#

#Our Everlasting Love#

#


.

.

.

Deg… deg… deg…

Entah hal apa yang membuat degupan jantungnya melemah, saat melihat sesosok gadis berambut pirang tengah tertidur, dengan senyum manis yang menghiasi paras cantiknya.

Tsukiyomi tertegun mendengar sebuah untaian nama yang selalu kakaknya gumamkan di tengah tidur panjangnya.

"Sasuke… kimi ga… koishii…"

Aku merindukanmu…


White Love, for White Lily

In

Our Everlasting Love

*
Naruto belong to Masashi Kishimoto

Romance, & Hurt/Comfort

Rate; T

This fic belong to Miyako Shirayuki Phantomhive

Don't Like Don't Read!

Check This Out!


Angin bertiup lembut dari arah utara, meniupkan helai-helai kristal salju yang mulai meleleh ditelan musim semi.

Nampak seorang pemuda tampan berambut raven tengah duduk menyender pada tiang penyangga kediaman tunangannya. Menatap langit musim semi dengan sendu, seakan sedang merindukan seseorang… Ya, memang begitu adanya.

Jauh dalam lubuk hatinya, ia terus menjerit frutasi memanggil sebait nama yang terus melayang sendu di benak. Tak menyadari seorang gadis berambut merah muda tengah tersenyum di sampingnya.

"Sasuke-kun..."

Sasuke melirik sekilas pada Sakura yang ikut mensejajarkan ia di sebelah pemuda itu. Ikut mendongak menatap langit musim semi yang bertaburkan kelopak sakura.

"Apa yang sedang kau liat?" gumam gadis itu seraya menyenderkan kepalanya pada bahu tegap Si Raven.

Diam. Onyx miliknya masih saja menatap sendu kapas-kapas langit yang bergerak beriringan. Tak menjawab sepatah kata pun. Pikirannya sibuk akan kenangannya di masa lampau. Kenangan yang terlupakan…

"Sasuke-kun?"

Suara lembut itu kembali terdengar. Jelas, sangat jelas. Tapi mengapa ia terus terpaku pada satu objek yang terus membuat hati nya menjerit.

"Sasuke-kun! Dengarkan aku!"

Satu teriakan protes itu ternyata mampu membuatnya menoleh menatap Sakura. Wajah gadis itu berkerut tidak suka—karna panggilannya sama sekali tak dihiraukan.

"Hn?"

"Sebenarnya apa yang sedang kau pikirkan, hah?" seru nya manja pada Sasuke. Pemuda itu hanya mendengus melihat kelakuan manja sang putri tunggal bangsawan Haruno. Gadis yang nanti 'kan ia persunting. Gadis yang telah… menghancurkan semua rasa cintanya pada… ia…


"Aku sangat mencintai mu, kau tau?"

"Dasar bodoh! Kau membuat ku terlihat aneh!"

"Tidak, rona di pipi mu… membuat wajahmu semakin manis, Naruto…"


Ia menggeleng kasar. Berusaha mengusir lembaran-lembaran kasih yang ternyata masih berbekas nyata di benaknya. Tak terhapus… walau Tsukiyomi no Mikoto telah menghapusnya.

"Jangan lagi!"

Sakura mengernyit bingung pada kekasihnya itu. Ada apa dengan Sasuke-nya?

"Sasuke-kun? Kau tak apa? Kau marah padaku, ya?"

Bukannya menjawab, pemuda berambut raven itu terus sibuk mengusir ingatan-ingatan manis yang selalu membuatnya berteriak, bak kesetanan.

"Tidak, aku… aku baik-baik saja… maaf…"

Jantungnya masih berdegup kencang ketika sebersit bayangan seorang gadis tersenyum berlari ke arahnya. Memeluk pemuda itu sambil menangis. Ingin ia berteriak frustasi, karna bayangan-bayangan itu selalu ada kapan pun, dan dimana pun ia berada. Tak perduli Sakura sedang duduk di sampingnya—seperti tadi.

'Aku tak ingin ia tahu apa yang sedang ku pikirkan… gadis berambut pirang… Naruto… Siapa kau sebenarnya? Apa hubungan mu dengan ku? Kenapa aku selalu merindukan mu, saat menatap langit?'

Naruto…

Naruto…

Amaterasu O Mi Kami

Ia mengingatnya… merasa hal ini telah terjadi berulang kali pada alur kehidupan yang ia jalani. Tapi mengapa yang ada hanyalah sebersit luka akan kenangan yang terhapus? Datang bersamaan saat ia merasa sesak dengan perasaannya sendiri.

Oh, Kami-sama… siapa sebenarnya Naruto? Tak bosankah kau melihatnya meraung, bahkan menjerit tengah malam ketika sosok yang ia 'cintai' kembali hadir dalam mimpinya? Ia bahkan pernah menangisi sosok itu saat di kuil Ise Jingu, tepat di Naiku. Tempat khusus untuk pemujaan Amaterasu O Mi Kami.

Menatap sendu patung Dewi penguasa Takamagahara. Mengaggungkan sosok manis manusianya. Tapi yang ada hanyalah rasa sesal berkepanjangan, serta sesak yang mengharuskannya pingsan karna tak tahan dengan beban kehilangan seorang Amaterasu O Mi Kami, tepat di hadapannya.

Walau ia selalu memungkiri semua kenyataan itu. Tapi apa gunanya mengelak, heh? Takdir 'tlah berdering, menyisakan potongan-potongan memori kasih yang terhapus, namun kembali utuh secara perlahan.

Biarkan nada sendu mengawali akhir dari perjalanan kasih tak berujung bahagia ini. Tinggalkan sebercak kenangan yang 'tlah hancurkan rasa cinta pada yang pertama, dan berpihak pada kasih yang semu.


#
*Our Everlasting Love*
#


Cahaya biru lembut itu berpendar menerangi seluruh permukaan bumi. Tunjukkan Amaterasu O Mi Kami, Dewi yang Tertidur tengah menangis merindukan sosok kekasihnya. Tak hiraukan para Dewa-Dewi yang kini tengah bersedih melihat Dewi mereka tak jua bangun dari tidur panjang.

Ah, salahkan kecerobohan Hachiman juga Omoikane yang tak melihat kebenaran dari iris safir Amaterasu O Mi Kami. Menundukkan kepala, ternyata memang yang harus di salahkan adalah Susano'O yang berniat merebut tahta Amaterasu O Mi Kami dari Takamagahara.

"Mengapa Amaterasu-sama belum bangun-bangun juga?" lirih Kyuubi no Yokou yang merebahkan diri tepat di sebelah sang majikan. Bermaksud menemani dan melindunginya, ketika Susano'O kembali untuk merebut tahtanya—mungkin.

Tsukiyomi yang tengah duduk terisak di samping Ame no Uzume pun, hanya menggeleng pelan. Tak sanggup merasakan kepedihan sang Kakak.

"Apa tak ada cara lagi untuk membangunkannya, Ame-san?" lirih Tsukiyomi sambil mendongak menatap Dewi Keceriaan yang kini tengah murung karna sahabatnya tengah tertidur.

Ame no Uzume menggeleng, "Entahlah… tapi… aku ingin tau, kenapa ia selalu memanggil nama 'Sasuke'?"

Gadis berambut putih bak bulan itu kembali menunduk, isak tangisnya menghilang, tergantikan oleh rasa bersalah.

"Dia… adalah kekasih Nee-sama saat berada di dunia nyata…" iris coklat Ame no Uzume terbelalak tak percaya, "Saat itu Nee-sama menemukannya di jurang perbatasan, lalu membawanya pulang. Aku tak tahu kejadian lengkapnya seperti apa… yang jelas, mereka saling jatuh cinta… karena pengaruh dari masa depan…"

Alis Ame no Uzume berkerut bingung, "Masa depan?"

Tsukiyomi mengangguk, "Ya, sebenarnya aku telah melihat masa depan mereka melalui Yata no Kagami kepunyaan Nee-sama. Kau tau? Aku telah memperingatkan mereka, terutama Uchiha itu! Aku benar-benar muak padanya! Bisa-bisanya ia mencintai Nee-sama hanya untuk mendapatkan Yuri untuk tunangannya! Dasar penipu!"

"Cinta mereka tulus, Tsukiyomi…"

Kedua Dewi cantik itu menoleh, mendapati seorang Dewa tampan berambut merah bata berukirkan kanji 'ai' di keningnya— menghampiri mereka. Tidak, tepatnya menghampiri Amaterasu yang tengah tertidur. Mengecup kening cinta bertepuk sebelah tangannya.

"Kau masih menyimpan perasaan pada Amaterasu, Fujin?"

Pemuda tampan bernama Fujin itu melirik singkat ke arah Ame no Uzume yang tengah tersenyum mengejek ke arahnya.

"Terserah apapun yang kau katakan, Ame…" jemari kekar itu mengusap lekuk wajah Amaterasu dengan lembut, senyum tipis terukir di wajahnya. "Aku mencintainya… walaupun ia tak pernah menganggap ku lebih dari sosok sahabat, ataupun rekan…"

Iris jade milik Kaze no Mikoto itu menatap lurus pada sang Kasih, yang ternyata tak pernah bisa menganggapnya lebih dari seorang sahabat, ataupun rekan. Dan sekarang apa? Ia harus merelakan telinganya mendengar sebuah nama—penuh cinta—terucap oleh bibir ranum yang pernah ia kecup sekilas. Menelan pahit cinta bertepuk sebelah tangannya. Ah, apa benar cinta takkan pernah berpihak pada sesama Dewa-Dewi? Katakan jawabnya pada Kaze no Mikoto yang tengah bersedih.

"Hei, ini bukan saatnya untuk saling mencurahkan isi hati," singgung Kyuubi yang dengan setia menempatkan diri di samping Amaterasu.

"Hn," Fujin kembali mengecup bibir ranum Amaterasu untuk kedua kalinya, sebelum meletakkan telapak tangannya di kening sang gadis pujaan, "Panggil Sukuna Biko Na segera, aku akan mencoba membangunkannya."

Cinta takkan pernah terhapus oleh kekuatan Dewa. Sekalipun itu kekuatan seorang Tsukiyomi no Mikoto, salah satu Dewi penguasa alam dari ketiga saudaranya. Terkecuali Susano'O yang terusir karna telah memfitnah adik perempuannya.


#
*Our Everlasting Love*
#


Iris kelam Shizune menatap sendu kearah tunangan majikannya. Pemuda itu akhir-akhir ini selalu duduk termenung menatap langit, seakan merindu pada seorang yang tak nyata kehadirannya.

Wanita itu menghela nafas perlahan, sebelum beranjak mendekati Sasuke yang masih saja menatap sendu langit siang tanpa awan.

"Sasuke-sama?" panggil wanita berambut eboni itu pelan, takut panggilannya tadi mengganggu rutinitas sang majikan.

"Hn?"

Yah, untuk kali ini ia boleh menghela nafas lega, karna sang majikan merasa tak terganggu.

"Apa saya boleh duduk di sebelah Anda?" ucapnya sopan, dibalas oleh anggukan singkat Sasuke, "Arigatou…"

"…"

"…"

Hening, Shizune bingung ingin memulai semua ini darimana. Diliriknya wajah tampan Sasuke yang terlihat sendu, mungkin lebih cepat lebih baik.

"Eng… Sasuke-sama, apa saya boleh bertanya?"

Nampaknya satu kalimat pertanyaan itu berhasil mengalihkan perhatian seorang Uchiha Sasuke dari beningnya biru di siang hari.

"Apa?"

Shizune menunduk, kedua jari telunjuknya bermain karna gugup, "Begini, saya hanya ingin bertanya… Kenapa akhir-akhir ini Sasuke-sama sering memperhatikan… langit?"

Diam. Sasuke hanya bisa diam mendengar pertanyaan itu. Pemuda itu kembali menatap langit di atasnya, kedua lengannya ia topangkan di belakang. Onyx itu terpejam menikmati semilir angin yang memainkan lekuk wajahnya yang tampan, berandai semilir angin benarlah lentiknya jemari sang kekasih hati, Naruto. Yah, walau ia masih belum mengerti, dan tak mau mengerti apa maksudnya…

"Entahlah…" ia bergumam miris, "Hanya saja, setiap aku menatapnya… aku selalu teringat sosok itu… Iris safir… seindah langit musim panas…"

Shizune diam mendengarkan, wajahnya mendongak menatap Sasuke penasaran.

"Sosok itu… siapa, Sasuke-sama?"

Raven itu bergerak seiring empunya bergerak menoleh, "Sosok itu… namanya, Naruto… rambutnya pirang keemasan, dan iris nya seperti langit… biru… safir…"

Wanita berumur pertengahan 30 itu menatap Sasuke cengan seksama. Setipis apapun senyuman sang Raven, ia masih bisa melihatnya dengan samar.

Pemuda itu tersenyum tipis, sambil terus menatap langit. Tatapan itu… Shizune tau betul tatapan Onyx milik Sasuke… sama persis saat pemuda itu sadar dari tidurnya. Ia menatap langit, layaknya menatap gadis yang dicintai…


Bagai melihat mimpi tak berujung…
Begitupun kisah cinta kita, Sasuke…
Takkan pernah berakhir bahagia…
Aku tau itu, dan kau pasti tau…
Aku mencintai mu, walau ini semua takkan pernah berakhir dengan senyuman…


"Sasuke-sama?" Raven itu menoleh, "Apa Anda pernah bertemu… atau mungkin mencintai seseorang di dunia siluman?"

Kening pemuda itu berkerut. Dunia siluman? Kapan ia pernah ke tempat itu? Mendengarnya saja terasa asing…

"Kapan?"

Kini giliran kening Shizune yang berkerut, "Anda lupa?"

Entah apa yang harus ia katakan pada wanita berambut hitam pendek ini. Lupa? Jelas saja. Tsukiyomi no Mikoto menghapus ingatannya, tapi perlahan kenangan itu merasuk paksa dalam benaknya. Menggelegar bagai petir, dan sakit layaknya perasaan yang ia alami.

"Aku tak tau…" lirih pemuda itu, "Sejak bangun dari siuman, aku merasa ada sebagian dari ingatan ku hilang… Entah itu apa, tapi rasanya sangat penting… bahkan melebihi nyawaku sendiri."

Shizune terdiam. Bibirnya tak sanggup menahan getaran-getaran aneh yang ikut merasuk dalam dadanya. Seakan ia juga merasakan hal yang sama, seperti apa yang Sasuke rasakan. Pedih, sesak… rasanya seperti di tinggalkan oleh orang yang sangat kau cintai…

"Tidak mungkin," wanita itu menggumam, Sasuke menoleh, "Sakura-sama telah sembuh dari penyakitnya… lalu apa lagi? Seharusnya penderitaan Sasuke-sama berakhir, karna Sakura-sama telah sembuh…"

"?"

"Ini seperti… teka-teki…"


#
*Our Everlasting Love*
#


Cahaya emas berpendar indah dari telapak tangan Kaze no Mikoto yang berada tepat di atas kening Amaterasu O Mi Kami. Pemuda itu tengah berusaha membangunkan sang Pujaan hati yang tengah tertidur lelap.

Nampak tubuh Amaterasu O Mi Kami bergerak-gerak gelisah. Tak jarang kelopak matanya terbasahi oleh air mata. Kedua telapak tangannya mengepal, dan bibir ranum sang Dewi penguasa Surga itu terus saja menggumam—atau lebih tepatnya memanggil—sebuah nama yang membuat Kaze no Mikoto menatapnya sendu.

"Sasu… ke…"


Kimi to deai…
Kanawaruyume wo mita…
Sore wa tatta ichibyou de koeru eien…

Setelah bertemu denganmu…
Kulihat sebuah mimpi yang takkan pernah terwujud…
Keabadian yang terlewat walau hanya sedetik…


Setiap kali bibir itu mengucapkannya, setetes kristal bening nan indah meluncur mulus dari safir yang tengah tertutup itu.


Itsumo kaeru ni kimi wo…
Mamotte agetakute…
Nobashita yubi mo furuetteru sonomama dakishimeta…

Ku selalu memanggilmu…
Ingin lindungimu…
Ku rasakan sentuhan hangatmu yang membekas, kini masih terasa…


"Sasuke… hiks…"

Akankah sang pemuda tercinta juga mengingatnya? Sementara ia menangis memanggil nama itu?


Kimi ni aitai…
Kimi ga koishii…
Kimi ni aitai…
Kimi ga itoshii…

Ku ingin melihatmu…
Ku merindukan mu…

Ingin menatap mu…
Genggam erat memori ini…


"Anata ni aishimasu, Naruto…"
"Kyaaaaa~! Jangan gelitiki aku baka no Sasuke!"

"Kau mencintainya kan, Sasuke?"
"Hanya kau yang ku cintai, Amaterasu O Mi Kami
!"


"SASUKE!"

Tubuh yang terbalut hadajuban putih itu terbangun dari posisinya. Safir yang tadi tertutup rapat, kini terbuka, menampilkan genangan air mata yang siap menetes kapan saja.

Gadis cantik itu kembali menangis dalam diam, tak ada isakan, safir nya bergulir menatap semua orang yang ada di washitsu. Dilihatnya Tsukiyomi tengah menangis terisak di dekapan Ame no Uzume yang menahannya untuk langsung mendekap sang Kakak.

"Syukurlah kau telah sadar, Amaterasu…"

Safir miliknya menatap Fujin bingung. Sungguh, saat itu juga ingin rasanya Kaze no Mikoto itu mendekap sang Pujaan Hati. Safir yang selalu ia rindukan itu menatapnya bingung sekaligus sedih.

"Gaara? Apa yang… Kenapa aku bisa berada di sini? Bukankah seharusnya aku berada di—"

"Yomi, maksudmu?"

"Y-ya… itu…"

Kyuubi yang sedari tadi diam memperhatikan keduanya, kini ikut andil. Hewan pusaka itu menatap sendu sang Majikan cantiknya.

"Sebenarnya ada beberapa kesalahan dari Hachiman juga Omoikane yang termakan omong kosong Susano'O."

Kening gadis itu berkerut bingung, "Apa maksudmu, Kyuubi?"

"Susano'O ingin menguasai Takamagahara, sehingga ia menuduh Tsukiyomi-himesama karna telah melanggar hukum langit…" tubuh Amaterasu menegang sesaat, "Dan ia sudah tau, bila Anda akan melakukan apa saja untuk menyelamatkan Tsukiyomi-himesama dari hukuman…"

"Hachiman, Omoikane, juga Dewa-Dewi yang lain—termasuk aku—termakan tuduhan Susano'O yang jelas saja tidak benar. Hingga suatu hari Susano'O berusaha mengambil tahta mu dari Izanagi-sama… dan itu menyebabkan ia di usir karna kelancangannya berusaha menguasai Takamagahara…"

Gaara—Fujin—melihat jelas tubuh Naruto—Amaterasu—yang bergetar menahan isakan. Sungguh ia tak tega melihat sang terkasih dalam kondisi seperti ini.

"Naruto…" gadis beriris safir itu menoleh, kedua iris yang berbeda antar satu sama lain itu bertemu, "Kuharap kau… akan baik-baik saja…"

Senyum miris terukir jelas di wajahnya yang cantik, menatap jade yang menatapnya iba.

"Ya, terima kasih…"

Tatapan dari iris safir nya kosong, hampa. Tak mengindahkan semua rasa syukur dari adik maupun sahabatnya gumamkan. Menatap tepi jendela dengan bayang-bayang Sasuke duduk bersender di tempat itu. Tersenyum tipis kearahnya. Memanggil… dan wajah tampan yang selalu ia impikan itu menghilang bersama embun takdirnya. Jelas sudah… cinta yang ia miliki hanyalah seberkas daun tak bertuan…


Sayonara, nidotto wa…
Aenai anata dakara…
Itoshiku kuruoshiku…
Yoru wa mune wo eguru you ni…

Selamat tinggal…
Karna kita takkan pernag bertemu lagi…
Bila memang air mata ini mengalir…

Ku amat sangat mencintai mu…


Cintanya tak ada yang memiliki…

Selembar demi selembar kenangan kembali mendesak jalan pikirnya. Menutup semua indera, yang hanya tertuju pada satu hal… Cinta?

Tak ada lagi senyum yang menghiasi wajah cantiknya. Iris itu kembali menangis, tubuh rampingnya mulai gemetar karna menahan rasa rindu pada yang terkasih. Membuat semua orang merasa cemas, sekaligus berduka, dengan kerapuhan hatinya saat ini…

Pertanyaan demi pertanyaan yang menyakitkan terus berulang-ulang mengitari isi hatinya. Tegar pun apa gunanya, bila seorang yang kau cintai tak mengingatmu. Memikirkannya saja, sudah terasa sesak.

Satu kalimat teruntuk kasih yang tercinta…

'Apa kau masih mengingatku?'


#
*Our Everlasting Love*
#


Langit meredup. Warna kelabu tampak menghiasi langit biru yang tadinya sempat berjaya selama beberapa jam. Sepertinya hujam akan turun, mengingat ini musim semi.

Helai kelopak sakura berguguran… menumpuk seperti perasaanya saat ini.

Rasa rindu, bingung, kesal, sesak, sayang, bersatu padu meninggalkan satu rasa yang mendominasi. Rindu… tapi pada siapa? Sakura? Tidak, gadis itu telah sembuh dari penyakit… hari-harinya kembali cerah. Tak ada derita, juga kecemasan yang dulu sering menghampiri…

Tapi ia tak pernah tau… bila yang mengorbankan kebahagiaan adalah gadis yang sangat mencintainya, lebih dari apapun, hingga ia rela dan tulus memberikan obat penawar untuk kebahagiaan tunangannya. Ingatkan ia akan hal itu?

"Haaah…"

'Apa-apa'an kau, Uchiha Sasuke? Hanya karna seorang gadis yang tak kau ketahui asal-usulnya, seluruh perasaan juga pikiran mu kacau seperti ini! Tak berguna!' benaknya berpikir demikian. Membuat raut wajahnya yang tampan berkerut frustasi. Sungguh, gadis yang bernama Naruto itu membuatnya ingin menangis, juga kesal di saat yang bersamaan. Tak jelas kini perasaannya…

Rindu 'kah?

Kesal 'kah?

Sedih 'kah?

Atau semua? Bercampur menjadi satu kesatuan, yang membuatnya kembali mencengkram erat montsuki hitam miliknya.

"Siapa kau sebenarnya, Naruto?" suara berat itu menggumam lirih, senyum miris terukir jelas di wajahnya, "Cih, sampai kapan kau mau bermain-main seperti ini?"

Tak menyadari sang langit menangis, mewakilkan Amaterasu O Mi Kami yang tengah memperhatikannya dari balik awan yang kelabu. Cerminkan perasaan keduanya…

Kami-sama… tegakah kau melihat Amaterasu O Mi Kami menangis merindu pada sosok yang tengah mempertanyakan siapa sosoknya.

Terpisah oleh 7 lapis langit berwarna kelabu. Saling memanggil, dengan kerinduan yang menggebu-gebu dari balik sosok yang rapuh.

"Sasuke…"

Terpendam oleh kesunyian tiada henti. Pertanyakan siapa sebenarnya sosok yang ia cintai. Sementara hatinya terus menjerit berontak pada pemikirannya, yang mengatakan sosok gadis berambut pirang khayalannya bukanlah sosok yang nyata. Bertolak belakang pada lubuk hatinya, berkata sosok itu benarlah gadis yang harus ia cintai! Tak ada yang lain…

Mengapa?

Karna ia telah berjanji akan mencintai satu sosok yang selalu hatinya jeritkan…

Naruto…

Hanya satu nama…


#
*Our Everlasting Love*
#


Lembaran demi lembaran hari, menjauh dari waktu pertama kali mereka bertemu. Bak sapuan angin yang menelantarkan pasir di pantai. Hampa…

Hatinya kosong, waktu di kahyangan terlalu cepat hingga ia merasa di ombang-ambing oleh waktu, dan kenangan akan kekasihnya. Sesak… hanya itu yang dapat ia rasakan.

"Rambutmu semakin panjang, Nee-sama!"

Lamunan gadis berambut pirang itu buyar, sesaat setelah seruan senang sang Adik Kecil. Senyum manis—terpaksa—ia ukir di wajahnya yang cantik.

"Benarkah?"

Ah, tapi nampaknya senyum manis itu tak bisa membohongi kecerdasan Tsukiyomi no Mikoto. Adik kembar dari Amaterasu O mi Kami itu menatap kakaknya sendu. Kontak batin membuatnya tau apa yang sedang Naruto pikirkan.

"Nee-sama memikirkan-Nya lagi?" tanya sang adik lirih, membuat senyum manis miliknya pudar seketika. Tergantikan oleh senyum miris.

"Apa maksudmu? Aku tidak memikirkannya kok!" helaian putih itu jatuh menunduk, "Lagipula, untuk apa memikirkannya? Ti—"

"Berhentilah membohongi dirimu sendiri, Nee-sama…"

Kening Amaterasu O Mi Kami berkerut bingung, "Aku tidak membohongi diriku sendiri, Tsukiyomi…"

"Salah besar kau berbohong pada adik kembarmu, Amaterasu O Mi Kami…"

Tubuh rampingnya menegang sesaat. Wajah cantik Tsukiyomi mendongak kearahnya. Menatap sang Kakak sendu.

"A-aku—"

"Untuk kali ini saja… cukup, Nee-sama… jujurlah…"

Diam. Bibir ranum nya bergetar menahan isak. Safir miliknya terus saja menetskan air mata, tak perduli ia menangis dihadapan Tsukiyomi no Mikoto.

"Aku… tidak memikirkannya… sungguh…"

Kini safir milik Tsukiyomi-lah yang menangis. Jemari lentiknya mengangkat wajah Amaterasu yang tadi sempat tertunduk. Tsukiyomi yang berada di belakang kakaknya, memaksa Amaterasu untuk menatap lurus kedepan.

"Lihat bayanganmu sekarang, Nee-sama."

Lengan milik Tsukiyomi bergerak, seakan menyapu udara yang berada di depan Amaterasu. Membuat sebuah cermin oval berbingkai emas—dan berukir indah—muncul di hadapan Amaterasu, hingga membuat safirnya terbelalak tak percaya.

"Y-yata no Kagami?"

Tsukiyomi mengangguk, jemarinya menyibak helaian pirang yang menutupi telinga sang Kakak.

"Ya, sekarang lihat apa yang kau sembunyikan dariku."

Layaknya apa yang sedang ia pikirkan, sedari tadi. Sesosok pemuda tampan berambut raven tengah duduk bersender pada pohon sakura, sembari menatap langit dengan tatapan sendu. Disaat itu pulalah, terdengar jerit tangis seorang Amaterasu O Mi Kami. Ia merindukannya, seperti daun momiji yang bermimpi 'kan kembali bersanding bersama ranting momiji.

"Puas kau melihat kebohongan mu sendiri, Nee-sama?" bibir ranum itu berucap sarkas, "Lihat, dan sadari seberapa kau merindukannya…"

Sekali lagi safir sang Dewi Mentari menatap sendu cermin yang menggambarkan perasaanya saat ini. Siapa yang ia rindukan saat ini.

Jemari lentiknya bergerak mengusap cermin yang menampilkan sosok yang sangat di cintainya. Bahkan ia rindukan saat ini.

"Sasuke…"

Iris bak langit miliknya terus menghujamkan air mata. Mengalir deras layaknya air terjun. Hingga seruan sebuah suara yang ia kenal berteriak memanggilnya.

"Amaterasu-sama! Amaterasu-sama! Gawat! Ada berita penting!"

Sontak saja kedua Dewi kembar itu mendongak menatap siapa yang telah membuatnya keduanya tersentak kaget.

"Aizen Myo-O?"

Langkah sang Dewi Cinta pun terhenti saat namanya disebut oleh Amaterasu. Wajah cantiknya memucat, sedangkan furisode merah muda yang ia kenakan terlihat kotor karna tadi sempat terseret.

"Gawat! Ada berita penting!" serunya panik, membuat Tsukiyomi bingung.

"Berita apa?"

"Ada seorang manusia… yang… hah… hah…" gadis berambut biru tua itu tersengal-sengal kehabisan nafas, "Itu… Amaterasu-sama… gawat, dia… hah… hah…"

"Sebaiknya kau tarik nafas dulu, agar tenang Konan-san." Amaterasu berujar lembut, seraya menghapus jejak-jejak air mata yang tadi sempat menghiasi wajah cantiknya.

Menuruti saran dari sang Amaterasu O Mi Kami, gadis cantik itu segera menarik lalu menghembuskan nafasnya secara perlahan. Setelah ia merasa lebih baik, gadis bernama Konan itu segera melanjutkan perkataannya yang tadi sempat tertunda.

"Gawat, Amaterasu-sama!"

"Gawat kenapa, Konan-san?"

Dengan penuh kecemasan luar biasa, bibir ranum itu berucap, "Gawat, ada beberapa takdir manusia yang berubah di gulungan ini,"

Amaterasu menerima gulungan coklat itu ragu-ragu, dan sebait kalimat penuntas dari Konan membuatnya kaget setengah mati.

"Dan salah satunya… adalah orang yang Anda sukai…"


#
*Our Everlasting Love*
#


'Hujan lagi, heh?'

Hanya itu yang terpikirkan oleh-Nya, ketika keluar dari washitsu Shizune. Wajah tampan itu mendongak menatap angkasa yang tengah menangis tersedu-sedu. Tak jarang kilat dari ekor Raijuu menyambar galak pada bumi yang berputar.

Deg

Entah perasaan apa itu. Hatinya berdesir hangat untuk yang kesekian kali. Detak jatungnya serasa melambat bila mengingat kembali nama itu.

"Naruto…"


#
*Our Everlasting Love*
#


Apakah pernah seorang Kami-sama berbohong pada putri kecilnya yang manis?

Ia harus berpikir ulang, jika ingin membuat seluruh dunia banjir akibat tangisan rindu sang Amaterasu O Mi Kami…


#
*Our Everlasting Love*

To be continue
#


Keterangan:

Takamagahara: Surga

Ame no Uzume: Dikenal juga sebagai Dewi Fajar, yang berhasil membujuk Amaterasu untuk keluar dari persembunyian dengan tariannya.

Yata no Kagami: Berartikan Cermin Suci. Salah satu benda pusaka kekaisaran Jepang. Terdapat di kuil Ise Jingu di prefektur Mie Jepang. Melambangkan kejujuran dan hikmat. Cermin Jepang ini mewakili kebenaran karena mereka hanya mencerminkan apa yang ditunjukkan dan merupakan sumber mistik, juga keramat.

Fujin/Kaze no Mikoto: Dewa Angin, yang diceritakan selalu berdiri diatas gunung Fuji, ia membawa kantung angin yang besar.

Kuil Ise Jingu: Kuil Utama Shinto. Terletak di kota Ise, tepatnya di sebelah selatan pulau Honshu, Jepang. Kuil ini dikelilingi oleh hutan pohon cemara suci yang meliputi kawasan seluas 5500 hektar.

Naiku: Kuil dalam dari Ise Jingu, didedikasikan pada Amaterasu o Mi Kami, dewi utama dan dewi matahari yang dianggap sebagai leluhur keluarga kerajaan. Kuil ini menyimpan Cermin suci—Yata no Kagami—yang merupakan Tiga Harta Suci Jepang—Sanshu no Jingi. Cermin ini biasanya berada dalam sebuah kain di dalam peti tertutup di altar utama Naiku.

Montsuki: Montsuki lengkap dengan Hakama dan Haori juga berfungsi sebagai pakaian pengantin pria. Selain sebagai pakaian pengantin pria, Montsuki lengkap dengan Hakama dan Haori

hanya dikenakan pada waktu menghadiri upacara yang sangat resmi, seperti resepsi pemberian penghargaan dari Kaisar/pemerintah.

Hadajuban: Lapisan awal sebelum memakai Kimono/Furisode/etc.

Aizen Myo O: Dewi Cinta yang mengubah nafsu menjadi keinginan untuk mencapai pencerahan atau belas kasih bagi seluruh makhluk hidup.


Gomen klo pendek, nyan… =="
Mi kepepet mah bikinnya, dan udah janji sama adik-adik tercintah~ #plak!#

Sekarang Mi bisa bebas untuk 2 minggu kedepan… paling tidak ngerjain ini fic, terus bikin fic baru lagi… juga f9c request dari Zard-chan… #pundung# Kerjaan ane banyak banget ya? Ckckck

Minggu depan insyaAllah tinggal publish/edit lanjutannya… Semoga mengerti juga h=jangan marah pada Mi! #ojigi#

##

Trims buat siapa aja yang udah bikin Mi terpojok untuk membuat sequel ini… Mi gag marah koq, tapi trims atas dukungan juga pujiannya~ ^^


Love SafOnyx Forever~

Be My Reviewer? ;3