Inazuma Eleven (c) Level-5

Story inspired from Creepypasta

Warning : Horror garing, OOC, typo(s), alur terlalu cepat


Hanya mengisahkan seorang pemuda, yang bertemu dengan 'sosok lain' di suatu malam.


Tom and Jerry's Play

.

.

.

.

Jam dinding kembali berdentang. Menyebalkan, hal itu selalu saja membuatku terbangun di tengah malam akhir-akhir ini.

Kelopak mata rasanya berat untuk dibuka, rasanya susah sekali untuk berdiri. Tetapi, bila aku tak berdiri, maka jam dinding tidak akan berhenti berdentang.

"Astaga, diamlah."

Aku menutupi wajah dengan bantal, sambil merutuki jam dinding.

Tiba-tiba, desir angin dingin menusuk tulang; mampu membuat bulu kudukku berdiri.

Seketika, aku langsung membuka lebar kelopak mata dan beranjak duduk. Aku menoleh ke arah pintu dan jendela yang sudah tertutup rapat, sambil menggosokkan kedua telapak tanganku.

Lalu aku berdiri, dan mendekati saklar lampu. Menghidupkan saklarnya, dan mengusap pelupuk mata.

Dengan malas, aku mendekati jam dinding dan menghentikan dentangannya.

Setelah itu, kuputuskan ke dapur untuk menyeduh secangkir teh hangat karena rasa kantukku yang sudah hilang duluan.


Ketika sudah dekat dengan ruang tengah –satu ruangan lagi menuju dapur–, samar-samar suara tangis isak tertangkap indera.

Aku terhentak, dan mulai berdelusi. Siapa yang tengah malam begini, menangis?

Aku langsung masuk ruang tengah, tanpa menghidupkan lampu –karena aku terlalu malas–, dan aku menemukan sosok siluet berjongkok di tengah ruangan.

Tanpa pikir panjang, aku langsung mendekati siluet itu dan jongkok di depannya.

Siluet itu merupakan sosok anak kecil, yang kira-kira berusia 7 tahun. Anak itu menelungkupkan kepalanya, memeluk kedua lututnya dan tentunya menangis terisak-isak.

Satu hal, walau samar-samar penampilan anak itu... Ah, lupakan. Mungkin hanya imajinasi.

"Hei, ada apa? Kenapa menangis di malam begini?" tanya diriku dengan lembut, sambil tersenyum dengan maksud agar anak itu sedikit terhibur dengan senyumanku.

Tetapi, anak itu mengabaikan pertanyaanku dan tetap menangis.

Aku kembali tersenyum, dan mengulur tanganku; mengelus kepala anak itu.

Dengan nada lebih lembut, aku kembali bertanya, "Ada apa? Bisa diceritakan?"

Lalu anak kecil itu terdiam, menciptakan suasana yang hening untuk beberapa momen.

Aku menunggu, menunggu anak itu mengeluarkan sepatah kata sambil tersenyum. Meskipun, acapkali nurani diliput perasaan tak enak.

Setelah sekian lama, anak itu sedikit meraung sedih, dan semakin menelungkupkan kepalanya.

"Kakak, aku sangat sedih sekali. Hiks, seseorang telah mencuri mainanku. Urgh, seseorang juga telah merebut teman-teman lagi Ayah dan saudaraku. Aku... Sangat sedih."

"... Eh, itu jahat sekali." Aku berkomentar tanpa mengartikan apa maksud perkataan anak itu.

Perlahan tapi samar, anak itu mulai mengangkat kepalanya. Tetapi anehnya, lampu ruang tengah ini berkedip-kedip. Padahal tidak kuhidupkan...

Demi apapun, perasaanku semakin buruk.

"Dia telah... merebut segalanya dariku, kak." gumam anak itu dengan suara yang berkesan sangat dendam, dan dengan cepat langsung menampilkan wajahnya.

Cter!

Tiba-tiba, lampu ruang tengah bersinar sangat terang untuk sesaat dan pecah seketika selepas anak kecil itu bergumam.

"!" aku langsung menjerit keras, tetapi dalam hati. Hei, bagaimana tidak! Wajah anak ini sangat menyeramkan.

Mata yang terus mencucurkan darah yang beraroma busuk, luka memar dan darah dimana-mana, dan anak itu menampikkan seringai yang sangat... menyeramkan.

"Nee, jika kakak baik hati, hiburlah diriku. Marilah kakak bermain kucing-kucingan denganku."

Seringai anak itu semakin lebar, dan kali ini dari mulutnya mengalirkan darah busuk.

"Aku yang akan menjadi kucing, dan kakak jadi tikusnya."

Aku benar-benar ketakutan, kaki serasa terpaku dengan lantai. Dengan ekspressi macam orang benar-benar gila, aku menatap anak itu.

"Eh, tapikan kita kembar kak. Harusnya kita berdua jadi kucing dengan satu spesies!"

"... Ja-jadi kau..." tubuhku bergetar hebat, keringat dingin mengalir deras di sekujur tubuh.

Anak itu lalu tertawa terbahak-bahak, tetapi menyeramkan dan menunjuk padaku. "Tapi hei, kakak saja sudah macam tikus ketakutan! Harusnya..."

"Tikus yang berpura-pura macam kucing seperti kakak itu dimusnahkan saja. Karena itu benar-benar lucu dan tidak keren."

Anak itu lalu menyeringai dengan sangat lebar, dan menepuk tangannya.

"Jika kakak tertangkap duluan, maka kakak harus menginap bersamaku di rumahku. Kita akan melihat bintang jatuh setiap hari, minum teh bersama, bermain tic-tac-toe, minum teh, melihat bintang, bermain tic-tac-toe, minum teh, bermain tic-tac-toe—Ah, pokoknya seru deh!"

"Nah, mari kita mulai?" gumam anak itu, diikuti tawa kecil.

Aku yang mendengar gumaman itu, bersiap berlari untuk kabur.

"!" H-hei, apa-apaan ini! Sekujur raga tak dapat kugerakkan, aku hanya bisa memekik ketakutan dalam hati.

"A-aku—" "Nee, kakak tertangkap duluan."

Dalam sekejap mata, anak itu sudah di depanku; menggenggam erat bahuku.

"Nee, sekarang ke rumahku dulu yuk! Kita akan bermain bersama."

Anak itu lalu mencekik leherku dengan keras.

"Kakak pasti senang deh, dan tentunya aku juga senang!"

Dan semenjak malam itulah, kehidupan diriku – Kiyama Hiroto – berakhir sudah.


(A/N)

Yo, Aririsa kembali! o

Karena akhir-akhir ini sering baca creepypasta, dan berujung sering headcannon horror!inazuma hoho /heh

Ja-jadi sesuai judul dan summary- saya membuat kumpulan drabble horror (dan mungkin diselingi horror-humor hwhwh)

.

.

(dan jika saya bisa sih, seminggu minimal apdet dua drabble horror)

Oh ya, kalian juga bisa merequest drabble horror (pair terserah ohoho, dan jika bisa ditambahi ide(?) horrornya mau seperti apa o uo) melalui request.

.

.

o-oke, saya harus mengetik apa lagi disini- sudahlah, sekian dulu lah.

Terima kasih untuk membaca kumpulan drabble ini, dan saya akan lebih berterima kasih jika pembaca-pembaca budiman menyumbangkan reviews #OHOK

B-baik, sampai jumpa lain waktu! o u o