Broken Heart
Rate: K+
Warning: AU!, Kemungkinan terdapat typo yang terlewat dan OOC
Disclaimer: Shingeki no Kyojin milik Isayama Hajime
'Cerita ini dibuat hanya untuk menyalurkan imajinasi semata.'
Enjoy
.
Seminggu belakangan Jean selalu memperhatikan gadis pembagi tisu gratis itu. Rambutnya yang panjang sebahu, bola matanya yang bulat jernih, serta tubuhnya yang kurus dan lumayan tinggi dibanding wanita sepantarannya.
Gadis itu...
Di depan stasiun biasanya mereka bertemu. Jean setiap hari tak pernah absen menghampiri, meminta pack kecil tisu, diam menatap wajah sang gadis, lalu beranjak pergi.
Gadis itu...
Cantik, Jean mengakui. Wajahnya bersih tanpa noda jerawat, hidungnya mancung, tubuhnya harum dengan manis parfum yang tercium, dan senyumannya selalu sukses membuat para lelaki yang melihat ge-er seketika.
Jean sempat sekali jantungnya berdebar cepat. Sewaktu itu awal pertama mereka bertemu, hanya dengan tanpa sengaja tangan saling bersentuhan—tisu yang hendak diberikan pun jatuh ke tanah. Muka Jean memerah, baru pertama kali ditatap lembut dengan senyuman menenangkan oleh seorang gadis cantik.
Eren.
Selama tiga hari penuh menginvasi pikiran Jean. Selama pelajaran di sekolah berlangsung, hanya nama Eren yang tertulis pada buku catatannya. Ditulis dengan tinta merah, dan sebuah bentuk hati mengelilingi.
Jean jatuh cinta.
Tapi ternyata sayang sekali, hari ke empat perasaan itu pudar. Jean bingung bagaimana harus melanjutkannya. Setelah bertemu tanpa sengaja di sebuah pusat perbelanjaan, Jean mulai ragu.
Bisakah ia meneruskan rasa itu? Bolehkah tetap berlanjut atau mencari gadis lain?
Atau jangan-jangan apa yang ia lihat sewaktu itu hanyalah imajinasi belaka?
Eren tidak benar-benar berpapasan dengannya. Tidak mungkin juga gadis secantik dirinya berada di tempat yang kurang pas. Berdiri beberapa langkah di sebelah Jean, dengan celana pendek, kaus putih bermotif, dan rambu berkuncir buntut kuda.
Jean berusaha menyangkal, tapi ia juga penasaran.
Masa iya?
Masa sih?
Maka…
Hari ke delapan...
Jean memutuskan untuk bertanya langsung. Menghampiri Eren seperti biasa di depan stasiun. Santai, tak lupa pula berbasa-basi meminta tisu geratisan. Tapi sesekali tengkuk di elus padahal tak terasa gatal, keringat juga mulai menuruni dahi, jantung berdebar tak karuan.
Kata orang, kalau sedang gugup jadi sulit menyusun kata-kata. Berubah bodoh seketika.
Jadi di hari ke delapan, Jean yang berubah bodoh pun memberanikan diri.
"Eren...yang Rabu kemarin masuk toilet mall "Wall Maria" bareng denganku itu—bukan kamu kan ya?"
(Demi mendapat sebuah klarifikasi kelanjutan cintanya.)
.
Tamat
.
Terima kasih sudah mau membaca fic ini dan maaf jika ceritanya mengecewakan *bows*
Sekian dari saya, Rakshapurwa undur diri.
