Like Pink Blossoms
.
.
.
—MiyokoKira 's Presents—
.:: LIKE PINK BLOSSOMS ::.
.
.
.
Gadis berpakaian miko itu melangkah pelan di tengah gelapnya malam. Kelopak-kelopak bunga sakura yang beterbangan sesekali hinggap dirambutnya yang berwarna hitam kebiruan. Wajahnya yang cantik mengukir senyum yang begitu memikat.
Gadis itu duduk di bukit itu, lalu membaringkan dirinya. Wajahnya menjadi semakin cantik saja karena tertimpa cahaya bulan purnama. Kelopak bunga sakura itu terus saja berguguran, mendarat di wajahnya.
Satu kata...
Cantik.
Sepasang manik cokelat tuanya yang indah bagai kegelapan malam memandangi bintang dan bulan yang bersinar cemerlang.
Memori lama melesat bagaikan pesawat jet di benaknya. Matanya berkaca. Kenangan itu seperti menampar-nampar pipinya yang merah merona menahan tangis. Helai hitam ravennya melambai-lambai tertiup angin yang mulai terasa kencang.
Ia menengadah, langit terlihat mendung. Sepertinya... Akan turun hujan malam ini. Ia mendesah pelan. Semoga malam ini menjadi malam yang indah.
Benar saja, hujan turun dengan deras. Membuat sekujur tubuhnya basah kuyup. Tetapi, sesungguhnya ia sangat menikmatinya.
Menikmati tiap tetes air hujan yang menitik cepat yang mengguyur tubuhnya. Menikmati tiap kelopak-kelopak bunga sakura yang melambai makin cepat. Makin sering mendarat di tanah. Kelopak-kelopak bunga sakura itu basah. Warnanya menjadi lebih tua dan segar.
Senyum miris tersungging di wajahnya.
Asyiknya ia memandangi langit dan lingkungannya yang tengah menyuguhkan pemandangan luar biasa indah, sampai-sampai ia tak menyadari kedatangan sesosok Hanyou—yang berdiri sekitar kurang lebih 8 meter di belakangnya.
"Kau tidak makan malam?"
Deg.
Darahnya berdesir, dan jantungnya berdegup kencang. Ia tahu persis siapa pemilik suara itu. Pemiliknya tak lain tak bukan adalah...
"Masuklah. Kau bisa demam kalau terus begitu."
Inuyasha...
"Ya sudah, kalau kau tak mau masuk. Dasar baka."
Kelopak matanya menutup perlahan. Titik demi titik dinding air yang hangat itu sudah pecah berderai, dan perlahan meluncur jatuh dari pelupuk matanya.
Sebuah bintang jatuh dengan cepat meluncur di depannya.
Kami-sama, izinkan aku lebih lama bersamanya...
Agar aku bisa melimpahkan seluruh cintaku padanya.
Bibir ranumnya bergerak pelan, membentuk kalimat demi kalimat. Tanpa suara.
Izinkan hidupku menjadi seperti sakura...
Yang bebas dan indah,
Dari mekar hingga matinya...
.
.
.
—FIN—FIN—
