Malam ini entah mengapa udara terasa lebih dingin dan menusuk. Aku menatap sekelilingku, mencoba mencari sesuatu, barang kali ada seseorang ataupun hewan yang berkeliaran ditempat ini. Namun, dilihat berapa kalipun tempat ini tetap sunyi dan sepi.
Aneh.
Ini sangat aneh. Tidak biasanya di daerah rumahku sesepi ini, sebenarnya ada apa?
Aku menepis beberapa fikiran negatif yang mulai merasuki fikiranku beberapa diantaranya seperti ada serangan monster? Atau apa ada penjarahan yang membuat semua warga di daerah tempatku tinggal tewas terbunuh oleh para penjahat-penjahat itu.
Sial.
Dengan langkah yang terburu dan tergesa aku berlari melewati jalan setapak yang mengarahkan kearah rumahku. Aku berlari dengan kecepatan penuh, dan setelah sampai di depan gerbang rumahku aku berhenti sejenak untuk menetralisir nafasku yang menderu kencang akibat berlari.
BRAK-!
DUAGH-!
"ARGHHH—!"
Apa itu? Ada apa di dalam? Suara itu, itu seperti suara ibuku. Lagi. Aku berlari dengan cepat untuk masuk kedalam rumah dan melihat apa yang sebenarnya terjadi disini.
"Ibu aku pul—"
Suaraku tercekat ditenggorokkan, dan mataku membola sempurna saat melihat pemandangan dihadapanku.
Katakan padaku jika semua itu bohong. Ibuku tidak mungkin mati kan?
Aku melihat keseliling rumah, berusaha mencaritahu siapa yang melakukan semua ini terhadap ibuku, namun aku tidak menemukannya, yang aku lihat hanya jendela yang terbuka lebar. Sepertinya orang itu sudah pergi melalui jendela.
Sial! Baru kali ini aku merutuki jarak dari gerbang ke pintu utama yang sangat jauh.
"Brengsek—!"
Dengan langkah lemas aku mulai melangkah mendekat kearah ibuku yang entah mengapa tidak bergerak dan ada sebuah cairan merah yang membasahi sebagian tubuh ibuku. Aku menatap kosong pada tubuh ibuku yang semakin mendingin dipelukanku, aku tidak peduli bahwa tubuhku akan terkena noda merah dari darah ibuku.
"Ibu ...," panggilku dengan suara yang mencicit. Aku mengguncang tubuhnya, berharap ibu akan meresponku dengan amarahnya. Namun ditunggu beberapa detikpun ibuku masih saja bergeming.
"Ibu ..., bangunlah, jangan bercanda seperti ini." Ujarku dengan suara bergetar karena menahan tangis.
"ARGHHH—! Brengsek! Siapa yang melakukan ini semua, kenapa ..., kenapa mereka membunuh ibu, apa salah ibu ..., hiks—kenapa ..." Aku berteriak kencang lalu terisak mencoba meluapkan amarah dan rasa sesak yang menindih dirongga dadaku. Aku tidak peduli jika aku dianggap lemah ataupun gila, karena itu semua tidak berarti lagi untukku, kini ibuku sudah tidak ada, jadi tidak salah kan jika aku bertingkah seperti ini? Dulu Ayahku bahkan meninggal dengan misterius satu tahun lalu. Tapi, aku yakin bahwa ayahku juga dibunuh. Waktu itu aku hancur, tapi masih ada ibu yang menguatkan diriku, menahanku agar tidak hancur berkeping-keping. Tapi sekarang? Ibu dan ayah sudah tidak ada, tidak ada yang menahanku. Tidak ada yang menahanku agar tidak hancur. Tidak ada, dan aku rasa ini batasanku.
Aku memeluk lalu mencium kening ibuku untuk yang terakhir kali. Aku memandang wajah ibuku yang mulai memutih—pucat— dan kulit hangatnya kini lambat laun berubah menjadi sedingin es.
"Tenanglah ibu, akan ku pastikan orang yang sudah melakukan ini kepadamu dan juga ayah akan merasakan akibat yang sama—ah! Mungkin aku akan membuatnya lebih menyakitkan dan mungkin juga aku akan membuatnya menyesal karena telah lahir kedunia ini." Ujarku dengan senyum dingin yang mungkin baru aku perlihatkan saat ini, senyum yang tercipta dari rasa sakit ini.
Ya. Mungkin mulai saat ini aku akan berubah, berubah dari diriku yang biasanya saat ibu dan ayah masih hidup.
Aku, Uzumaki Naruto, memutuskan untuk membuang semuanya. Termasuk 'kewarasan' ku.
Disclaimer - Masashi Kishimoto
Rate - M for safely and bloody scane
Genre - Romance, Crime *mungkin(plak-,-*
Pairing : Naruto x Sasuke
Warning! = Cerita ini mengandung unsur BxB, Sho-ai, Alur kecepetan, DeathChara!, OOC, OOC, OOC dan OOC. Typo(s) bertebaran, dan rada nyeleneh_ Dark!Naruto Agresif!Sasuke
Revenged!
- Chapter 1 - Meeting -
Story created by Akairo Kitsune
_ Two years later_
Seorang pemuda pirang melangkah dengan santai dengan tangan yang ditekuk dibelakang kepala. Dia berjalan menuju keruang kelas yang akan didiaminya selama 3 jam kedepan. Sebenarnya dia malas untuk memasuki kelas yang hanya membuat jaringan sel otak mengering dan akhirnya menimbulkan asap yang mengepul tebal dari kepala bahkan lubang telingapun tidak luput oleh kepulan asap itu.
"Yo! Naruto, tumben kau masuk kelas Ibiki-sensei, apa kau salah makan hari ini?" seorang pemuda lain bersurai coklat dengan tato segitiga di kedua pipinya menyapa sambil mengejek.
"Damare, Kiba! Kau tahu, aku ini terpaksa memasuki kelas, jika tidak maka tamatlah riwayatku nanti." Pemuda pirang membalas kesal sambil berlalu menuju tempat duduknya.
"Haha! Kau bisa takut juga eh?" Kiba membalas dengan senyum mengejek yang terpampang di wajahnya.
"Tch," Naruto mendecih sambil menampilkan senyum mengejek. "Takut tidak ada didalam kamus hidupku, ingat itu."
"Woo—woo—woo—lihat, insting liarmu mulai bangkit, Uzumaki Naruto-sama." Ujar Kiba dengan suara yang menyebalkan ditelinga sang Uzumaki.
Naruto sekali lagi mendecih mendengar penuturan sahabat baiknya sedari kecil itu. Inuzuka Kiba. Dia adalah satu-satunya orang yang tahu sisi gelap Naruto. Dan hanya dialah yang mengetahui hal pahit yang membuat sahabatnya yang dulu 'menghilang'.
"Bisa kau sumpal mulutmu itu Kiba? Kau membuatku ingin mencabik-cabik seseorang, kau tahu?" Naruto menatap dingin Kiba, mencoba memberi isyarat kepada sahabatnya agar diam.
"Calm dawn, brat. I give up, okay? And then what's wrong with your gaze? It's very scary and cold. This is campus, you remember right?" ujar Kiba dengan mengangkat kedua tangannya.
Mendengar itu Naruto memejamkan matanya lalu menarik nafas dan menghembuskannya, begitu berulang kali. Setelah merasa cukup, Naruto membuka matanya lagi dan kini dia kembali mamakai 'topeng' nya. Kini sorot matanya sedikit melembut, walau masih terkesan dingin.
"Aku ingat, dan berhenti membuat topengku rusak, Kiba." Naruto berucap sinis sambil memasang earphone dikedua telinganya. Sepertinya Ibiki-sensei akan datang terlambat atau mungkin tidak datang sama sekali. Entahlah, Naruto tidak peduli.
AKAIRO
A
K
A
I
R
O
KITSUNE
Naruto menatap layar laptopnya dengan serius. Tangannya terus bergerak lincah mengetik berbagai macam kode untuk memblokir sebuah jaringan yang bisa membuatnya menemukan beberapa informasi yang dia butuhkan. Tidak sulit baginya untuk menghack beberapa situs informasi karena Naruto lumayan terlatih dalam bidang ini, mengingat otaknya yang bisa dibilang diatas rata-rata.
Naruto tersenyum miring saat tulisan di layar menunjukkan bahwa dia berhasil membobol jaringan informasi itu dengan aman tanpa ketahuan. "Ini terlalu mudah." Naruto meremehkan keamanan situs yang lemah, karena dia bisa menjebol hanya dengan sekali coba.
Naruto kembali memasang wajah datarnya. Dia mulai meneliti bacaan didepannya, mencoba menteliti untuk mencaritahu informasi yang dibutuhkannya. Dia terus menscroll down dan terus membaca setiap barisnya. Matanya menyipit saat dia menemukan sesuatu yang sepertinya cocok dengan potongan informasi yang dia dapatkan sebelumnya.
"Korban pertama, heh?" Seringgai yang seperti dewa kematian membingkai wajah tampan Naruto. Matanya menyiratkan rasa kebencian, amarah dan dendam disaat bersamaan membuat matanya benar-benar terlihat menusuk saat memandang sebuah foto yang tertera dilayar monitor laptopnya.
"Akan kubuat kau membayar semuanya karena telah merebut orang yang kusayangi." Naruto bangkit dari duduknya lalu pergi keluar kamar, ia berniat ke supermaket terdekat untuk membeli beberapa makanan ringan dan ramen. Duduk beberapa jam untuk mencari informasi ternyata bisa membuatnya lapar.
AKAIRO
A
K
A
I
R
O
KITSUNE
Naruto melangkah santai sambil melihat-lihat jajaran makanan yang akan dia beli nantinya. Ditangannya membawa keranjang jinjing untuk menjadi wadah belanjaannya. Naruto mengambil beberapa cup ramen yang entah mengapa sangat menggoda untuknya. Kalau bisa Naruto ingin membeli semua ramen yang ada dikotanya, karena ramen merupakan makanan kesukaan ayah dan ibunya dulu—sewaktu masih hidup. Hah~ mengingat itu membuat Naruto ingin cepat-cepat menyiksa orang-orang brengsek yang sudah menyuruh pembunuh bayaran untuk menghabisi kedua orang tuanya.
Sudah puas memilah-milih bahan yang dibeli, Naruto lekas melangkah ke kasir untuk membayar. Dia menunggu, lalu mengambil kartu kredit saat sang kasir sudah selesai dan memberitahukan nominal yang harus dibayar olehnya.
Naruto berjalan dengan langkah santai namun tegas, ditangan kirinya ada sebuah plastik jinjingan tempat belanjan yang barusan ia beli. Jalan menuju rumahnya cukup sepi, padahal sekarang baru pukul delapan malam. Namun, Naruto sama sekali tidak merasa takut atau resah berjalan sendirian ditempat sepi dan gelap seperti ini. mata biru Naruto melirik ke arah langit malam yang sedikit mengguratkan warna kemerahan dan sesekali terihat kilat cahaya, sepertinya akan turun hujan malam ini, pikir Naruto dalam hati.
DUAGH!
PRANG!
"Brengsek! Berikan barang-barang yang kau punya."
Langkah Naruto mendadak berhenti. Matanya melirik ke gang kecil dan gelap yang berada si sebrang tempatnya berdiri sekarang. Naruto yakin preman sekitar sini sedang meyiksa orang yang tidak berdaya itu.
'Tch! Dasar orang-orang busuk!' Naruto mengumpat dalam hati. Lalu mulai melangkahkan kakinya untuk melanjutkan perjalanan yang sempat tertunda.
"Ta-tapi a-aku ti-tidak punya apa-apa." Suara lain dari arah gang gelap itu menyahut, dari suaranya Naruto tahu orang itu pasti ketakutan sekarang. Tapi apa urusannya?
"Brengsek! Kau memakai pakaian sebagus ini dan kau bilang tidak punya uang? Jangan bercanda!" cerca preman itu lalu memberikan tendangan dikepala dan perut kepada korbannya.
DUAGH!
BUGH!
"AKHH—!"
"Tch!" Naruto mendecih, entah kenapa mendengar suara teriakan kesakitan itu membuatnya ingin menghajar preman-preman brengsek itu. Ada apa dengan dirinya? Biasanya dia tidak seperti ini, tapi kenapa sekarang—
BUGH!
DUAGH!
"Akh—Ghokk—khh!"
Naruto memutar langkahnya menuju gang sempit yang sempat dilewatinya, entah kenapa tubuhnya bergerak sendiri dan mengabaikan perintah otaknya yang menyuruh untuk mengabaikan orang itu.
"Hentikan." Suara bariton berat yang dingin mengintrupsi penyiksaan yang terjadi di gang gelap itu. Preman-preman yang sedang asyik menyiksa korban buruannya, sepertinya marah karena ada seseorang yang menganggu kesenangan mereka.
Naruto berdiri dimulut gang dengan mata yang menyorot dingin menatap preman-preman yang berubuh dua kali lebih besar dari dirinya, tapi Naruto sama sekali tidak takut, karena takut tidak ada didalam kamus sang Uzumaki, ingat itu.
"Siapa kau bocah? Dan apa maumu disini hah?" salah satu preman bertanya dengan suara berat yang membuat segelintir orang mendengarnya pasti takut. Tapi tidak dengan Naruto yang masih berdiri dengan tampang dinginnya.
"Lepaskan dia." Balas Naruto singkat.
"Lepas? Apa kau temannya heh?"
"Bukan."
"Lalu untuk apa kau membantunya? Kau mau kuhabisi juga heh?" preman yang bertubuh hitam legam membalas dengan wajah meremehkan.
"Kau bilang apa? Menghabisiku? Jangan bercanda! Orang lemah seperti kalian tidak sebanding denganku. Brengsek!" Naruto membalas tak kalah meremehkan, membuat tiga orang preman itu langsung naik pitam.
"Bocah, brengsek sialan! Kuhabisi kau!"
Setelah mengucapkan itu ketiga preman itu langsung menyerang Naruto secara bersamaan, Naruto yang memang sudah terlatih dalam hal bela diri ini langsung meletakkan kantung belanjaannya dan memasang kuda-kuda untuk menyerang.
Orang pertama mencoba untuk menendang bagian kepala Naruto, namun Naruto dengan sigap menghindar menyebabkan orang pertama menendang udara kosong. Baru saja menghindar dari sebelah kirinya tiba-tiba sebuah tinju nyaris mengenai wajahnya jika saja refleknya tidak bagus. Naruto menangkap tangan yang ingin meninjunya tadi lalu langsung memutarnya kebelakang tubuh membuat suara –Krak!- akibat tulang yang bergeser atau mungkin patah.
BUGH!
Naruto sedikit hilang keseimbangan akibat orang ketiga memberikan pukulan di titik butanya. Dengan gerakan yang cepat Naruto memutar tubuhnya menghadap orang yang sempat meninju dari titik butanya lalu meninjukan kepalan tangannya kearah uluh hati orang itu yang langsung meringis kesakitan.
Naruto meloncat saat ada sebuah kaki yang tiba-tiba ingin menyelengkat kakinya agar terjatuh. Dan melayangkan tendangan kearah kepala sang pelaku yang langsung tersungkur beberapa meter.
Orang yang tangannya sudah dipatahkan Naruto ternyata belum kapok dan mencoba untuk menyerang Naruto lagi, namun ia tetap gagal karena Naruto sudah lebih dulu menendang bagian vital yang membuatnya meraung kesakitan.
Naruto terus melawan sampai ketiga orang preman itu kewalahan menghadapi bocah yang dikiranya lemah ternyata sangat bagus dalah hal bela diri. Naruto terus melawan sampai ketiga preman itu merasa terpojok dan tiba-tiba melarikan diri dari hadapan Naruto.
"Cih," Naruto meludah membuang darah didalam mulutnya akibat terkena tinju salah satu preman tadi. "Dasar pecundang." Naruto meremehkan melihat preman-preman itu lari tunggang langgang dari hadapannya.
Matanya melirik seorang pemuda yang bersandar di dinding gang kumuh ini.
"Kau sudah aman. Lebih baik kau cepat pulang dari tempat ini kalau kau memang tidak mau di ganggu oleh preman-preman lain." Walaupun suaranya terkesan dingin tapi masih ada hangat didalam perkataannya meskipun sedikit.
Naruto memungut kantung belanjaannya yang sempat terlantar saat dirinya berkelahi tadi, lalu bergegas untuk menuju rumahnya. Naruto berniat mandi dan membersihkan luka dimulutnya yang membuatnya merasa ingin muntah. Namun sebuah suara dari orang yang ditolongnya membuat langkahnya lagi-lagi terhenti.
"Tunggu—" suara dari gang gelap itu mencegah. Orang didalam gang itu berjalan mendekati posisi dimana Naruto berdiri membelakanginya. Saat orang itu sudah berdiri dibelakang Naruto dia kembali membuka mulutnya, "Terimakasih sudah menolongku. Kalau boleh tau siapa namamu?"
Naruto memutar tubuhnya untuk melihat seperti apa rupa orang yang ditolongnya, dan Naruto juga ingin melihat orang seperti apa yang dengan suaranya saja bisa membuat Naruto tanpa sadar ingin menolongnya.
Naruto terdiam sesaat melihat rupa orang yang ditolongnya. Ia merasa tidak asing dengan rupa orang yang sepertinya lebih muda darinya. Mata yang indah dengan pupil hitamnya yang seakan bisa menyedot apapun didunia ini untuk masuk kedalamnya. Kulit putih dan terlihat lembut seperti kapas. Rambut hitam yang membingkai wajah menawannya. Walaupun ada beberapa noda memar dan lumpur diwajah dan tubuh lainnya namun tidak mengurangi pesonanya. Naruto bahkan harus tercengang dihadapkan dengan sosok jelmaan malaikat ini.
Sempurna.
Satu kata penuh makna yang tiba-tiba saja melintas diotak Naruto yang mendadak kosong seperti kartu memori yang terformat dan hanya meninggalkan satu file yang berisi tentang pujian. karena biasanya otak Naruto hanya digunakan untuk memikirkan hal-hal yang nyeleneh dan mengerikan.
"Apa kau mendengarku?" orang itu bertanya, membuat dunia khayalan Naruto mendadak rusak. Naruto merutuki tingkah bodohnya kali ini. Naruto menarik nafas lalu kembali seperti sebelumnya. Berwajah datar dan mata yang menusuk dingin.
"Naruto—Uzumaki Naruto." Naruto membalas dengan suara beratnya.
Orang itu sedikit tersentak karena pandangan Naruto yang tiba-tiba berubah dan suaranya yang semakin memberat. Namun entah mengapa dia yakin bahwa rang dihadapannya ini bukanlah orang jahat.
"Aku Sasuke—Uchiha Sasuke." Sasuke memperkenalkan dirinya. Naruto mendengus. "Aku tidak bertanya siapa dirimu. Dan lebih baik kau jangan lagi berurusan denganku."
Sasuke menyerit, "Kenapa?"
"Karena kau akan menyesal." Naruto menjawab singkat lalu melangkah untuk menuju rumahnya. Kali ini ia tidak akan menghentikan langkahnya lagi.
"Menyesal? Apa maksudnya?" Sasuke bertanya entah kepada siapa, matanya menatap punggung lebar Naruto yang semakin menjauh dari pandangannya.
"Aku ingin bertemu dengannya lagi."
.
.
.
Bersambung~
Yoks~ Gimana chap 1 menurut kalian?
Next or Stop?
kalo ada yang kurang atau apapun itu kasih tau Akairo ne minna~ :3
maklum masih amatiran jadi kalo banyak salahnya ya ..., mohon dimaklumi saja dan kasih saran buat kedepannya oke? ;;3
yuk corat-coret di kotak review minna~ =D
27/03/16
