...

Pintu terbuka tepat saat malam semakin larut, di saat jarum jam berdiam di tempat yang sama, pukul 24:00.

Malam yang begitu sunyi dan sepi. Gelap, namun cahaya rembulan yang menyelinap melalui celah jendela yang terbuka membuat ruangan berubah temaram. Menyorot pada si kecil yang terlelap tenang, bernafas seirama dengan detikan jam hingga dada itu naik dan turun teratur.

"Maaf, aku pulang terlambat lagi."

Suara derit tempat tidur tidak mengganggu apalagi sampai membuatnya membuka mata. Dia tetap mendekur halus layaknya seekor anak anjing yang menggemaskan, mengundang pula senyuman pada belah bibir pria yang datang.

Rambut kecokelatannya diusap serta di kecup pipi juga bibirnya dengan lembut, tidak merasakan risih sama sekali pada fakta kalau mereka adalah saudara. Dia tidak peduli. Lagipula, bukankah cinta memang tidak memandang siapa dirimu?

Love is freedom, itu kata yang selalu ia pegang hingga kini.

Pria itu mendekapnya dengan posesif, melingkarkan tangan untuk mengusap perut sang saudara dari dalam ketika si mungil bergerak pelan dalam tidur. Mungkin mulai terganggu.

"Bagaimana bisa aku menjauh jika pesonamu terus menjeratku." Dia berkata, mengecup tengkuk juga tak lupa memberikan hisapan hingga si empunya melenguh samar. "Aku akan tetap mencintaimu, apapun yang terjadi."

Sang pria kembali mendekatkan wajah pada ceruk leher, merapatkan tubuh sebelum kemudian berbisik halus di telinga.

"Jadi jangan paksa aku menjauh…."

.
Hydrangea

Pairing:
Park Chanyeol x Byun Baekhyun

Genre:
Romance and Drama

Warn : YAOI, BL. Mature content. Incest. Love Triangle. If u don't like just skip or close u'r tab.

Original Story by
Shiro Park and izahina98

Don't like? Don't read!

.

Pagi menjelang, membuat cahaya mentari mengintip dari celah gorden bermotif awan di kamar yang tersingkap di tiup angin. Terlihat minimalis namun barang yang tertata rapih membuatnya nampak nyaman untuk dipandang mata.

Dan dua orang pria di atas ranjang nyatanya masih tidak terusik sama sekali, menjelajahi mimpi yang membuat mereka enggan membuka mata.

KRIING.

Namun suara dering jam weker itu benar mengusik telinga, membuat salah satunya mengerang tak nyaman. Bertambah kesal saat sinar menyorot dan menyilaukan mata, berkedip beberapa kali dia lakukan dengan tangan yang refleks mengambil benda yang masih juga berdering rusuh di pagi hari.

Dengan malas ia berusaha menjangkau walau agak sulit karena ada lengan yang masih setia melingkari perutnya begitu erat. Dia berkedip sekali lagi sebelum terbelalak ketika melihat deretan angka disana, membuat pria itu terkejut dan melompat dari ranjang empuk saking terkejutnya.

"Yak! Baekhan bangun! Kita terlambat!" Jeritan di pagi hari yang memaksa pria satunya untuk membuka mata yang terlalu rapat terpejam. "Memangnya ini jam berapa?" Katanya dengan santai, mengambil posisi duduk sambil memperhatikan saudaranya yang bergerak heboh di awal hari.

"Demi Tuhan! Ini jam 08:00 pagi dan aku memiliki ujian di jam pertama!"

Baekhan tersentak kemudian berteriak, "APA!"

Dalam keadaan setengah sadar, Baekhan cepat-cepat menyambar handuk dan berlari ke arah kamar mandi. Sayangnya satu detik dia hampir mencapai pintu, dirinya sudah di dahului oleh saudara kembarnya yang rusuh itu.

BRAK.

Sepertinya dia harus mengalah lagi hari ini.

Mandi secepat kilat, berlari tergesa untuk mengejar bus dan belum lagi harus berdiri berdesakan di sepanjang jalan. Benar-benar hari yang begitu melelahkan.

Untungnya, mereka berhasil mencapai gerbang sekolah sebelum Pak Jeon menutupnya, membuat dua pria itu bernafas lega juga mengelus dada tanpa sadar. Menyadari masih banyak para siswa yang berkeliaran di sekitaran lorong sekolah.

"Ya ampun, untung-hah.. untung saja kita masih sempat." Baekhyun berucap dengan tubuh sedikit terbungkuk, begitu kepayahan menarik nafas. Tidak seperti saudara kembarnya yang nampak biasa saja, mengambil beberapa buku dari loker.

"Mau ke kantin dulu untuk membeli minum? Wajahmu pucat." Katanya sambil mengangkat dagu Baekhyun.
Pria manis itu menggeleng, "Tidak." Nafasnya masih terengah. "Aku harus segera ke kelas sebelum ujian di mulai."

Baekhan mengangguk mengerti, tak segan menarik tangan sang saudara agar dia mengikuti langkahnya. Selalu seperti ini dan bagi mereka yang melihat sudah tidak terkejut lagi. Baekhan memang seperti itu, selalu memanjakan Baekhyun dan tidak segan-segan memukul siapa saja yang berani menjahilinya.

Tidak percaya? Kalian bisa tanyakan pada Daehyun yang sudah pernah merasakan jemari tangannya yang patah hanya karena mengusap rambut Baekhyun dua bulan yang lalu, padahal Daehyun hanya terlalu gemas dengan tingkah anak itu.

"Tu-tunggu dulu."

Tiba-tiba Baekhyun berhenti melangkah tepat di persimpangan lorong menuju tangga lantai dua, membuat tautan tangan mereka terlepas karena Baekhan yang memutar tubuh. Menatapnya dengan kernyitan di dahi saat melihat Baekhyun yang nampak berpikir, "Ada apa?"

Pertanyaan itu membuatnya meringis kecil, menyadari kecerobohannya di saat jam-jam genting seperti ini. "Sepertinya aku melupakan kotak pensilku di loker." Katanya sambil mendesah berat, menggaruk belakang kepala saat Baekhan menatapnya datar.

Kebiasaan sekali, seru Baekhan dalam hati.

"Pinjam punyaku saja." Saat ingin membuka tas, Baekhyun segera menghentikannya. "Tidak perlu, aku akan kembali dan mengambilnya. Sampai jumpa nanti ya." Sebelum sempat menjawab, anak itu sudah lebih dulu berlari menjauh.

"Anak itu, sebaiknya aku ikuti saja."

Baekhyun berlari begitu terburu-buru, menyadari lorong yang sepi membuatnya semakin gusar sekaligus takut. Bukan, bukan karena takut akan ada hantu atau monster yang menyergap. Dia hanya takut bila guru telah masuk ke dalam kelasnya saat ini, berbahaya.

BRUK.

Baekhyun justru terkesiap, begitu sesuatu yang keras menabrak tubuh hingga dia terhuyung jatuh ke belakang. Terpejam refleks matanya, pasrah menantikan bokong yang akan menghantam lantai sebentar lagi.

"AH! HUWA—HMPT!"

Namun matanya membola kala merasakan benda kenyal menempel tepat di bibir, bahkan nafasnya pula ikut tertahan karna terkejut.

Orang itu sama terkejutnya, berkedip berkali-kali matanya dengan bibir yang masih saling menempel. Tak menyangka, bila yang dia cium bukanlah tembok atau lantai. Melainkan sesuatu yang lembut juga manis saat tak sengaja terkecap, dia akui itu.

Belum sempat mereka mencerna apa yang terjadi, tiba-tiba orang yang menindihnya ditarik menjauh. Di cengkram belakang kerahnya sebelum melayangkan tinjuan telak di rahang. Hal itu tak pelak membuat kepala si tinggi tertoleh sedang rasa nyeri langsung menyeruak ke permukaan, membuat sang pria mengerang kesakitan.

"Su-sudah cukup."

Keadaan masih lumayan tegang ketika Baekhyun memegang tangan milik saudara kembarnya, menahan tangan itu agar tak kembali mengantarkan tinjuan yang lainya.

Baekhan yang merasakan kehangatan itu langsung membawa tubuhnya mendekat, berjongkok sambil memegangi rahang si manis untuk memastikan. "Apa kau terluka?" Dia bertanya, "Si idiot ini tidak melakukan macam-macam kan?" Pertanyaan lain sudah terlontar sebelum Baekhyun sempat menjawab.

Menghela nafas ia lakukan ketika melihat reaksi saudaranya yang terlampau berlebihan.

"Aku tidak apa-apa, jangan memukulnya lagi." Baekhyun segera memberi pengertian, tahu betul bagaimana tabiat sang saudara. "Itu hanya kecelakaan." Katanya sekali lagi, terlihat memohon dari pancaran matanya yang menggemaskan.

Baekhan membantunya berdiri, mengusap kasar bibir Baekhyun yang agak mengkilap dan mendelik tajam pada si pria bersurai ash grey yang masih sibuk memperhatikan Baekhyun.

"Akan kumaafkan kali ini! Cepat kembali ke kelas."

Dengan patuh Baekhyun langsung berdiri, meraih tangan sang pria lainnya untuk membantunya bangkit juga. Membungkukkan tubuh beberapa kali sambil menyerukan kata maaf, mengambil kotak pensilnya yang tergolek di tanah sebelum melesat cepat menuju kelas dengan papan kecil bertuliskan 2-B tepat di atas pintu.

Setelah Baekhyun menghilang dari pandangan, kembarannya masih menatap sengit si pria tinggi. "Maaf, tadi itu refleks." Setelah mengatakan kalimat demikian, dia lantas memasuki kelas 2-A tanpa rasa bersalah. Meninggalkan si pria yang masih menerka-nerka keadaan.

"Jadi mereka kembar?"

Tanpa sadar ujung bibirnya tertarik ke atas, "Menarik." Ucapnya.

.
Hydrangea
.

Baekhyun begitu tergesa memasuki kelas, berhasil sekiranya menghindari amarah Mr. Kim yang terkenal garang dalam mengajar murid-muridnya.

Helaan nafasnya terdengar seiring bokong yang menempel pada kursi. Namun, suara riuh teman-temannya kembali menarik atensi, berubah tajam pendengaran ketika sang teman di depan berbisik sambil memberikan pujian- pujian yang terdengar aneh.

DEG.

Jantungnya berdegup kala netra melirik pada si pria yang rupawan, mata melebar serta terbuka sedikit mulutnya saat menyadari siapa gerangan yang berhasil menarik seluruh atensi penghuni kelas. Benar-benar di luar dugaan.

Dia tidak ingin percaya, tapi fakta ini benar-benar membuatnya tidak memiliki opsi lain untuk mengelak.

Itu pria yang menabraknya tadi.

Seseorang yang mengambil ciuman pertamanya.

"Hello. I'm Chanyeol Park from Italic High School."

Wajahnya memanas dan remasan di tautan tangan ia lakukan sebagai penyalur rasa gugup, merasa di tatap begitu intens oleh obsidian terang di sana hingga kepala ia tundukan dengan tak nyaman. Ada apa? Apa penampilannya aneh?

Tanpa sadar memori tentang ciuman tidak di sengaja tadi kembali berputar dalam kepala dan mengacaukan segalanya. Dia berubah resah serta mengulum juga memainkan bibir bawahnya sendiri, bersemu wajahnya ketika menyadari jika itu benar-benar adalah ciuman pertamanya.

"Oh tidak!" Dia menutupi wajahnya. "Itu tidak di sengaja! Hanya menempel bukan saling melumat! Ya! Itu kecelakaan dan ciuman pertamaku masih bisa diselamatkan." Gumam Baekhyun dengan wajah semakin merona parah.

Ketukan pada meja kembali terdengar untuk membuat tenang kelas yang gaduh karena heboh saling berbisik, terlihat ada yang antusias ada pula yang tidak.

"Dia pindahan dari Italia, Jaga sikap dan berteman baiklah dengannya." Guru penuh kerutan di wajahnya tersebut mengakhiri penjelasan, membuat beberapa siswa berdecak kesal dan juga ada sebagian lain yang berbinar matanya. Berharap bisa mengenal lebih jauh sang murid baru.

Ada dua kursi kosong yang tersisa di kelas ini. Di dalam hati Baekhyun hanya bisa berdoa jika pria itu tidak memilih duduk bersamanya, karena demi apapun dia masih belum bisa melupakan semuanya. Terlalu memalukan hingga pipinya semakin bersemu merah bagaikan buah tomat yang matang.

"Ehm, boleh aku duduk disini?"

Namun harapan memang tetap akan jadi sebuah harapan. Nyatanya pria bernama Chanyeol itu tetap melangkah ke arahnya, begitu tenang dengan senyuman tipis yang terkesan menawan atau bahkan terlihat menyeramkan. Karna Chanyeol tersenyum begitu lebar hingga mungkin sudah mencapai ke telinga lebarnya.

"Kenapa malah diam hm?"

Baekhyun terkejut, merinding ketika suara bass serta serak milik Chanyeol membelai telinga. Lalu ketika Baekhyun menoleh, dia hanya mendapatkan pemandangan dimana Chanyeol tersenyum seolah tak terjadi apapun sebelumnya.

"Oh? Te-tentu saja boleh." Dia merutuk pada kalimat yang terucap gugup, pula tak menyadari sang pria yang menyeringai menanggapinya.

Baekhyun tersenyum sebisanya walau terkesan canggung, "Ak-aku Byun Baekhyun." Katanya mencoba mencairkan suasana, menjulurkan tangan yang kemudian di jabat tanpa sungkan oleh sang murid baru. "Chanyeol, Park Chanyeol. Senang berkenalan denganmu, manis."

Hah? Apa-apaan sebutan itu? Tidak lihat apa jika wajah si mungil sudah kepanasan?

Baekhyun meneguk liur susah payah, terlihat kikuk di sepanjang pelajaran Mr. Kim. Bahkan tidak ada satupun materi yang tersangkut di otaknya. Apa efek berciuman bisa membuat orang menjadi bodoh seperti ini?

Sedang sang pria disampingnya hanya menatap dirinya dalam diam dengan wajah datar, tapi mata itu benar menyiratkan sesuatu yang tak terbaca.

Jadi ketika bel istirahat berbunyi nyaring, Baekhyun terburu-buru memasukkan semua buku pada kolong meja. Bersiap untuk segera bertemu saudara kembarnya yang pasti sudah menunggu di bangku Taman belakang, seperti biasa.

"Baekhyun-ssi."

Panggilan itu membuatnya tersadar, refleks membalik badan dan terkejut saat dada bidang itu masuk dalam pandangan. Dia mengerjapkan mata dengan lucu kemudian mendongak dengan wajah yang menggemaskan.

Chanyeol terkekeh pelan, tak sadar mengusap rambut kecokelatan itu dengan lembut. "Ah, ma-maaf." Dia terkejut dan menjauhkan tangan sambil tertawa kikuk, melangkah mundur menjaga jarak.

"Bisakah kau mengantarku berkeliling? Sepertinya anak murid yang lain tidak sudi menemaniku…" Ujarnya agak memelas, padahal di dalam hati dia sengaja melakukan itu untuk mendekati si mungil. Siapa tahu bisa ia miliki nantinya.

Sebenarnya Baekhyun ingin menolak, namun dia hanya tidak ingin di kenal sebagai siswa yang sombong oleh pria itu, jadilah dia mengangguk kaku sambil berkata,

"Baiklah, aku akan mengantarmu."

.
Hydrangea
.

Area sekolah ini sangat luas, tak akan cukup waktu untuk mengelilingi sekolah ini hanya dalam satu hari. Sedang peluh sebesar biji jagung sudah mengucur melewati pelipis, lelah dan panas. Lagipula perutnya juga sudah minta diisi, terus berbunyi dan itu sangat memalukan.

"Ini," Chanyeol menyodorkan satu buah roti sandwich beserta air mineral, "Terimakasih sudah mau mengantarku." Duduk di samping Baekhyun yang tengah sibuk mengeluarkan beberapa obat dari kotak P3K.

Omong-omong mereka berada di UKS sekolah di pertengahan jam ke 5 pelajaran.

"Aku sudah bilang, ini bukan luka yang serius." Chanyeol menahan tangan, namun Baekhyun tetap pada pendirian.

"Diam."

Pria itu langsung menurut, tidak banyak bicara saat Baekhyun menarik rahang mendekat. Nafas mereka saling berhembus bersahutan, sedang mata bulat tersebut terus saja memperhatikan bagaimana wajah dan juga pergerakan bibir semerah cherry di depan mata.

Sesekali di kulum atau termanyun lucu, sungguh menggoda. Dan dia bersyukur pernah merasakannya walau tidak di sengaja. "Sshh—pelan sedikit." Ringisnya.

Baekhyun menjauhkan tangan ketika merasakan aroma nafas Chanyeol yang menyegarkan, berkedip-kedip beberapa kali saat menyadari posisi mereka yang terlihat sudah terlalu dekat. Membuat wajahnya kembali memerah sampai ke telinga hingga mengantarkan respon degupan jantung yang menggila.

"Ma-maaf, apa sakit sekali?" Dia berujar gugup, menarik nafas, lalu menghembusnya dengan perlahan. Itulah cara ampuh untuk menenangkan detak jantungnya yang menggila sejak tadi pagi

Sementara Chanyeol tetap menatap pada wajah yang manawan di hadapan, terlalu terpesona hingga kelopak tak berkedip dalam beberapa detik berlalu. Sungguh cantik dengan rona kemerahan dan sikap malu-malu seperti itu.

"Indah sekali." Gumaman Chanyeol terlontar refleks, yang tentu saja terdengar oleh Baekhyun.

Sebenarnya Baekhyun mendengarnya, tapi ia berusaha tidak peduli.

"Baekhyun, apa kau akan memaafkanku?" Tanya Chanyeol tiba-tiba dan membuat Baekhyun bingung. "Memaafkanmu? Memangnya kenapa?" Baekhyun menatap Chanyeol dengan ekspresi kebingungan dan itu membuat Chanyeol gemas sendiri.

Chanyeol tidak menjawab, justru membawa wajah semakin dekat pada Baekhyun untuk dia cium bibirnya. Terpejam rapat mata kala menikmati rasa manis ketika ia melumatnya perlahan. Dan Baekhyun hanya bisa terkejut dengan pupil mata melebar tak biasa sedang nafas tertahan di tenggorakan.

Tangan kecilnya kemudian mendorong dada pria lainnya untuk menjauh, berusaha memukul juga menarik seragamnya hingga kusut, semakin kelabakan saat Chanyeol memberikan hisapan-hisapan kuat di bibir bawah.

Chanyeol juga tak mengerti, semua terjadi berdasarkan insting. Dia hanya mengikuti kata hati untuk berbuat lebih seperti ini, begitu frustasi ketika rasa manis di pagi tadi masih terus terkecap di lidah. Membuatnya ingin sekali merasakannya lagi dan lagi.

"Ngh.. Mhhh."

Baekhyun melenguh samar, terdorong tubuhnya hingga terbaring pada ranjang. Tangan yang memukul dada dia bawa pada sisian wajah si manis, menyisipkan jemarinya sendiri di antara celah hingga tertaut pas. Sungguh, bibir itu membuatnya hilang akal.

Pasokan udara semakin menipis dan panas suasana, membuat wajah kian memerah dan menggebu nafasnya. Beberapa detik di butakan oleh nafsu akhirnya pangutan itu terlepas, membuat jaring tipis liur diantara bibir keduanya.

Chanyeol menepelkan kening, membuat ujung hidung mereka saling bergesekan sedang mata tetap menatap pada si manis yang terengah. Dia ingin menciumnya lagi namun suara debaman membuatnya urung,

"BAEKHYUN!"

Nafas Baekhyun masih begitu terengah ketika tangan tertarik paksa, membuat kepala semakin pusing dan terhuyung-huyung jalannya. Kemudian terkejut bukan main saat mengetahui jika itu adalah Baekhan, tengah menatap sengit Chanyeol dengan rahang mengeras dan kaku.

"Aw, Sa-sakit Baekhan!"

Si kecil meringis, merasakan cengkeraman pada pergelangan yang menguat. Namun biar dia merintih dan meminta lepas, sang saudara tetap saja meremas tangan untuk menyalurkan amarah. Tak perduli kulit tersebut telah memerah padam.

"Berhenti, kau melukainya!" Chanyeol hendak meraih tubuh Baekhyun, namun sang kembaran benar tak memberikan kesempatan untuk mendekat. "Diam kau bajingan!" Umpatnya penuh amarah.

"Kau akan mendapatkan balasan dariku nanti, camkan itu!"

Chanyeol hanya bisa terdiam kala melihat kedua punggung itu semakin jauh. Tak dapat menahan ataupun mengejar, merasa janggal oleh sifat Baekhan yang tak biasa.

"Ada yang aneh dengannya."

.

.

.

Kaki baru saja melangkah memasuki kamar, namun tahu-tahu tubuh Baekhyun sudah terhempas kasar menabrak dinding untuk meninggalkan ringisan dan rasa perih di punggung. Semakin terbelalak saat bibir itu sudah menempel tepat di belah bibirnya.

"Le-pash!"

Baekhyun ingin meronta, tetapi Baekhan menggengamnya dengan cepat dan diangkatnya ke atas kepala, sengaja menghimpit tubuh yang lebih pendek dan menggesek lututnya tepat di selangkangan hingga Baekhyun mejerit dalam ciuman.

"Ngah.. Cuku-hmpt!"

Kepalanya terdongak ke belakang ketika rahangnya ditarik, menekan kedua pipi dengan paksa hingga mulut terbuka setengahnya. Tanpa ragu Baekhan menyisipkan lidah ke dalam, menjelajahi rongga mulut dan mengajak bertarung benda tak bertulang milik Baekhyun walau tidak mendapat balasan.

Liur melebur menjadi satu dan tumpah hingga ke dagu dan sepanjang garis lehernya.

"A-ahh!" Tubuhnya terhuyung mengikuti dorongan, terbaring pada ranjang bagian atas tubuhnya.

Matanya berusaha terbuka namun tangan yang mengusap perut dan punggungnya begitu intens membuatnya cukup terbuai hingga menghantarkan sesuatu yang aneh. Tidak, ini salah. Mereka bersaudara dalam ikatan darah dan ini tidak boleh terjadi.

"Cukup!" Baekhyun berusaha menjauh, meliuk-liukan tubuh untuk menghindari tangan yang semakin nakal menggeranyangi tubuh. Menggelinjang tubuhnya saat puting nya di tekan oleh ibu jari, "Hiks.. Tidak!"

Namun Baekhan tidak bergeming pada isakan yang terdengar, malah mendekatkan bibir untuk menjilat dan menghisap garis rahang dan leher hingga meninggalkan hickey yang ketara di kulit putih bersih milik Baekhyun juga tangan sudah membuka satu persatu kancing.

"Aa-ahh tolongh ber-hentihh!" Dia menjerit dan menendang asal, hingga terkena tubuh Baekhan dan membuatnya mundur beberapa langkah dengan wajah memerah penuh nafsu.

Baekhyun terengah payah, nafasnya saling berkejaran dengan penampilan kusut pula mata yang menyiratkan luka dan kebingungan. Wajahnya pias oleh air mata yang membuat iba siapapun yang melihat.

Keheningan melanda dalam beberapa menit, menyisakan deru jam yang berdetik di dalam ruangan bersama suara tarikan nafas. Tapi Baekhyun kembali tersadar ketika Baekhan mendekat ke arahnya, membuat tubuh refleks termundur untuk menjaga jarak hingga punggung menempel erat pada headbed.

Decitan ranjang semakin menakutinya, dan dalam sekejap Baekhan telah memegang dagu sang kakak lalu mendekatkan wajah untuk menjilat tetesan saliva di ujung bibir juga melumatnya dengan lembut kali ini. "Hmmph!"

Setelah melepaskan pagutan tersebut, Baekhan mendekatkan bibirnya pada telinga Baekhyun. Berbisik hingga di pastikan tubuh itu mengigil ketakutan,

"Jangan membuatku cemburu, kau tau itu akan berakibat fatal untuk dirimu." Terdengar tenang walau terdapat nada geram di dalamnya. "Aku tidak pernah main-main dengam ucapanku Baekhyun."

Dia menjauhkan wajah dan menatap ke arah Baekhyun yang sepertinya masih terkejut. Tertawa kecil dia lakukan, menenggakan tubuh kembali sebelum berbalik pergi.

Namun ketika kaki tlah mencapai daun pintu, dia terdiam. Berbicara panuh ancaman tanpa mau menolehkan kepala apalagi berbalik untuk menatap balik saudara kembarnya.

"Jangan terlalu dekat dengan siapapun selain diriku."

Ancaman itu betul bisa membuat Baekhyun semakin menciut takut, nafasnya sudah satu-satu dan sangat menyesakkan, bahkan jemari itu sudah meremas dada hingga kusut pakaiannya. Jika saudaranya sudah berkata seperti ini, berarti memang dia sudah membangunkan sesuatu yang menyeramkan dari dalam diri Baekhan

"Aku bahkan tak segan berbuat lebih jika kau melanggar ucapanku. Ingat itu..."

.

To Be Countinue

.

.

.

Hola, iza balik bawa ff baru hasil kolaborasi bareng Shiro Park nih. Dan buat yang pengen baca di wattpad juga bisa, tinggal cari Hydrangea atau cari penname shiro_park di Wattpad ya.

Terinspirasi dari Kuroshitsuji yang lagi kedatangan Real Ciel, hoho. Tapi jelas berbeda kok, kita hanya terinspirasi aja.

Pesan: "Halo, ini Shiro Park. Mungkin pada belum kenal sama gua wkwk. Bisa dibilang gua bkn pendatang baru didunia ff, pernah buat cerita absurd tp gagal dan discontinued. Jadi gua balik dan bawa ff collab bareng Izahina98.

Semoga kalian suka sama cerita kita ini, jd tolong beri dukungan untuk ff ini kalau ingin dilanjutkan~ Terima kasih :*"

Oke,

Mohon bimbingannya, kritik dan saran sangat di terima. Jadi, jika mau di lanjut, jangan lupa tinggalkan sesuatu di kotak review tapi tidak menerima kata 'next' aja ya^^

Salam,

#ChanbaekIsReal!