Chapter 0 : The Begin

Semuanya terlihat normal malam hari ini. Bintang-bintang nampak berkelap-kelip di langit malam ditemani sang bulan purnama. Manusia mulai beristirahat di rumah masing-masing dan menikmati makan malam mereka. Beberapa orang menikmati acara televisi ataupun bermain video game seperti gadis satu ini, Haruno Sakura.

Dia adalah seorang murid di Konoha High School atau biasa disingkat KHS. Sakura termasuk murid populer di sekolahnya dalam urusan bermain game. Namun dia tidak cukup pintar dalam hal pelajaran. Hidup di rumah cukup mewah bersama orangtuanya. Sedari kecil Sakura sangat terobsesi dengan game, terutama game yang mengacu adrenalin seperti game horror, zombie, atau action.

Lihat saja, sehabis makan malam gadis berambut pink ini langsung bersiap di depan monitor televisi lengkap dengan X-box dan konsol game. Kali ini dia akan memainkan game yang ia temukan di gudang bawah tanah. Ya, permainan dimulai.


It's Real : RESIDENT EVIL

Disclaimer : Naruto by Masashi Kisimoto

Resident Evil by CAPCOM (Saya minjem dulu ya Pak Kobayashi *puppyeyes* #digampar)

It's Real : RESIDENT EVIL by Sora K. Kira

Character : Sasuke Uchiha, Sakura Haruno

Genre : Romance, Horror

Rate : T+

Warning : OC, OOC, AU, misstypos, etc. Don't like don't read!

.

.

.

Konoha City, Japan, 11 December 2013

"Hei Sakura-chan! Mau pulang bersama?" seru seorang pemuda berambut pirang jabrik sambil melambaikan tangannya pada gadis berambut pink.

"Naruto urusai!" balas gadis pink yang dipanggil Sakura. Dia menatap Naruto sebal, 'Bikin malu,' pikirnya. Tapi tetap saja Naruto datang menghampirinya dengan semangat.

Koridor sekolah semakin sepi, wajar saja, hari ini akhir pekan, matahari pun hampir terbenam. Semua murid berbondong-bondong menuju rumah untuk istirahat atau pergi kencan. Namun berbeda dengan gadis bernama Sakura ini, hanya satu tujuannya di rumah: bermain video game. Gadis berambut pink ini benar-benar seorang gamer –gamer yang payah.

Jangan tanya kenapa, bahkan setiap Sakura bermain game monitor televisinya tak luput dari tulisan "you are dead" dan "game over" atau kita sebut kalah. Tapi gadis ini juga tak mudah menyerah, ia akan bermain terus sampai permainan tamat. Itulah Haruno Sakura. Bahkan, game yang dimainkan Sakura sangat tidak mencerminkan seorang gadis. Semua CD di raknya berisi game-game dewasa –yang menonjolkan kesadisan. Walaupun begitu dia sebenarnya gadis yang penyayang.

Dan seorang pemuda di sampingnya bernama Uzumaki Naruto. Pemuda penggila olahraga ini sama sekali tidak tertarik dengan namanya game, paling-paling dia hanya bermain dua minggu sekali –itupun hanya game sepakbola. Naruto memang lebih suka mengeluarkan keringat di lapangan daripada harus duduk berjam-jam di depan monitor, itu membosankan.

"Sakura-chan," ucap Naruto memecah keheningan mereka.

"Apa?" balas Sakura malas.

"Besok minggu, aku ingin kau bertemu dengan sahabatku yang baru saja pulang dari Amerika. Bagaimana? Kita bertemu di restoran dekat sekolah ya Sakura-chan? Kau harus ikut!"

"Eh? Kenapa harus aku? Aku sibuk."

"Ck, kau kan sahabatku juga! Lagipula, tidak bermain game sehari saja tak apa-apa kan? Baiklah besok jam 8 pagi, oke?" kata (baca: paksa) Naruto dengan suara nyaring. Sakura hanya menghela nafas –bukan tidak mungkin Naruto mengetahui apa makna sibuk miliknya. Akhirnya gadis itu hanya mengangguk pasrah disertai teriakan gembira Naruto. Sakura pun menghadiahinya dengan pukulan cukup keras.

"Huh... memalukan."

"Awww... Sakit Sakura-chan!"

Kedua pasang sahabat itu akhirnya pulang bersama dan berpisah di perempatan jalan. Sakura langsung menuju rumah cukup besar berlantai dua –rumahnya. Pandangan gadis pink itu terus tertuju ke arah jendela kamarnya di lantai dua, disitulah ia akan memulai ritualnya.

-SKK-

Dentingan sendok beradu dengan piring semakin sering terdengar di ruang makan keluarga Haruno. Banyak menu yang tersedia di meja makan karena hari ini adalah hari ulangtahun Sakura yang bertepatan juga satu tahun kepindahan mereka di Konoha City. Bukan hanya itu, Haruno Kizashi –ayah Sakura juga telah berhasil melakukan proyek di kota ini. Pekerjaannya sebagai ilmuwan membuat keluarganya harus pindah-pindah rumah demi melakukan riset.

"Otanjoubi omedetto Sakura-chan!" ucap kedua orangtua Sakura. Sakura pun menyambut senang, kemudian memeluk kedua orangtuanya seraya berucap terimakasih. Mereka kembali duduk di kursi masing-masing dan berbagi cerita hangat.

"Tousan dan kaasan akan terus menyayangi Sakura-chan, walaupun kami harus mengorbankan semuanya," ucap ayah Sakura. Mebuki selaku istri mengangguk sebagai tanda setuju. Detik setelahnya ibu Sakura memberikan sebuah kado berisi video game. Sakura berdecak senang. Jarang sekali dia dimanjakan seperti ini.

"Arigatou, kaasan! Tousan! Sakura ke kamar dulu ya!"

It's play time!

Dengan langkah terburu-buru, Sakura menaiki tangga menuju kamarnya. Menghidupkan televisinya dan mulai memasukkan CD ke dalam X-box kesayangannya. Dengan harap-harap cemas (karena CD game itu polos) Sakura menunggu sampai loading selesai.

Dan ini diaaaa...

3 Detik. Tunggu, sepertinya Sakura mengenali musik game ini.

2 Detik. Tidak salah lagi, monitor jelas-jelas menampilkan seorang pria cebol berkumis dan memakai topi merah.

1 Detik. Oh, Mario Forever.

"APA?! Kenapa kaasan memberiku game seperti ini?!" jerit Sakura. Tak habis pikir, ini kan game untuk anak-anak? Lagipula dia sudah berumur 17 tahun sekarang! Arghh!

Beep, beep, beep.

Tiba-tiba benda berbentuk kotak bewarna pink itu berkedip. Sakura segera mengambil ponselnya dan membuka pesan masuk. Dari kakak laki-lakinya yang tinggal di Suna, Sasori.

From : Sasori-niichan

Bagaimana game barumu? Seru kan? Pasti iya. Aku sudah susah-susah loh mencari game seperti itu. :p

"Baka Niichannn!"

Ternyata ide dari kado ini adalah kakaknya sendiri.

Sakura menghentakkan kakinya berkali-kali –kesal oleh ulah kakaknya. Satelah itu dia menyambar CD game itu dan melangkahkan kaki jenjangnya ke suatu tempat –gudang. Gadis pink ini bahkan tak tau mengapa dia harus segera membuang game itu, entahlah, pokoknya dia 'agak' ketakutan melihat tokoh utama dalam serial game Mario.

Parahnya hal ini sudah jadi rahasia umum keluarga Haruno. Menyebalkan, batin Sakura.

Dengan satu sentakan, Sakura melempar kaset itu asal, dia berbalik kemudian disusul dengan bunyi 'bruk' mengerikan hasil lemparannya. Gadis pink itu terjengit kaget sebelum dia berbalik lagi untuk membereskan barang-barang berdebu itu.

Tap, tap –krek.

Karena gudang ini hanya disinari oleh lampu remang-remang, Sakura tak dapat menghindari dirinya –menginjak sesuatu. Dilihatnya sejenak benda berbentuk kotak tipis itu, kemudian dipungutnya.

Tak ada yang istimewa dari kotak itu menurut Sakura. Hanya saja ketika dibuka berisi sebuah CD bertuliskan 'Resident Evil'. Tidak ada gambar yang melengkapi CD itu, hanya tulisan. Hal ini membuat Sakura semakin penasaran apa isi dari CD itu dan kenapa bisa ada di gudang. Tanpa pikir panjang gadis bermahkota pink tersebut kembali ke kamarnya dengan membawa keping CD.

"Resident Evil ya? Sepertinya keren."

-SKK-

Inilah kegiatan Haruno Sakura, bermain game setiap malam dan seharian –ketika dia mendapat liburan. Tidak ada yang salah dengan sifat dan penampilan gadis ini. Hanya saja game-game yang dimainkannya sungguh membuat geleng-geleng kepala. Lihat saja saat Sakura kini sedang berkagum ria di atas kasur melihat video dari CD yang ia temukan di gudang bawah tanah –ternyata itu game. Bergenre horror/survival pula.

Sangat berambisi untuk memainkannya, Sakura segera mengambil konsol dan bersiap untuk memainkan game di atas kasur empuknya. Monitor sudah menampilkan sedikit thriller isi game Resident Evil. Sakura lumayan mengerti –tentang bioterorisme yang menyerang Jepang pada tahun 1999, ceritanya benar-benar menarik. Game ini semakin keren karena musuh yang akan dihadapinya adalah zombie dan juga monster mengerikan lainnya.

"Wow hebat sekali... ternyata game tiga dimensi!" ucapnya kala thriller berakhir dan seseorang di dalam game berkata 'Resident Evil' dengan suara yang sangat baritone. Berselang beberapa detik kemudian tulisan loading muncul. Hal ini terjadi sangat lama –membuat Sakura bosan menunggu.

Gadis bermata emelard tersebut mendesah kecewa, kemudian ia melirik benda kotak itu –wadah dari CD. Membolak-baliknya, di belakang kotak itu ternyata terdapat sebuah tulisan –atau lebih tepatnya ancaman yang menantang.

If you are want to play the game, you must be careful. You just have two lives, if you are lost the one, everything will be change.

RESIDENT EVIL

"Jika ingin bermain game ini kau harus berhati-hati. Kau hanya punya dua nyawa, jika kau kehilangan satu, semua akan berubah," ucap Sakura menerjemahkan tulisan berbahasa Inggris tersebut. Apa maksud dari ini? Ia pun tak tahu. Sedang asiknya bergelut dengan isi pikirannya, game Resident Evil itu muncul beberapa tulisan –yang Sakura ketahui adalah menu.

Tak perlu memikiran tulisan dari wadah CD itu, Sakura langsung memencet 'Play Game' di menu utama. Ia pun memilih karakter perempuan bernama Helena Harper –seorang anggota FBI yang sangat cantik dengan rambut pirang bergelombang sebahu.

Monitor memunculkan tulisan loading lagi –namun kali ini Sakura hanya menunggu sekitar satu menit, dan karakter Helena muncul bersama patnernya Leon dengan membawa handgun atau pistol di suatu kampus daerah Amerika. Tak lama setelah cut scene, dua zombie muncul dengan gigi yang terlihat mengerikan –berdarah dan mata yang tak memiliki kornea menyerang karakter Sakura.

"Helena..!" karakter Leon berteriak.

Karena Sakura belum terlalu mengerti dengan perintah di game itu dia pun memencet asal consol-nya. Akhirnya tulisan 'You are dead' terpampang nyata di monitor. Sakura mendesah pelan, beginilah dia kalau pertama kali memainkan suatu game. Tapi dia takkan menyerah –game ini terlalu seru untuk dilewatkan.

"You are dead!" seseorang di game itu berseru.

DUARRR.

Bunyi ledakan terdengar di telinga Sakura tak lama setelah game itu memunculkan tulisan 'kamu mati'. Dengan tergesa Sakura segera berjalan kearah jendela kamarnya –melihat apa yang terjadi di luar.

Melihat hal yang sedang terjadi membuat Sakura Haruno mengagakan mulutnya. Sebuah –tidak, sekumpulan asap bewarna biru tua muncul dari atas gedung pencakar langit paling tinggi di Konoha City. Gas itu menyebar sangat cepat seperti bom atom dan menyerang semua penduduk yang sedang beraktifitas di luar bangunan –di jalan. Mereka berteriak panik dan berusaha berlari secepat mungkin menghindarinya.

"Sebenarnya apa yang terjadi?" Sakura berguman pelan. Kepala bermahkota pink itu menoleh kearah monitor televisi dan mendapati layar yang sudah mati. Setelah itu Sakura teringat akan orangtuanya. Dia langsung menuju ke lantai satu.

"Tousan?! Kaasan?!" panggil gadis itu, terbesit rasa panik yang menjalari dirinya. Dimana orangtuanya sekarang? Kenapa mereka menghilang?

Sakura menghela nafas pasrah di ruang tamu –tempat biasanya mereka berkumpul. Detik setelahnya pintu utama terbuka lebar, menampakkan siluet seorang pemuda bersepatu kulit bewarna coklat. Dia memakai jaket kulit bewarna hitam yang di dalamnya dilapisi kaos biru tua. Tangan kanannya memakai sarung berbahan kulit pula dan memegang sebuah handgun. Rambutnya bermodel harajuku dengan bagian belakang yang mencuat. Matanya onyx-nya sangat tajam –sepadan dengan rahangnya yang tegas dan wajahnya begitu tampan. Sempurna.

Pemuda berumur sekitar 21 tahun itu segera menghampiri Sakura yang duduk menyadar di meja ruang tamu. Sakura yang menyadari langkah seseorang pun menolehkan kepalanya. Pemuda itu berkata, "Sakura, kenapa kau ada disini?"

"Eh?" refleks Sakura terjengit kaget. Hatinya bertanya-tanya, kenapa pemuda itu bisa mengetahui namanya?

"Siapa kau? Apa maumu?" tanya Sakura ketus saat pemuda itu memegang tangannya –bermaksud untuk membantunya berdiri.

"Jangan berlagak amnesia," balasnya tegas. Dia memutar bola matanya sakartis dan melanjutkan perkataannya, "Aku Sasuke Uchiha, agent spesial DSO yang ditugaskan ke Jepang untuk menggali penelitian bioterorisme Madara. Dan kau anggota FBI Sakura Haruno, patnerku."

"Pat-patner..? APA?"

-SKK-

Malam yang tadinya normal kini mencekam di Konoha City. Semua warga sipil mulai berteriak ketakutan –mereka berusaha kabur dari dua hal: zombie dan gas beracun. Gas bewarna biru tua tersebut merupakan salah satu bentuk bioterorisme yang ampuh untuk merubah mereka menjadi zombie dalam sekali hirup.

Sedikit atau bahkan hampir semua orang tidak bisa menghindarinya. Gas itu memang tak bisa memasuki ruangan yang tertutup, tapi jika ruangan itu hanya dibatasi dengan kaca –zombie akan mengincar orang di dalamnya dan memecahkan kaca ruangan. Selanjutnya pasti kalian tau apa yang terjadi.

Mari kita lirik salah satu rumah yang berada di Konoha City, rumah keluarga Haruno. Rumah ini begitu sepi –hanya ada dua orang, pemuda dengan seorang gadis dari keluarga Haruno.

Sakura Haruno begitu bingung dengan apa yang baru saja terjadi, dia hanya bermain game dan tiba-tiba sebuah ledakan gas menyerang Konoha City –parahnya kini orangtua Sakura menghilang entah kemana. Ditolong oleh orang yang mengakui sebagai patner –Sasuke Uchiha menambah kebingungan Sakura.

"Aku tak tau apa yang terjadi, Sasuke. Tapi ini rumahku! Aku masih berumur 17 tahun dan... dan aku harus membunuh orang –maksudku zombie-zombie itu? Kau gila!" seru seorang gadis pemilik rumah, Sakura Haruno.

"Memang kenapa kalau kau masih 17 tahun? Kau sudah menjadi anggota FBI sejak dua tahun yang lalu," balas Sasuke menggelengkan kepalanya. Seharusnya Sakura sudah dibawa ke psikolog sekarang.

"Dengar Haruno, aku tau ini rumahmu –Jepang. Tapi kita sedang misi, tak ada waktu untuk bernostalgia," sambung Uchiha.

"Kau berskenario?" balas Sakura. "Tidak mungkin aku menjadi anggota FBI. Dan apa-apaan itu? Bernostalgia? Apa aku tinggal di tempat lain eh?"

"Sadarlah Sakura Haruno. Ya. Kau tinggal di tempat lain, Amerika Utara," balas Sasuke. Dia menghela nafas berat kemudian mengeluarkan kopor yang memang sedari tadi dibawanya. Setelah dibuka terlihatlah peralatan yang biasa digunakan polisi atau agent seperti Sasuke, lengkap dengan pisau, handgun, dan sebuah riffle.

Sakura menutup mulutnya yang sedikit terbuka. Gila, apakah dia harus memakai senjata berbahaya seperti ini? Apa dia bisa? Sakura menggelengkan kepalanya. Lalu menatap Sasuke, dia hanya menggangguk sebagai balasan.

"Kau bercanda?"

"Tidak."

Sakura meneguk ludahnya, perasaan panik, takut dan bingung bercampur menjadi satu. Panik karena kota sedang terkena ledakan gas. Takut karena pasti semua orang sudah menjadi zombie. Dan bingung karena ia harus dibodohi oleh Uchiha ini dengan mengatakan bahwa dia anggota FBI Jepang yang tinggal di Amerika Utara. Bahkan, jika dia menembak pun takkan bisa –oh dan senjata di kopor itu lumayan berat.

"Bagaimana kau bisa menembak dengan tangan lemas seperti itu eh?" ejek Sasuke sambil melipat tangan di dada. Atau jangan-jangan Haruno ini memang terkena amnesia? Sampai lupa bagaimana cara menggunakan senjata pula.

"Baka! Ini berat tahu!" omel Sakura. Sasuke tak menanggapi dan merubah topik, "Kita harus cepat sebelum–"

BRUK. KRAKK...

Dengan sigap Sasuke langsung mengarahkan senjatanya menuju sumber suara –dapur. Ada panci yang jatuh dari rak piring. Kemudian terlihatlah seonggok tangan, lama-kelamaan tangan itu semakin terlihat jelas disusul dengan tubuh seseorang berambut pirang yang memperlihatkan gigi-gigi berdarahnya. Tubuh wanita itu sangat kotor dipenuhi dengan darah dan sepertinya dia zombie yang kelaparan. Yah, bagus. Ada dua buah makanan disini, pikir Sasuke.

"Kaasan!" teriak Sakura membuat Sasuke meliriknya sejenak. Mengira gadis itu akan menghampiri ibunya meleset seratus persen. Sakura diam saja, dia menunduk kemudian menangis. Sakura bukannya tidak tau apa yang terjadi pada ibunya sekarang, ia sangat tau ibunya berubah menjadi zombie. Artinya tak ada harapan lagi.

"Hiks... hiks... Kaasan,"

"Goarrhh..." ibu Sakura yang sudah bermutasi menjadi zombie itu menggerang kelaparan. Dia berjalan tertatih-tatih menghampiri Sakura, siap memakan anaknya sendiri.

"Tembak dia!" teriak Sasuke kala jarak zombie itu semakin dekat.

"Aku tidak bisa! Hiks... dia ibuku, Sasuke!"

"Dia sudah menjadi zombie! Kau harus menembaknya!"

"Aku... takkan bisa membunuh ibuku sendiri!" Sakura menangis kencang, napasnya terburu-buru selama beberapa detik, kemudian terdiam sembari menunduk, bergelut dengan pikirannya. Mebuki semakin mendekati Sakura, Sasuke pun sudah mengarahkan pistolnya ke wanita paruh baya itu.

"Jangan!" perintah Sakura. Sasuke mendecih kesal 'Cari mati dia.' batin Sasuke dalam hati. Gadis itu bergeming dengan menegakkan kepalanya, tatapan matanya berubah tajam dan fokus. Dia mengangkat pistol miliknya dengan gemetar.

"Biar aku yang menembaknya," ucap Sakura, terlihat jelas jejak-jejak airmatanya di pipinya itu. Dia bersumpah akan membalaskan dendam pada Madara yang telah membuat ibunya begini.

DOR.

"Akkhhh... grrrh!" Mebuki menggerang kesakitan kala peluru itu tepat mengenai kepalanya. Mencipratkan darah di wajah Sakura. Gadis pink itu pun memalingkan wajah kearah lain, tak ingin melihat ibunya mati di tangannya –tapi itu kenyataan. Sebelum sempat ambruk sepenuhnya, Mebuki memegang perpotongan bahu dengan leher Sakura pelan. Kemudian merosot disusul bunyi 'bruk' terdengar paling pilu di telinga Sakura.

"Maafkan aku kaasan..." bisik gadis itu.

Kedua anggota organisasi yang berbeda itu terdiam sejenak. Detik setelahnya Sasuke angkat bicara.

"Ayo kita pergi."

Start game.

To Be Continue


*DSO : Division of Security Operations

*FBI : Federal Bureau Investigation

Author's Note :

Hai-hai Minna-san! Kali ini Sora hanya bikin fanfic pelepas penat dan pelampiasan(?) karena terlalu tergila-gila sama game RE ini. Sebenernya jalan cerita, variasi zombie dan misinya pun berbeda dari RE.

Tapi jika ada yang mau flame ya silahkan... Review? Tentu saja diharapkan.

Ok. Jaa ne~!

Next chapter : Office Building