Disclaimer: seluruh tokoh milik keluarga dan agensi masing-masing. Tidak mengambil keuntungan apapun dalam membuat fanfiksi ini. Dibuat hanya untuk bersenang-senang

Main pair: Hyunbin/Minhyun

Selamat membaca...

.

the day you went away

.

Ada kalanya, seseorang akan pergi.

Entah untuk beberapa jam, sehari, atau berbulan-bulan. Terkadang kepergian sudah direncanakan—namun sebagian tidak; di luar dugaan, tidak pernah terlintas sedikitpun dalam benak pikiran. Siapapun tidak ingin kepergian secara mendadak. Tidak ada yang ingin.

Sudah berbulan-bulan lamanya lelaki jangkung itu pergi—meninggalkan Hwang Minhyun sendiri dalam rumah besar bergaya kuno. Sepi dan sunyi—bangunan itu terlihat tak berpenghuni. Hanya Minhyun yang masih betah duduk di atas kursi goyang sembari menatap keluar jendela; melihat luasnya halaman hijau yang sudah dipenuhi daun-daun kering bekas musim gugur. Tidak ada yang membersihkan—biasanya Minhyun akan dengan cekatan membersihkannya.

Namun sekarang, lelaki manis itu enggan beranjak dari kursi goyangnya. Masih betah berayun-ayun dengan tenang. Tatapannya melemah—namun tidak putus pandang. Wajahnya datar, tidak berniat memasang tampang senang maupun sedih. Berada di antara dua pilihan. Ia memilih memasang netral. Tak memihak siapapun.

Masih hangat di benaknya ketika lelaki jangkung itu pergi—meninggalkan dirinya, beserta kenangan yang sudah mereka buat. Di malam yang sunyi, maupun siang yang sunyi, Minhyun masih betah diam.

Mungkin—Hyunbin sudah bosan dengannya. Maka dari itu ia lebih baik meninggalkan Minhyun sendirian di rumah besar bergaya kuno. Dinding putih nan dingin pun menjadi saksi; berspekulasi jika Minhyun sudah berubah menjadi patung hidup—yang tidak bergerak, namun bernapas.

Mengingat kejadian malam yang membuat mereka berpisah—mereka bertengkar hebat, tak ada yang ingin mengalah, dan menimbulkan salah paham. Keduanya sungguh keras kepala, tidak ada yang ingin mempercayai satu sama lain. Membuat Hyunbin pergi di malam buta yang sedang diguyur hujan lebat. Menggunakan mobil hitam pun ia melesat pergi—meninggalkan Minhyun yang berteriak keras; tubuhnya basah oleh air yang turun dari langit.

Hyunbin mungkin tersadar jika Minhyun berteriak agar ia tidak menyetir secara sembarang. Namun—mungkin saja Tuhan sudah mengutuk Hyunbin sejak awal karena tidak mau mendengarkan perkataan Minhyun. Ia mati dalam mobil. Ia tergelincir air—masuk ke dalam jurang paling dasar (yang mana paling bawah dan paling gelap).

Ia mati, ia pergi.

Minhyun hanya bisa diam membatu. Setetes air mata akan turun dari pelupuk matanya yang indah. Kini tidak ada lagi wajah manis yang terpancar sinar mentari. Mulai sekarang—sudah berganti menjadi mendung tak terbentung; tak ada lagi kehidupan, tak ada lagi kematian.

Kini, ia hanya bisa menatap keluar jendela. Berharap lelaki jangkung itu kembali dengan wajah konyol yang selalu membuat Minhyun terkikik geli.

Minhyun ingin sang matahari kembali padanya—kembali memberi sinar pada bulan yang mulai tenggelam pada kegelapan di siang hari.

Kalau saja waktu boleh diputar kembali, Minhyun ingin menahan kepergian Hyunbin yang mendadak.

Dan kala itu, Minhyun hanya dapat menatap ke luar jendela; menatap kepergian sang kekasih.

.

selesai

Tangerang, 17 Mei 2018 - 09:53 AM