mhh...Hhhmmhh...", namun suara erangannya tertahan pada bantal yang digigitnya kuat.
Kanda ingin mendengar kembali desahan Allen yang menggoda itu, karenanya dia menarik mundur kesejatiannya lalu membalik tubuh sang exorcist Eropa hingga terlentang diatas ranjang, mengambil paksa dan melempar bantal ditangan Allen jauh kesudut ruangan.
Allen terkejut dengan gerakan yang tiba-tiba, namun belum selesai ia meneriakkan protesnya, Kanda kembali menusuknya dalam dan keras "A...Apa yang...AKH!". Bibir sang samurai menyeringai lebar saat suara erotis kembali menggema diruangan itu.
Masih merasa tak cukup dan ingin sesuatu yang lebih, maka Kanda mencengkeram bagian belakang lutut Allen, berusaha melebarkan akses masuknya dengan memaksa kedua lutut untuk menekuk hingga hampir menyentuh telinga si rambut putih, sambil merangsek maju, pergelangan kaki Allen ditumpukan pada pundak kekar sang samurai.
Untung tubuh Allen sangat fleksibel karena kemampuat akrobatik sirkusnya, jika tidak pasti dia sudah terkilir atau patah tulang apalagi saat sebagian tubuhnya tak lagi menyentuh ranjang, hanya bertumpu pada pundak dan kepalanya saja, sementara sang samurai menyerang dengan tusukan dalam dan cepat. Sungguh membuat sang exorcist Eropa kepayahan karena dia merasakan penetrasi yang begitu dalam. Organ intimnya terjepit ditengah-tengah, sukses menggesek otot perut sempurna milik Kanda, tangannya kembali mengepal saat merasakan sensai kenikmatan yang begitu memabukkan.
Tak butuh waktu lama bagi Allen untuk kembali mengeluarkan hasrat tertinggi, tubuhnya melengkung keatas sementara mulutnya berteriak tanpa suara, wajahnya merah padam, penuh peluh dan air mata kenikmatan. Bagi Kanda pemandangan itu sangatlah menggairahkan, membuatnya terus mempercepat gerakan pinggulnya, ditambah cengkeraman super erat serta kehangatan dari tubuh pucat dibawahnya sukses mengantarkannya kepuncak.
"Uggh..." sebuah geraman meluncur dari mulut sang pemuda Asia, kemudian sebelum melepaskan jalinan tubuhnya, Kanda menunduk untuk memberikan sebuah ciuman dalam pada bibir merah Allen yang sudah membengkak. Sebenarnya sang exorcist Eropa merasakan sesuatu yang aneh, sensasi panas dibagian bawah perutnya seperti meresap dan sesuatu terasa bergejolak didalam sana, namun ciuman dari Kanda membuatnya lupa akan hal itu.
Kanda mengahiri ciuman panjang mereka, lalu membaringkan dirinya disamping Allen sambil menarik selimut untuk menutupi tubuh polos mereka, bagai nyala api lilin yang padam keduanya sangat cepat jatuh dalam alam mimpi, tak memperdulikan hal apapun lagi.
.
.
.
Beberapa bulan pun berlalu, keduanya sepakat melupakan hal yang pernah terjadi dan memilih untuk saling menghindar, menjaga jarak pada tiap pertemuan maupun misi. Tentu saja hal ini membuat Black Order menjadi lebih tenang, tanpa perkelahian maupun keributan yang ditimbulkan oleh Kanda dan Allen.
Tapi rupanya ketenangan itu tak berlangsung lama, seperti kata pepatah bahwa 'hari akan cerah sebelum badai besar datang', tampaknya ketenangan ini merupakan pertanda bagi masalah besar yang akan segera melanda.
.
"Ukh...Umph...Huuueeeek…!"
Lagi-lagi suara itu terdengar dari kamar mandi, hampir satu minggu lamanya Allen Walker mengawali hari-harinya dengan muntah. Mengeluarkan semua makan malam dan isi perutnya dipagi hari, tepat sesaat setelah bangun tidur. Meski setelah muntah Allen akan kembali segar bugar dan bebas beraktifitas. Mau tak mau, fenomena janggal itu membuat suster kepala sebagai penanggung jawab kesehatan menjadi cemas, apalagi tingkah sang Exorcist Eropa pun mengalami perubahan drastis.
Sudah sebulan ini emosi Allen sering berubah-ubah dan tidak stabil, tiba-tiba marah karena sebab tak jelas, tapi tak lama kemudian akan merasa sedih dan terus minta maaf pada semua orang. Membuat heran para exorcist dan finder lainnya, padahal biasanya Allen sangat tenang dan sopan. Keanehan lainnya adalah kebiasaan baru untuk memakan daun teh mentah-mentah, membuat Jerry sang koki merinding ngeri, karena persediaan teh untuk satu bulan bisa habis Allen makan satu hari.
Karena itulah Komui memutuskan untuk melakukan pememeriksaan kesehatan secara total dan hasilnya menunjukan bahwa tubuh Allen 100% sehat. Tidak ada pernyakit ataupun kerusakan pada Innocentnya, tapi ada sesuatu yang sedang tumbuh di dalam tubuh sang pemuda Eropa dan 'sesuatu' itu adalah, janin berusia tujuh minggu, tampak tumbuh dengan sangat sehat.
Seketika semua staf kesehatan di dalam ruang pemeriksaan langsung memucat, serentak semuanya memandang penuh tanya pada sang Exorcist termuda, hingga kemudian...
"KUBUNUH KAU! BA…UGH,"
GUBRAAK!
Hanya itu teriakan terakhir yang tidak selesai diucapkan oleh Allen dengan muka merah padam, sebelum kemudian dia jatuh pingsan karena syok saat diberitahu tentang kondisi tubuhnya. Tampaknya untuk beberapa bulan ke depan, Black Order tidak akan tenang lagi karena diterpa badai besar yang akan benar-benar datang menjelang.
~Bersambung~
