Disclaimer :
Kuroko no Basuke by Fujimaki Tadatoshi
Genre : , Romance, fluff
Rating : T
Original story by Miichan
Apabila terdapat kesamaan semua hanya kebetulan dan ketidaksengajaan semata.
Warning :
Shounen ai
Out of Character
AU
.
.
.
Tokyo memasuki musim dingin. Salju memang telah berhenti turun beberapa saat lalu, namun cuaca masih terasa sangat menusuk hingga tulang.
Seandainya tidak memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan, Tetsuya lebih memilih berdiam di apartementnya sambil membaca buku atau novel kesukaannya ditemani susu vanilla panas. Tetsuya semakin mengeratkan jaketnya berjalan diantara keramaian para pejalan kaki menuju tempat kerja paruh waktunya.
Kuroko Tetsuya, 19 tahun. Mahasiswa sastra Jepang Universitas Tokyo. Demi menambah uang jajan dan membantu meringankan beban orang tuanya, Tetsuya mengambil pekerjaan paruh waktu di sebuah restaurant makanan cepat saji di dekat kampusnya.
Tetsuya telah sampai di tempat kerja. Begitu selesai menaruh tas ranselnya didalam loker ruang karyawan, Kini dia mengganti baju kuliahnya dengan baju seragam yang telah di berikan atasan.
"Huwaaa Kurokochi kawaii "
"Kau pantas sekali mengenakan seragam itu tet-chan."
"Tetsu-kun, jadilah istriku(?) setelah kita lulus kuliah."
Kise Ryouta, Takao Kazunari, dan Momoi Satsuki. Mereka adalah sahabat karib Tetsuya di kampus. Mereka juga lah yang mengusulkan Tetsuya untuk kerja paruh waktu. Tetsuya sadar, sebagai anak rantau mereka tidak bisa bergantung pada uang bulanan kiriman orang tua mereka, kadang kala biaya tak terduga sehingga mengakibatkan berkurangnya jatah uang untuk membeli makan. Setidaknya jika uang bulanan kiriman orang tuanya terlambat dikirimkan, Tetsuya dan anjing peliharaannya tidak perlu khawatir akan kelaparan karena Tetsuya kehabisan uang.
"Yamete Kudasai mina." Jawabnya dengan nada yang terdengar monoton. Meski begitu rasa kesalkarena di bilang manis tak dapat ia sembunyikan.
"lagipula kenapa semua hiasan di sini berwarna merah muda ?"
Ujar Tetsuya setelah melihat seluruh hiasan di restoran tempat kerjanya. Dimana tempat itu kini dipenuhi hiasan berbentuk hati. Ada juga beragam kalimat romantis yang tertulis di beberapa sudut ruangan. Saking romantisnya Tetsuya merasa mual membacanya.
"Heeh ? Kurokochi masa kau tidak tahu-ssu?"
Kuroko hanya menggeleng tidak mengerti, Sementara yang lain hanya menghela nafas menghadapi tingkah teman biru mereka yang tidak begitu memperdulikan sekitarnya.
"Ini sudah masuk bulan Februari. Biasanya bulan identik dengan hari kasih sayang. Untuk menarik perhatian pelanggan restoran kita juga tak mau ketinggalan memasang tema Valentine" Ujar Takao memberi penjelasan.
Sekarang Tetsuya paham sekarang. Jadi itu sebabnya. Kenapa tempat ini dihias dengan berbagai macam tema cinta. Bagi orang yang memiliki pasangan tentu tempat ini menjadi tempat yang cocok untuk menghabiskan waktu berdua. Namun berkebalikan untuk yang masih sendiri, mereka hanya akan merana menyaksikan orang pasangan yang bermesraan. Disarankan bagi yang single untuk tidak berkunjung ke tempat ini sementara waktu. Yah, setidaknya sampai hari valentine berlalu. Atau datang bergerombol dengan sahabat. Yang penting tidak sendirian.
Keempat sekawan itupun kembali ke pososisi masing-masing. Sementara Tetsuya bertugas di mesin kasir. Dan mereka melakukan pekerjaannya hingga selesai.
.
.
.
"Huah... Hari ini melelahkan ssu." Ucap Kise sambil merenggangkan tangannya. Berjalan bersisian dengan ketiga temannya setelah pekerjaan mereka selesai.
"Hari ini pelanggan lebih ramai." Lanjut Tetsuya sambil menyedot segelas vanilla milkshake sebagai pengisi tenaga setelah lelah bekerja.
"Sepertinya penggunaan tema valentine cukup berhasil." Ucap Takao yang berada di samping Tetsuya.
"Eh, Ki-chan, Takao-kun dan Tetsu-kun, kalian akan kencan kemana saat Valentine nanti ?"
"Aku sudah ada janji dengan Aominecchi ssu."
"Kalau kau Takao-kun ?"
Takao memasang mode berfikir, dengan kedua tangan mengapit dagunya.
"Hm, Aku masih belum tahu, mungkin aku akan membicarakannya dengan shin-chan."
Momoi hanya mengangguk Dan tibalah saatnya Momoi bertanya pada Tetsuya.
Dengan malu-malu, kedua telunjukknya disatukan di depan.
Sudah menjadi rahasia umum jika Momoi menyukai Tetsuya. Baginya Tetsuya adalah sosok lelaki gentleman karena dia pernah ditraktir es krim saat mereka masih SMP. Padahal waktu itu Tetsuya hanya memberikan stik bertuliskan bonus eskrim gratis. Dan kebetulan hanya Momoi yang posisinya dekat dengannya. Kalaupun yang ada di sana adalah Aomine yang tak lain adalah sahabat kecil Momoi dan teman Tetsuya. Dia tetap akan memberikannya karena saat itu Tetsuya sudah tidak mau makan es krim karena takut sakit jika kebanyakan es krim.
Diantara sekian banyak orang yang menganggap Tetsuya perempuan, hanya Momoi lah yang masih menganggap Tetsuya laki-laki diantara teman dekatnya. Dan Tetsuya sangat bersyukur akan hal itu. Tapi Tetsuya hanya menganggap Momoi seperti saudara perempuannya saja.
Meskipun semua orang tahu bahwa Tetsuya termasuk dalam jajaran laki-laki manis dan uke incaran para seme. Dan sekali pernah menolaknya. Tapi Momoi tidak menyerah. Dia akan berjuang hingga titik penghabisan. Bila perlu dia yang akan bertindak sebagai seme untuk Tetsuya yang lemah lembut.
"Ne.. Tetsu-kun, Apakah Tetsu-kun sudah tahu mau pergi kemana saat hari valentine nanti ?"
"Sepertinya tidak Momoi-san."
Mata Momoi berbinar cerah. Tangannya lalu menggenggam erat tangan Tetsuya.
"Kalau begitu Tetsu-kun, Kencan denganku saja, ya ? Ya ? Ayolah Tetsu-kun.. "
"Bukankah Momoi-san akan pergi dengan Hayama-san?"
Momoi terkejut, dua matanya membola dan mulutnya terbuka meskipun tidak lebar. Dia lupa kalau akhir-akhir ini dia sedang di kejar-kejar oleh seorang laki-laki berambut pirang. Memiliki gigi taring tapi bukan vampir. Meskipun sudah dewasa tapi tingkahnya kadang kekanakan. Yang selalu merecoki dirinya ditempat kerja dan mengajaknya kencan saat valentine nanti. Lelaki yang di ketahui bernama Hayama Kotaro.
"Eh.. Tapi.. Tapi.."
"Heh... Jadi momo-chan sudah punya pacar? Kenapa tidak memberi tahu kami? Kau tidak setia kawan." Ucap Takao bermaksud menggoda teman bersurai pinknya.
"Bukan begitu..Kalian salah paham.."
Jawab momoi dengan salah tingkah.
"Tidak perlu malu momochi."
"Tidak Ki-chan, aku tidak pacaran dengannya." Momoi masih meyakinkan dan kini sambil mengibaskan tangan di depan dada.
"Hayama-san adalah manager restaurant tempat kerja kita." Ucap Kuroko ikut menimpali.
"Mou, Tetsu-kun, kenapa kau ikut-ikutan."
"Kurokochi, jadi kau sudah mengenal pacar Momochi ? Kenapa kau tidak bilang pada kami ?"
"Aku hanya kebetulan melihatnya saat dia mengajak Momoi-san kencan."
"Tapi aku belum menerima ajakannya kok Tetsu-kun."
"Tidak baik menolak pria yang menyukaimu Momo-chan, setidaknya beri dia kesempatan baru setelahnya kau bisa memutuskan apakah mau lanjut atau tidak."
"Takaochi benar, apalagi dia adalah pria mapan, masa depanmu sudah terjamin Momochi."
"Kalian apa-apaan, aku maunya dengan Tetsu-kun, aku mau kencan dengan Tetsu-kun."
Momoi bersikeras. Kini dia merengek dan merangkul lengan Tetsuya.
"Aku tidak bisa Momoi-san, aku sudah berjanji untuk menggantikan pekerjaan Hyuga-san."
Momoi menunduk kecewa. Harapannya pupus ketika orang yang diharapkannya akan menjadi teman kencannya memilih menggantikan pekerjaan orang lain.
"Kalau begitu aku juga akan bekerja menemani Tetsu-kun."
Kuroko menaikkan alianya. "Lalu bagaimana dengan kencanmu Momoi-san ?"
"Aku tidak peduli, lagipula aku tidak begitu menyukainya." Rasa jengkel masih menyelimuti Momoi mengingat laki-laki yang selalu mencoba mendekatinya. Membuatnya terganggu.
Namum ekspresinya berubah kembali ceria ketika melihat Tetsuya.
"Sebagai gantinya nanti aku akan membuat coklat untuk Tetsu-kun,kita bisa memakannya bersama nanti. Tenang saja Ki-chan dan Takao-kun juga kebagian kok."
Takao dan Kise membatu. Masakan Momoi adalah salah satu senjata beracun yang paling mematikan. Itu akan berguna jika mereka sedang berperang, masakan momoi dapat di gunakan sebagai senjata rahasia untuk mengalahkan musuh. Berlebihan memang, Tapi mereka sudah cukup trauma mencicipi masakan momoi, waktu itu mereka belum mengetahui 'bakat' momoi dalam memasak. Dan setelahnya mereka benar-benar tidak ingin kejadian kelam itu terulang kembali.
"E-eto.. Momochi, kau tidak perlu membuatnya untuk kami ssu. " ujar Kise dengan takut.
"Benar Momo-chan, kalau kau memang benar-benar membuatnya, buat saja untuk Tet-chan."
"Iya ssu, itu lebih baik. "
Meskipun dari luar mukanya tampak datar, Tapi dalam hati Tetsuya kesal. Dia tidak mau dijadikan tumbal. Kemana jiwa 'Korsa' yang selalu mereka kumandangkan saat ospek mahasiswa baru, ? slogan untuk mempererat persahabatan antar mahasiswa yang selalu berbagi apapun yang mereka miliki baik saat senang maupun susah, sebagai satu untuk semua dan semua untuk satu ?.
"Momoi-san. Yang mereka katakan benar.Kau tidak perlu repot membuat coklat untuk kami. Tapi jika kau memaksa, aku ingin mereka berdua juga, Aku tidak mau makan kalau kita semua tidak makan coklat buatan Momoi-san" Tetsuya berkata sambil melirik Takao dan Kise tajam.
"ehhh ??" Kise dan takao berteriak kaget setelah mendengar perkataan Tetsuya. Mereka menatap kearah Tetsuya. Sementara yang ditatap hanya melotot ke arah mereka. Seperti melakukan telepati mereka seperti memahami isi pikiran Tetsuya yang berkata 'Aku tidak mau mati sendiri'.
"Momocchi tidak usah repot-repot ssu. "
Kise buru-buru memberikan penolakan.
"Benar Momo-chan, lagi pula kau pasti tidak akan punya waktu." Takao ikut menimpali. Memasang ekspresi yang meyakinkan supaya Momoi membatalkan niatnya.
"Jangan khawatir Takao-kun, aku sudah berlatih kok, aku jamin akan selesai tepat waktu." Ucap momoi dengan percaya diri.
'Justru itu membuatku semakin khawatir' batin Kise, Takao dan Kuroko secara bersamaan.
"Ti-tidak usah momo-chan,"
"Waktu adalah uang ssu, daripada membuat coklat lebih baik bekerja ssu"
"Mou, Kalian ini kenapa sih ? Aku kan hanya membuat coklat untuk kalian." Ucap momoi sebal, kakinya dihentakkan ke tanah dan pipinya di gembungkan.
"Pokoknya tidak perlu Momochi" Teriak Kise frustasi.
"Kau buat untuk Tet-chan saja "
Lalu momoi menatap Tetsuya "Tetsu-kun bagaimana ?"
"Aku tidak mau makan jika mereka tidak ikut makan."
"Tuh.. Tetsu-kun bilang dia tidak mau makan kalau kalian juga tidak ikut makan."
Sepanjang perjalanan hanya berisi perdebatan trio berisik. Momoi masih memaksa untuk membawakan coklat. Sedangkan Takao dan Kise berusaha mencegah momoi untuk tidak memasak untuk mereka.
Sedangkan Kuroko ? Dia sedang berdoa semoga ada meteor jatuh menimpa dapur rumah momoi. Sehingga kesehatan dia dan teman-temannya bisa terselamatkan.
.
.
Tetsuya duduk di meja belajarnya. Setelah pulang dari kerja paruh waktu Tetsuya masih menyempatkan diri untuk belajar. Mempersiapkam materi untuk kuliah besok.
Manik Cureleannya melihat kalender kecil yang ada di dekat meja. Beberapa hari lagi tanggal 14 februari yg artinya adalah hari kasih sayang, hari dimana pasangan kekasih saling menunjukan kasih sayangnya pada pasangan masing-masing.
Tetsuya menghela nafas panjang. Dari sejak dilahirkan hingga sekarang dia belum pernah merasakan merayakan valentine bersama pacar. Jangankan pacar, teman dekat saja Tetsuya tidak punya. Momoi tidak masuk hitungan. Karena mereka adalah teman sejak kecil. Tak sedikitpun dia tertarik dengannya.
Tetsuya sering mendengar berbagai macam kalimat cinta. Namun perasaan cinta itu sendiri seperti apa? Dia tak pernah tahu. Rasa gugup dan jantung yang berdetak cepat saat bertemu orang yang disukai seperti yang sering dia baca pada novel belum pernah dia rasakan. Tetsuya kadang bertanya akan kenormalannya. Dia tak pernah merasa tertarik kepa laki-laki maupun perempuan sebelumnya.
Sudahlah, daripada memikirkan masalah pacar, Tetsuya memilih melanjutkan melanjutkan belajarnya.
.
.
Mobil hitam berlambang bintang segitiga berhenti tepat didepan restoran cepat saji tempat Tetsuya bekerja.
Tiga orang lelaki berpakaian formal mengenakan setelan jas mahal keluar dari mobil. Satu orang bertubuh jangkung berambut hitam legam. Satu lagi bertubuh tinggi besar dan memiliki wajah menyerupai preman. Dan satu orang lagi berjalan paling depan memimpin dua orang lainnya. Tingginya memang di bawah kedua orang sebelumnya. Tapi apalah arti tinggi badan jika dia memiliki kejeniusan diatas rata-rata. Membuatnya menjadi seorang pemimpin perusahaan termuda. Aura kepemimpinan yang dimilikinya begitu kuat. Semua orang tunduk pada perintahnya. Sungguh Tuhan maha adil kepada makhluk ciptaan-Nya.
"Akashi..." Sapa Kotaro yang menyambut kedatangan Akashi. Dia sudah di beritahu oleh Reo selaku sekretaris jika Mereka akan datang meninjau di tempatnya bertugas.
Si lawan bicara hanya mengangguk singkat.
"Bagaimana perkembangan di sini ?"
"Seperti yang kau katakan, membuka restoran cepat saji di dekat lingkungan kampus memang tepat."
Jawab Kotaro menjelaskan kepada sang Atasan.
Namanya adalah Akashi Seijuurou. Seorang pewaris kerajaan bisnis Akashi. Memiliki surai merah mutlak keturunan klan nya. Dua manik matanya berbeda warna merah delima di kanan dan kuning emas di kiri. Membuatnya semakin terlihat superior di mata orang lain. Dia juga adalah pemilik jaringan restoran cepat saji yang telah membuka banyak gerai di berbagai kota.
Seijuurou bukanlah orang yang menyukai makanan cepat saji. Tapi melihat prospek yang begitu menjanjikan. Seijuurou tertarik untuk membangun bisnis frenchise fastfood. Meskipun sebenarnya kurang menyehatkan, Namum peminatnya sangat besar, terutama kalangan pelajar dan mahasiswa yang menyukai makanan enak tapi terjangkau. Bisnis ini hanyalah satu dari sekian banyak usaha yang dimiliki oleh Keluarga Akashi. Dia mempercayakan Hayama Kotaro untuk menjalankan cabang di sini.
Dan sekarang dia datang untuk melihat perkembangan bisnis yang baru di cobanya setahun belakangan ini.
Setelah sedikit berbincang, Seijuurou memutuskan keruangan manager untuk menerima laporan.
.
.
"Akashi, Tidak bisakah kita pesan makanan dulu ? Bujuk bawahan Akashi yang bertubuh kekar. Begitu mereka selesai melakukan kunjungan.
"Kita tadi sudah makan siang, dasar Gorila !"
"Aku tidak bertanya padamu, banci !"
"Jika kalian berdua masih ribut akan kurobek mulut kalian. Dan Eikichi aku tidak suka membuang waktu."
"Maaf, Sei-chan."
"Maaf, Akashi. "
Ketika akan meninggalkan restaurant, mata heterokrom Seijuurou menangkap sesosok makhluk putih Kombinasi biru muda. Di balut seragam khas restaurant cepat saji kombonasi orange dan merah muda dibagian kerahnya lengkap denfan topi. Terlihat begitu manis meskipun ekspresinya datar. Tapi samasekali tidak mengurangi pesonanya.
Berulangkali Seijuurou mengedipkan matanya, Memastikan makhluk yang dilihatnya itu apakah nyata atau hanya pantulan fatamorgana dipadang jiwanya yang gersang karena telah lama dia kehilangan kasih sayang. Setelah beberapa saat memastikan. Akhirnya dia sadar bahwa makhluk manis yang dilihatnya merupakan manusia. Tidak, lebih tepatnya malaikat yang menjelma menjadi manusia.
"Eikichi, Aku berubah pikiran. Pesanlah semaumu. Pesan yang banyak. Jangan terlalu cepat menghabiskannya."
"Sei-chan.? " Reo yang merupakan sekretarisnya tampak kaget dengan perkataan atasannya barusan.
"Tapi Akashi, Kau bilang kau ingin cepat pulang."
" Ini Perintah ! "
Perintah macam apa yang menyuruh orang menesan banyak makanan. Bahkan menyuruh untuk tidak cepat menghabiskan.
"Ba-baiklah"
Begitu mendapat perintah, Pria tegap berotot itu langsung menuju counter untuk memesan banyak makanan. Setelah Nebuya Eikichi memesan. Dia kembali kemeja yang tadi didudukinya bersama Akashi dan Reo.
Sementara Akashi tak sedikitpun mengalihkan pandangannya. Pada Sosok yang dia rasa adalah jelmaan Putri Kaisar langit. Mengingat Surainya yang berwarna biru muda. Akashi yakin surai itu sangat lembut bagaikan benang sutra. Lalu mata biru bulatnya yang jernih yang dapat membuatnya semakin tenggelam dalam pesonanya. Kulit putihnya membuatnya ingin menandainya dengan tanda kepemilikan. Dan bibir mungil merah mudanya yang di yakini menggoda siapapun untuk menciumnya. Pertama kali dalam hidupnya Akashi sangat tertarik pada seseorang hingga ingin memiliki. Dan saat itu juga seorang Akashi Seijuurou merasakan cinta pada pandangan pertama.
"Kau tidak pesan makanan, Sei-chan ?" Tanya Reo yang melihat Akashi tampak tidak memesan sesuatu. Tapi malah sibuk memperhatikan sesuatu.
"Aku akan pesan nanti "
Memilih tak menanggapi. Reo membuka bungkus burger yang dipesannya. Dan memakannya dengan khidmat.
"Are, Kalian belum pulang ?" Tanya Kotaro yang sedikit terkejut melihat Akashi dan kedua temannya yang ternyata belum pergi.
"Sei-chan bilang dia masih ingin disini"
"Kotaro, Siapa anak yang berdiri di meja kasir itu ?"
Akashi langsung bertanya pada Kotaro. Matanya masih tertuju pada sosok Kuroko Tetsuya yang tengah melayani pelanggan.
Kotaro Menoleh kearah tempat yang ditunjukkan Akashi.
"Oh, dia Kuroko Tetsuya. Dia bekerja paruh waktu disini."
"Dia masih sekolah ?" Tanya Akashi semakin penasaran.
"Dia kuliah. Mahasiswa Sastra Jepang Universitas Tokyo."
Akashi mendelik penuh curiga. Entah kenapa dalam hatinya merasa tidak suka melihat Kotaro yang seperti tahu segalanya tentang Tetsuya.
"Kau sepertinya sangat mengenalnya Kotarou."
"Dia kan Karyawan yang menjadi tanggung jawabku, Akashi."
Akashi masih belum percaya dengam jawaban yang diberikan Kotaro.
"Termasuk mencari tahu jurusan kuliah karyawanmu ?" Jawab Akashi dengan sedikit nada kesal cenderung cemburu.
Kotaro tampak bingung melihat Akashi yang tampak marah. Adalah hal wajar untuknya untuk mengetahui latar belakang pegawai yang akan direkrutnya apalagi untuk pekerja paruh waktu. Lalu matanya membelalak seakan menyadari sesuatu.
"Akashi, jangan-jangan kau . . ."
"Aku kenapa Kotaro ?"
"Kau menyukainya ?"
"Eh ? Sei-chan menyukai seseorang ? mana orangya ? " Mibuchi tiba-tiba heboh sendiri. Hingga kotaro mengingatkan agar mereka tak terlalu menarik perhatian.
"Memangnya kenapa ? Tidak boleh ?"
Jawab Akashi dengan sinis.
"Ti-tidak, aku hanya agak kaget. " ucap Kotaro canggung, menggaruk tengkuk. Lalu pandangannya kembali. menoleh pada Tetsuya.
"Tapi dia memang manis sih." Ujar Mibuchi ikut memperhatikan Tetsuya.
" Jadi Kotaro, Apa kau juga menyukainya ?"
Kotaro tentu terkejut dengan tuduhan tiba-tiba Akashi. Dengan cepat dia menyanggah, takut nyawanya akan terancam. Lagipula dia memang tidak memiliki perasaan khusus pada Tetsuya.
"A-Apa ? Ti-tidak kok, Akashi. Dia memang manis tapi aku lebih menyukai Momoi Satsuki daripada dia."
"Momoi Satsuki ? Siapa dia ?"
"Dia juga bekerja disini, Dia teman dekat Kuroko. Dialah yang mengajak kuroko untuk bekerja paruh waktu disini."
"lihat itu dia !" Kotaro menunjuk dengan suara lirih. Semua pandangan tertuju pada si gadis berambut merah muda yang sedang mengantar pesanan.
"Aku tidak kaget sih, itu memang selera kotaro-chan. "
"Kau pintar memilih juga ya pirang "
"Tentu saja" jawab Kotaro dengan bangga.
Rasa cemburu yang sempat mampir tadi berubah menjadi perasaan lega begitu mengetahui jika Kotaro bukanlah saingan cintanya. Meskipun jika itu adalah benar, Akashi Akan merebut
malaikat birunya dari siapapun yang memilikinya.
"Kalau begitu bagus." gumam Akashi.
Sudah diputuskan. Bahwa Akashi akan mendapatkan Tetsuya.
Akashi bangkit dari kursinya. Berjalan menuju tempat diamana Tetsuya berdiri.
Berjalan dengan elegan. Mengabaikan tatapan pengunjung yang menatapnya penuh puja.
"Silahkan, Mau pesan apa ? "
Suara lembutnya begitu merdu ditelinga Akashi. Bisa dibayangkan jika suara itu nanti akan terus memanggil namanya di kombinasikan dengan suara serak-serak basah yang di akibatkan oleh perlakuan Akashi yang membuatnya mendesah.
Ah, sial ! umpat Akashi dalam hati. Untuk pertama kalinya dia berfikir hal kotor pada orang yang baru saja dilihatnya. Jika dia bisa Akashi ingin langsung membawa pulang Tetsuya mengurungnya di mansion dan tidak dia biarkan pergi. Sayangnya dia tidak boleh gegabah, dia tidak ingin Tetsuya kabur karena takut padanya.
"Aku pesan satu hot espresso" Nadanya terdengar sensual, biasanya para perempuan ataupun para uke akan langsung jatuh dalam pesonanya. Namun Tetsuya tidak. Dia masih memasang wajah tanpa ekspresi, tak terpengaruh sedikitpun dengan gesture menggoda Akashi.
Bagi Akashi dirinya semakin tertantang mengingat selama ini dialah yang menjadi incaran. Sekarang Akashi lah yang harus berusaha menakhlukkan.
"Baiklah tunggu sebebtar. Semuanya 800 yen"
Akashi mengeluarkan dompetnya. Kemudian membayar dengan uang 10 ribu yen.
"Ini kembaliannya, Silahkan mengambil di counter pengambilan. "
"Apa tidak bisa di sini saja ? "
Dahi Tetsuya berkerut mendengar permintaan aneh pelanggannya.
"Untuk mengambil makanan harus lewat counter pengambilan."
"Aku malas."
"Tapi-"
"Bukankah pembeli adalah raja ?"
"iya, tapi tuan, itu adalah peraturannya. "
"siapa peduli dengan peraturan"
"tapi saya tidak bisa melayani pelanggan nanti."
"suruh temanmu membawa kesini"
Jawab akashi bertitah.
Kemudian wajahnya menunjukkan seringai.
"lagipula sebentar lagi kau hanya akan melayaniku saja"
"Maaf, tadi tuan bilang apa ? "
"Tidak. Ngomong-ngomong kau belum memberikan minumanku"
Salah siapa daritadi berdiri di sini ?. Batin Tetsuya dongkol. Selama bekerja Tetsuya baru kali ini menghadapi pelanggan yang 'antik' seperti Akashi.
Namun Tetsuya masih berusaha sabar, dia tahu dia harus tetap melayani pelanggan dengan benar. Tidak boleh dengan Emosi.
Sedikit ada harapan, ketika Koganei lewat di dekatnya.
" Kogane senpai ! "
"Kuroko ? Ada apa memanggilku."
Kuroko dan Koganei kemudian terlibat pembicaraan kecil sambil berbisik. Dapat dilihat Koganei sedikit kaget. Sempat melihat ke arah Akashi. Kemudian nyalinya mencut setelah melihat tatapan mematikan Akashi. Lalu dia segera bergegas keruang belakang diiringi Tetsuya membungkukkan badan.
"Mohon tunggu sebentar, Pesanan anda akan segera datang."
Jangankan menunggu sebentar. Berdiri berjam-jampum Akashi rela jika itu bisa membuatnya selalu berada di dekat Tetsuya. Bahkan Akashi berharap pesanannya tidak datang agar bisa puas memperhatikan Tetsuya.
Tetsuya bukannya tidak tahu jika dia tengah ditatap begitu intens oleh makhluk berkepala merah yang ada di hadapannya. Dia merasa ditelanjangi. Tapi Tetsuya berusaha menyembunyikannya di balik tampang datar yang dia miliki. Anggap saja patung maskot yang baru di pajang.
Tetsuya bisa bernafas lega ketika Koganei datang membawa pesanan Akashi.
"Kuroko. Ini Pesanannya."
"Maaf merepotkan senpai." Jawab Kuroko sambil menerima secangkir kopi espresso yang masih panas.
"Ini pesanan anda Tuan."
Akashi memasang senyum menawan.
"Terimakasih, Tetsuya."
Tetsuya kaget mendengar Akashi yang memanggil nama depannya. Saking kagetnya mendengar Akashi memanggilnya dengan nama depan, ia hanya bisa terdiam membatu sambil memandang punggung Akashi yang menjauh.
"Tet-chan... kau baik-baik saja ? "
Takao bertanya pada Tetsuya yang daritadi terlihat sedang melamun. Saat mereka ditugaskan untuk membereskan meja dan kursi.
Sejak kejadian pemanggilan nama depan oleh Akashi. Tetsuya terus memikirkan Akashi. Bukan karena tertarik, hanya sedikit syok karena dipanggil dengan nama kecil oleh orang yang baru saja di temui. Setelah menerima pesanannya, Pria berambut merah itu hanya duduk diam dan memperhatikannya. Membuat Tetsuya tidak dapat bekerja dengan tenang. Bahkan saat Akashi hendak keluar dari restaurant. Akashi sempat berpamitan pada Tetsuya. Tetsuya tidak peduli, Dia bukan ibunya atau keluarganya. Kenapa Akashi harus bilang kalau dia akan pulang padanya.? Dan satu hal lagi kenapa orang itu langsung sok akrab dengan memanggil nama depannya.
"Takao-kun, apa kau kenal orang berambut merah tadi ?"
"Maksudmu Akashi Seijuurou ?"
"Jadi orang itu bernama Akashi Seijuurou ?"
"Dia adalah pewaris Akashi Group. Restaurant kita ini juga bagian dari bisnis keluarga Akashi."
"Memangnya dia terkenal ya ? "
"Astaga Tet-chan.. Jangan-jangan kau tidak tahu siapa itu Akashi Seijuurou ?" Tanya Takao dengan nada kaget.
Tetsuya hanya menggelengkan kepalanya dengan tampang polos. Membuat Takao menghela nafas lelah.
"Lihat ini " Takao menunjukkan ponsel pintarnya. dibukanya aplikasi mesin pencari terbesar di internet. Hanya menuliskan nama Akashi Seijuurou muncullah berbagai artikel tentang dari pewaris keluarga Akashi tersebut.
"Lalu lihat itu" Kemudian Takao menunjukkan siaran televisi yang sedang menayangkan berita Akashi Seijuurou.
"Dan ini juga" Setelahnya Takao menunjukkan beberapa majalah bisnis Dengan wajah Akashi Seijuurou yang menghiasi sampulnya.
Tetsuya tidak menyangka bahwa pelanggan menyebalkan tadi adalah salah satu orang terpenting dalam perekonomian negri.
"Maaf saja, aku kan bukan pengamat ekonomi." Jawab Tetsuya dengan cemberut.
Takao hanya geleng-geleng kepala menghadapi tingkah Tetsuya.
"Dasar."
.
.
Setelah mengetahui profil Akashi Seijuurou Tetsuya pikir Lelaki berambut merah itu tidak akan datang lagi ke tempatnya bekerja. Mengingat jabatannya sebagai pemimpin perusahaan pasti Akashi memiliki segudang kesibukan. Kemarin kebetulan memang Akashi datang untuk meninjau restauran, Tetsuya juga menganggap tingkah aneh Akashi merupakan bagian dari penilaian sikap karyawan, Tetsuya berharap mendapat nilai memuaskan mengingat dia sudah dengan sangat sabar menghadapi Akashi yang menyebalkan. Dan Akashi tidak akan sempat untuk mampir di restoran.
Namun perkiraan Tetsuya meleset. Dari arah pintu Tetsuya melihat Akashi masuk dengan di dampingi dua pengawal setianya. Siapa lagi kalau bukan Nebuya dan Mibuchi.
Tetsuya tentu sangat terkejut. Matanya masih membola menyaksikan kedatangan Akashi. Untuk apa orang seperti Akashi seijuurou mau repot meluangkan waktunya datang ke restoran cepat saji bukannya di restaurant mewah bintang lima. Dan saat ini orang itu tengah memandangnya dengan senyum yang tak dapat di artikan.
"Halo Tetsuya. " Sapa Akashi yang telah berdiri di depan Tetsuya. Keduanya hanya terhalang meja kasir.
"Kau ingin pesan sesuatu ?" Tetsuya mencoba bersikap seperti biasa. Dengan menjawab dengan datar.
"Sebenarnya aku tidak ingin memesan makanan dan minuman. "
"Lalu kenapa kau kesini kalau tidak memesan ?"
"Aku hanya ingin melihatmu." Jawab Akashi dengan senyum tampannya.
yang dipastikan membuat para wanita dan uke manis ingin segera di sah kan, sayangnya Tetsuya hanya memasang ekspresi sedatar papan, membuat hati Akashi retak tak karuan, namun jangan sebut dia Akashi jika menyerah ditengah jalan, sebelum Tetsuya bisa dia bawa kepelaminan.
"Aku bukan lukisan yang bisa kau pandangi."
"Kalau di sentuh mau ?"
"Apa ?!"
"Bercanda"
"Bercandamu tidak lucu Akashi-san."
"he...? Tetsuya sudah mengetahui namaku padahal aku belum memperkenalkan diri. Aku tidak menyangka kau sudah jadi stalkerku secepat ini."
"Maaf Akashi-san. Tapi anda jangan terlalu percaya diri. Semua orang tahu siapa anda."
"Tetsuya ternyata Tsundere. Tapi tidak masalah "
Jika saja Tetsuya tidak sedang bekerja dia sudah senang hati meng ignite pass tubuh Akashi. Namun dia masih berusaha sabar. Ibunya bilang orang yang sabar pasti rezekinya besar.
"Jika anda tidak memesan, tolong anda pergi dari sini. Anda menghalangi pelanggan lain."
"Kau mengusirku ?"
"Tidak. Jika belum memutuskan apa yang kau pesan. Lebih baik Akashi-san duduk saja dulu."
"Kau takut aku kelelahan ? kau baik sekali Tetsuya."
"Aku tidak pernah bilang begitu."
"Baiklah kalau kau memaksa, beri aku espresso."
"Semuanya 800 yen"
Akashi kemudian memberikan uangnya.
"Bawa kesini saja. Aku tidak mau mengambilnya kesana."
Tak mau menanggapi. Tetsuya lalu mengambil uang yang diberikan Akashi dengan cekatan dia menyerahkan uang kembalian. lalu meminta rekannya untuk mengambilkan pesanan Akashi. Tidak ada yang protes ini karena semua karyawan telah mengetahui identitas Akashi yang sebenarnya.
"Tetsuya sudah lama bekerja disini ?"
"Baru dua bulan."
"Kenapa Tetsuya mau bekerja paruh waktu ?"
"Apa itu penting ?" Tetsuya menjawab ketus. Tidak peduli status Akashi. Ini sudah masuk privasinya. Dan Tetsuya tidak suka Akashi bertanya masalah pribadinya.
"Penting. Karena aku harus tahu alasan calon istriku bekerja keras seperti ini."
"Maaf mengecewakanmu Akashi-san. Tapi aku ini laki-laki."
"Aku tahu."
"Kalau begitu kenapa kau ingin menjadikanku isteri ?"
"Karena aku yang akan jadi suamimu. "
"Sesama laki-laki tidak boleh menikah."
"Siapa bilang ? semua orang berhak menikah dengan siapapun."
"Tapi tidak bisa punya anak"
"Tetsuya tidak tahu ada laki-laki bisa hamil dan aku yakin kau adalah salah satunya."
"Kau terlalu percaya diri "
"Aku selalu benar Tetsuya."
"Tidak ada manusia yang seperti itu Akashi-san."
"Mau bukti ? kita bisa mencobanya ."
"Apa ? ti-"
"Kuroko !"
Perkataan Tetsuya terhenti ketika rekan Tetsuya yang mengantar minuman pesanan Akashi. Kemudian dengan segera menyerahkannya kepada Akashi agar makhluk pengganggu ini segera pergi.
"Ini pesananmu. Sekarang duduklah dengan tenang di Kursi Akashi-san."
Akashi menerima dengan tatapan sedikit kecewa.
"Padahal Aku masih ingin mengobrol denganmu"
" Meja kasir bukan tempat mengobrol. "
"Kalau di kamar Tetsuya mau mengobrol denganku ?"
Tersuya mendesah lelah. Siapa yang mengira bahwa laki-laki yang ada di depannya ini begitu menjengkelkan. Bahkan sudah berani membicarakan kamar dan pernikahan di pertemuan kedua mereka. Seolah mereka sudah sering bertemu.
"Jangan mendesah begitu Tetsuya. Kalau kau mau aku bisa membuatmu lebih mendesah dalan artian yang sebenarnya." Ucap Akashi sambil menampilkan senyum yang menurut Tetsuya tampak mesum.
Dan wajah Tetsuya seketika menjadi merah hingga menyerupai rambut Akashi setelah mendengar kalinat vulgar seperti itu. Kamisama, Tetsuya tidak kuat. Tetsuya lelah menghadapi makhluk merah yang ternyata mesum dan tidak memiliki sensor di mulutnya. Apakah benar Akashi Seijuurou yang sering terlihat di depan media dan orang yang menggodanya saat bekerja itu adalah orang yang sama. ?
Sementara Akashi hanya tertawa setelah puas menjahili si pujaan hati. Dia puas bisa memancing ekspresi lain dari wajah yang selalu datar. Sungguh betapa hebatnya seorang Kuroko Tetsuya yang bisa membuat Akashi bertingkah seperti bukan dirinya.
.
.
"Lihat, dia bahkan tersenyum " Mibuchi reo yang dari tadi memperhatikan bos sekaligus mantan adik kelasnya berbisik kepada Kotaro dan Eikichi.
"Kau benar Reo-nee, dia tidak pernah seperti ini sebelumnya."
"Apakah ini tanda Akashi corp akan bangkrut ?
"Baka gorila ! aku adukan pada sei-chan tahu rasa kau."
"Habisnya Akashi jadi aneh setelah melihat anak itu. "
"Makanya jangan selalu memikirkan otot dan makanan saja Nebuya. Kau tidak tahu kalau rasanya jatuh cinta itu... bisa membuatmu melakukan hal yang tidak pernah kau bayangkan sebelumnya." Kotaro berkata dengan dramatis sambil memegang dada sebelah kirinya.
"Kau kan memang selalu tergoda dengan wanita cantik Kotaro." Ucap mibuchi dengan sanksi.
"Aku yakin kau menyukai gadis itu karena dadanya yang besar." Nebuya ikut menimpali.
Wajah lelaki pirang itu seketika merah karena malu.
"Kali ini aku benar-benar jatuh cinta Reo-nee, Aku tidak bohong."
Meski sudah di jawab begitu Reo tetap tidak langsung percaya. Dia sudah hafal tingkah temannya itu.
Terlalu larut dalam pembicaraan, mereka tidak menyadari bahwa Akashi telah ada di hadapan mereka.
"Apa yang kalian lakukan ?"
Kaget. Ketiga orang itu buru-buru bangkit dan kembali di posisi masing-masing.
"Tidak apa-apa, Akashi."
"Iya, Tidak ada masalah kok Sei-chan."
"Kita disini tidak untuk bersenang-senang. Cepat selesaikan pekerjaan kalian."
"Baik ."
Sebenarnya demi melihat Tetsuya. Akashi menyelesaikan pekerjaan kantor lebih cepat. Beberapa dia bawa untuk di kerjakan direstoran ini. Memeriksa dokumen sambil ditemani Tetsuya merupakan penambah semangat untuk sang C.E.O muda.
Ketiganya pun mengeluarkan beberapa dokumen dari dalam tas. Merekapun mengerjakan laporan di salah satu meja yang berlalih fungsi menjadi meja diskusi dadakan.
.
.
.
Tetsuya merebahkan dirinya di kasur empuk di apartementnya. Tubuhnya sudah terasa pegal di seluruh bagian. Lelah raga dan jiwanya. Sudah tiga hari dia bekerja selalu di ganggu Akashi. Bahkan meskipun dia berganti jadwal tugas malah semakin membuat Akashi menjadi lebih sering manggilnya. Ada saja alasan agar Tetsuya bisa melayaninya. Tetsuya jadi harus mondar-mandir dari dapur hanya untuk mengantarkan pesanan Akashi.
Belum lagi tindakan modus yang dilakukan Akashi yang sengaja menyentuh tangannya saat dia menyerahkan minuman.
Pikirannya menerawang tentang sosok Akashi. Ber Kalau dipikir-pikir Akashi itu tampan. Takao bilang banyak gadis yang menyukai Akashi. Namun hanya sedikit yang berani mengatakannya. Sekalinya ada yang berani mengatakan pasti akan langsung ditolak.
Selain itu banyak yang bilang Akashi adalah orang yang menyeramkan. Dia tak segan mengancam bawahannya jika target tidak terpenuhi, dan satu hal lagi yang menurut Tetsuya tidak masuk akal, yaitu Akashi suka membawa gunting.
"Apa-apaan itu? dia hanya orang yang mesum."
Gumam Tetsuya bermonolog sendiri. Seraya memiringkan badannya sambil memeluk guling.
Entah sejak kapan bayangan sosok laki-laki berambut merah itu memasuki pikirannya. Suara Akashi selalu terngiang di telinganya. Lalu wajah menawan itu muncul ketika dia memejamkan mata.
Tetsuya melotot dengan lebar, matanya yang sudah besar menjadi semakin besar. Terbangun dari tidurnya karena Akashi yang sudah tanpa ijin masuk kedalam mimpinya.
"Tidak, ini terlalu cepat." Ucap Tetsuya pada dirinya sendiri. Tangan kanannya memegang dada kirinya.
.
Bersambung
.
.
Sebenernya mau di jadiin one shoot tapi kepanjangan XD
akhirnya dipecah jadi two shoot.
